Quote:
Jakarta, HanTer - Wacana perombakan (reshuffle) kabinet kerja jilid II semakin mencuat menyusul masuknya dua partai politik (parpol) yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih (KMP), yakni Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Golkar (PG) yang mendukung pemerintahan Joko Widodo - Jusuf Kalla secara terang-terangan.
Namun, apabila Presiden Jokowi benar-benar melakukan reshuffle kabinet jilid II pada tahun ini, maka akan menjadi sejarah baru pengelolaan pemerintahan di negeri ini sejak orde baru.
"Soalnya baru setahun jadi presiden sudah dua akan dua kali ganti kabinetnya. Seperti negara dalam keadaan genting saja atau seperti pengelolaan politik lokal di daerah otonom saja, yang sebentar-bentar ganti pejabatnya karena ketaksukaan pemimpinnya," kata Pengamat Politik Laode Ida di Jakarta, Rabu (4/11/2015).
Dia mengatakan, mungkin presiden akan anggap itu wajar dan berpikir figur menterinyalah yang bermasalah. "Padahal bukan mustahil banyak orang akan menilai justru pada presidennyalah akar masalahnya. Kelabilan jiwa seorang pemimpin sehingga dengan mudah dipengaruhi, ditekan dan digoda lalu segera merubah keputusannya atau mengganti para pejabat pembantunya. Ini berbahaya," ujarnya.
Dia memaparkan, hal yang membahayakan reshuffle kabinet jilid II ini. Pertama, akan terus menimbulkan ketidaknyawanan jiwa-jiwa bagi para pembantunya yang niscaya berpengaruh pada kinerja. Kedua, Jokowi akan terkesan transaksikan jabatan menteri akibat ketakutan atau kegelisahannya sendiri. Ketiga, akan timbulkan goncangan ketak puasan dari parpol pendukung setia sejak awalnya, karena pergantian kabinet niscaya akan ambil jatah mereka. "Jokowi pun akan dianggap sebagai figur yang tak konsisten," ungkapnya.
Seharusnya, sambungnya, yang perlu disadari oleh Jokowi bahwa mengelola negara besar ini tak boleh main-main hanya karena faktor kegoncangan jiwa sendiri yang risikonya akan sangat besar. Sebab itu, dia mengingatkan tidak ada figur yang sempurnasempurna. Sehingga gonta-ganti pembantu tiap hari pun bukan saja tak akan selesaikan masalah melain sebaliknya akan lahirkan masalah baru.
"Yang harus anda lakukan adalah perbaiki kemampuan manajerial dalam mimpin negara besar, yang justru barangkali bisa peroleh masukan dari para pembantu berpengalaman," imbaunya.
Sumber: http://nasional.harianterbit.com/nasional/2015/11/04/46467/25/25/Reshuffle-Kabinet-Jilid-II-Jokowi-Bakal-Buat-Sejarah-Baru
Huah.. ha.. ha.. ha.. ha.. ha.. sebuah opini dari pengamat yang sedang berhalusinasi! Bagaimana mungkin pengamat ini menilai Jokowi, sebagai pemimpin berjiwa labil? Yang labil itu bukannya yang dulu udah kalah itu, yah? Hahahahaha! Sebagai seorang nastak sejati, ana justru melihat situasi ini sebagai bukti bahwa Jokowi tetap stabil (konsisten), dalam menjunjung tinggi perkataannya!
"Itu loh, perkataan yang sebelum resmi dicalonkan itu, loh!"
