Ini cerita dari temen ane dulu gan, katanya sih beneran.
Alkisah, ada dua orang pemuda pengangguran, namanya si Mahmud dan si Mamad. Si Mahmud orangnya iseng dan suka sekali bercanda, bahkan terkadang bercandanya berlebihan, sementara si Mamad orangnya cenderung serius. Mereka sudah berteman akrab sejak lama.
Suatu hari si Mahmud karena menganggur terlalu lama dan tidak ada obyekan sama sekali mempunyai ide cari duit dengan instan, yaitu mencuri. Kemudian diajaklah si Mamad. Setelah berdiskusi cukup lama akhirnya mereka sepakat, mau mencuri di rumah pak Haji yang kebetulan paling kaya di kampungnya.
Kedua pemuda pengangguran ini menyiapkan segala persiapan, skenario melarikan diri, mapping lokasi dan berbagai peralatan dan perlengkapan lainnya. Setelah segala sesuatunya dirasa telah siap, kedua pemuda inipun melakukan aksinya.
Sekitar pukul dua malam, kedua pemuda ini mendatangi rumah pak Haji. Kebetulan malam itu rumah pak Haji sedang kosong, tetapi kedua pemuda ini tak tau kalau pak haji dan keluarganya sedang tak ada. Kedua pemuda pengangguran ini mengendap-ngendap memasuki pekarangan Pak Haji, mereka masuk dengan mencongkel pintu bagian samping yang penerangannya agak gelap. Di dalam rumah, sesuai dengan skenario mereka berpencar supaya proses pencurian berlangsung lebih cepat. Si Mamad langsung menuju kamar utama, sementara si Mahmud ke ruangan lainnya. Si Mamad dengan cepat membongkar lemari Pak Haji, dan mengambil perhiasan serta uang yang disimpan di dalam lemari. Sementara si Mahmud celingukan, bongkar sana-sini belum menemukan barang berharga, sambil agak putus asa si Mahmud melihat kopyah putih pak haji yang tergeletak diatas meja dan memakainya, kemudian dia melanjutkan lagi aksinya. Setelah beberapa saat si Mamad keluar dari kamar utama dan melintas di ruang tengah rumah pak Haji yang gelap, betapa terkejutnya dia ketika melihat sekelebat bayangan orang berkopyah putih mengendap ke arahnya, spontan dia melempar buntelan dan lari kearah pintu keluar, si Mahmudpun tak kalah terkejut melihat temannya lari tunggang-langgang diapun berlari mengikuti si Mamad. Si Mamad terus berlari menembus kegelapan diikuti si Mahmud. Sampai kemudian si Mamad merasa terpojok dan berniat menyerah, dia berkata:
Mamad: Ampun…. Ampun pak Haji, saya salah… jangan tangkap saya…
Mahmud: Hah… loe ngapain? Gue ini Mahmud, bego…!!!
Mamad: Lhah loe yang tolol…! Ngapain lho pake kopyahnya pak Haji? Gue pikir loe pak Haji… tolooolll…!
Mahmud: …. ???