- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Sebuah Renungan "Ironi Pendidikan di Pedalaman"


TS
eby_hanamichi
Sebuah Renungan "Ironi Pendidikan di Pedalaman"
Ironi Pendidikan di Pedalaman
Sebuah pesan singkat yang berujung pada pertanyaan dan penyesalan yang mendalam atas apa yang terjadi pada generasi penerus bangsa ini.
Hp berdering tanda sms masuk, "Apa kabar Pak Feb?"
Dalam hati aku berujar, "Pasti salah satu dari sekian banyak muridku, karena nomor tanpa nama"
Niah namanya, Aku pikir setelah dia keluar dari sekolah dimana aku pernah mengajar dia melanjutkan sekolah di luar, karena pada saat dia berpamitan ia berkata mau pindah sekolah melanjutkan kelas 9 SMP di luar sana.
Tetapi kenyataanya berbeda, setelah dia terpaksa keluar dari sekolah tempat aku mengajar karena kebijakan pemilik sekolah, dia menjadi seorang pekerja yang berada nun jauh disana di negeri sebrang.
"Dulu memang mau lanjut sekolah pak, tapi adikku sakit sampai di rawat di RS. Motor aja sampai kejual untuk biaya pengobatan. Jadi orang tuaku gak bisa membiayaiku sekolah, mau minta kebijakan dari sekolah juga sekolah gak bisa bantu pak, Terpaksa aku kerja untuk membantu orang tuaku pak. Tapi bukan cuma aku aja yang kerja, temen teman yang lain yang tidak diperkenankan melanjutkan sekolah juga kerja pak"
"Aku sekarang di Semarang, di salah satu kantin di kampus PTN pak. Allhamdulillah udah bisa ngirim ke orang tuaku Rp 3 Juta. Hari ini aku juga senang sekali karena dapet uang 10 ribu hasil jualan botol bekas sama kardus bekas yang aku kumpulin"
"Seneng rasanya bisa menikmati uang hasil keringat sendiri pak. Aku kerja tiap hari dari jam 07.00 - 22.00, dan satu bulan aku dapet gaji 1,5 juta pak bersih karena semua kebutuhan,tempat tinggal sudah ditanggung sama yang bawa aku pak. Kadang sedih kalau lagi inget kepingin sekolah seperti temen - temen, apalagi satu tahun lagi kan lulusan, aku pingin merasakan Ujian Nasional, trus merasakan perpisahan kaya teman - teman pak. Tapi mau bagaimana lagi, aku disini juga sendiri pak gak punya saudara"
Itulah potongan sms yang membuatku merasa ditohok sebagai salah satu gurunya. Pendidikan dasar 9 tahun itu wajib hukumnya. Tetapi ini anak umur 14 tahun yang baru kelas 8 tidak bisa melanjutkan ke kelas 9 karena kebijakan sekolah. Akibatnya sekarang dia dan beberapa kawan kawannya harus bekerja membantu orang tuanya
Miris rasanya karena aku sebagai salah satu gurunya tidak bisa berbuat banyak. Padahal pendidikan dasar 9 Tahun itu gratis tanpa biaya. Tetapi butuh kesadaran orang tua dan kepedulian dari lingkungan sosial untuk mensukseskan itu semua.
Pada akhirnya saya hanya berpesan untuk rekan rekan guru dan kepala sekolah dimana saja berada, Kebijakan memang harus dijalankan, tetapi bantulah murid murid kita yang berasal dari keluarga pra sejahtera untuk mengenyam pendidikan lebih lanjut minimal menuntaskan wajib belajar 9 tahun. Karena bagaimanapun juga mereka adalah generasi penerus bangsa
Sebuah pesan singkat yang berujung pada pertanyaan dan penyesalan yang mendalam atas apa yang terjadi pada generasi penerus bangsa ini.
Hp berdering tanda sms masuk, "Apa kabar Pak Feb?"
Dalam hati aku berujar, "Pasti salah satu dari sekian banyak muridku, karena nomor tanpa nama"
Niah namanya, Aku pikir setelah dia keluar dari sekolah dimana aku pernah mengajar dia melanjutkan sekolah di luar, karena pada saat dia berpamitan ia berkata mau pindah sekolah melanjutkan kelas 9 SMP di luar sana.
Tetapi kenyataanya berbeda, setelah dia terpaksa keluar dari sekolah tempat aku mengajar karena kebijakan pemilik sekolah, dia menjadi seorang pekerja yang berada nun jauh disana di negeri sebrang.
"Dulu memang mau lanjut sekolah pak, tapi adikku sakit sampai di rawat di RS. Motor aja sampai kejual untuk biaya pengobatan. Jadi orang tuaku gak bisa membiayaiku sekolah, mau minta kebijakan dari sekolah juga sekolah gak bisa bantu pak, Terpaksa aku kerja untuk membantu orang tuaku pak. Tapi bukan cuma aku aja yang kerja, temen teman yang lain yang tidak diperkenankan melanjutkan sekolah juga kerja pak"
"Aku sekarang di Semarang, di salah satu kantin di kampus PTN pak. Allhamdulillah udah bisa ngirim ke orang tuaku Rp 3 Juta. Hari ini aku juga senang sekali karena dapet uang 10 ribu hasil jualan botol bekas sama kardus bekas yang aku kumpulin"
"Seneng rasanya bisa menikmati uang hasil keringat sendiri pak. Aku kerja tiap hari dari jam 07.00 - 22.00, dan satu bulan aku dapet gaji 1,5 juta pak bersih karena semua kebutuhan,tempat tinggal sudah ditanggung sama yang bawa aku pak. Kadang sedih kalau lagi inget kepingin sekolah seperti temen - temen, apalagi satu tahun lagi kan lulusan, aku pingin merasakan Ujian Nasional, trus merasakan perpisahan kaya teman - teman pak. Tapi mau bagaimana lagi, aku disini juga sendiri pak gak punya saudara"
Itulah potongan sms yang membuatku merasa ditohok sebagai salah satu gurunya. Pendidikan dasar 9 tahun itu wajib hukumnya. Tetapi ini anak umur 14 tahun yang baru kelas 8 tidak bisa melanjutkan ke kelas 9 karena kebijakan sekolah. Akibatnya sekarang dia dan beberapa kawan kawannya harus bekerja membantu orang tuanya
Miris rasanya karena aku sebagai salah satu gurunya tidak bisa berbuat banyak. Padahal pendidikan dasar 9 Tahun itu gratis tanpa biaya. Tetapi butuh kesadaran orang tua dan kepedulian dari lingkungan sosial untuk mensukseskan itu semua.
Pada akhirnya saya hanya berpesan untuk rekan rekan guru dan kepala sekolah dimana saja berada, Kebijakan memang harus dijalankan, tetapi bantulah murid murid kita yang berasal dari keluarga pra sejahtera untuk mengenyam pendidikan lebih lanjut minimal menuntaskan wajib belajar 9 tahun. Karena bagaimanapun juga mereka adalah generasi penerus bangsa
0
1.9K
27


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan