Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane Iskandar mengungkapkan, penanganan banjir di Ibu Kota bukan hanya soal normalisasi Sungai Ciliwung. Namun, perlu kebijakan pendukung terkait seluruh lingkungan yang dilalui Sungai Ciliwung.

“Sekarang begini, hampir 40 persen permukaan tanah di DKI Jakarta ini rendah, ada yang yang di bawah permukaan laut. Jadi, untuk mengatasi kondisi (banjir) saat ini, bukan sungainya saja. Perlu pendukungnya juga,” ujar Iskandar beberapa waktu lalu.

Lanjutnya, upaya selain normalisasi yang sudah dilakukan antara lain, peningkatan kapasitas daya tampung pintu air yang dikerjakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

“Seperti Pintu Air Manggarai yang ditambah menjadi tiga dan daya tampungnya sekaran menjadi 507 meter kubik per detik. Juga Pintu Air Karet yang sekarang menjadi empat dan mampu menampung 734 meter kubik air per detik. Sementara, untuk debit air ke Kanal Banjir Timur (KBT) dari Ciliwung sendiri kita kurangi menjadi 60 meter per detik,” bebernya.

Ditambahkan olehnya, Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane juga akan melakukan pengerukan, namun tidak dalam waktu dekat dengan beberapa pertimbangan.

“Selesaikan dulu pelebaran. Berikutnya, dilakukan pengerukan. Namun, perlu ada pancangnya dulu, karena ada warga sekitar (sungai) kan, jadi harus bertahap,” tutupnya.

Sumber

Selain dari pemerintah, masyarakat juga ikut aktif menjaga lingkungan sekitar