- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]


TS
ap23
Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/10/30/4929131_20151030022934.jpg)
Spoiler for kayaknya no repost:
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/10/30/4929131_20151030023100.jpg)
sudah hampir lebih 3 bulan lebih bencana kabut asap melanda negri ini khususnya saudara-saudara kita yang berada di pulau sumatra dan kalimantan. dikabarkan bencana kabut asap ini yang paling terparah sejak 17tahun terakhir, sakin parahnya sampai melumpuhkan penerbangan dibeberapa airport yang terkena dampak langsung, dan dikabrakan pulau sampai ada yang meninggal diduga akibat kabut asap ini

Quote:
Original Posted By profile Sekolah Relawan

Quote:
Original Posted By VIVA.co.idSeperti apa pun cara memadamkan api, sumber air tetap menjadi hal utama yang harus disiapkan. Beribu relawan sekali pun, tanpa ada air, akan sia-sia saat melakukan pemadaman kebakaran di hutan.
Hal inilah yang digagas oleh Sekolah Relawan di Kalimantan Tengah. Dalam diam dan pekatnya asap, pasukan ini menembus kabut 'jerebu'.
Puluhan kilometer pun ditempuh dengan berjalan kaki. Dengan membawa serta peralatan bor nan berat, pasukan ini bertaruh nyawa dalam api dan asap.
Pasukan penjaga gambut ini percaya, penyediaan sumur bor menjadi alternatif solusi untuk penanganan kebakaran hutan.
"Ide ini kami dapat dari masyarakat lokal. Selama ini mereka memang sudah mengandalkan sumur bor untuk membasahi hutan saat kemarau," kata pendiri Sekolah Relawan, Gaw Bayu Gawtama saat dihubungi VIVA.co.id, Selasa, 27 Oktober 2015.
enurut Gaw, pemadaman api menggunakan teknik sumur bor memang dirasa paling efektif untuk memadamkan api di dalam hutan. Sebab, titik api yang berada jauh dari sumber air akan menjadi terkendala ketika selang air atau kendaraan pemadam tak bisa menembus.
"Kalau cuma mengandalkan air dari pinggir jalan tidak akan pernah bisa dipadamkan. Kami saja sudah membawa 300 meter selang dengan bantuan sumur bor, itu pun cukup melelahkan," kata Gaw.
Sejauh ini, puluhan relawan yang dinisiasi oleh Gaw sudah berhasil membuat 10 sumur bor baru dengan kedalaman 20 meter hingga 25 meter. Mereka menargetkan dalam sebulan harus ada 100 buah sumur bor dengan jarak antara sumur berkisar 100 meter hingga 200 meter.
"Kesulitannya cuma manual, kami harus menumbuk-numbuk tanah dengan bantuan tangan. Dua jam paling cepat. Kadang ada juga yang sampai 8 jam dan air tetap tak keluar. Kalau air masih melimpah, dan saya yakin tidak akan menghabiskan cadangan air tanah," tuturnya."Presiden Joko Widodo kami menantikan kehadiran Bapak untuk mencanangkan Gerakan Sejuta Sumur Bor untuk pencegahan kerusakan gambut," tulis salah seorang relawan Januminro seperti dikutip dari laman Facebook Sekolah Relawan.
Katanya, bila Jokowi berkunjung melihat kanal, diharap berkenan singgah untuk melihat pembuatan dan efektivitas sumur bor untuk menjaga lahan gambut dari kebakaran.
"Kami sudah menyiapkan alat bor sederhana untuk Bapak tancapkan, setelah itu serahkan pada relawan untuk melanjutkan.
Kami tunggu kehadiran Bapak."
Hal inilah yang digagas oleh Sekolah Relawan di Kalimantan Tengah. Dalam diam dan pekatnya asap, pasukan ini menembus kabut 'jerebu'.
Puluhan kilometer pun ditempuh dengan berjalan kaki. Dengan membawa serta peralatan bor nan berat, pasukan ini bertaruh nyawa dalam api dan asap.
Pasukan penjaga gambut ini percaya, penyediaan sumur bor menjadi alternatif solusi untuk penanganan kebakaran hutan.
"Ide ini kami dapat dari masyarakat lokal. Selama ini mereka memang sudah mengandalkan sumur bor untuk membasahi hutan saat kemarau," kata pendiri Sekolah Relawan, Gaw Bayu Gawtama saat dihubungi VIVA.co.id, Selasa, 27 Oktober 2015.
enurut Gaw, pemadaman api menggunakan teknik sumur bor memang dirasa paling efektif untuk memadamkan api di dalam hutan. Sebab, titik api yang berada jauh dari sumber air akan menjadi terkendala ketika selang air atau kendaraan pemadam tak bisa menembus.
"Kalau cuma mengandalkan air dari pinggir jalan tidak akan pernah bisa dipadamkan. Kami saja sudah membawa 300 meter selang dengan bantuan sumur bor, itu pun cukup melelahkan," kata Gaw.
Sejauh ini, puluhan relawan yang dinisiasi oleh Gaw sudah berhasil membuat 10 sumur bor baru dengan kedalaman 20 meter hingga 25 meter. Mereka menargetkan dalam sebulan harus ada 100 buah sumur bor dengan jarak antara sumur berkisar 100 meter hingga 200 meter.
"Kesulitannya cuma manual, kami harus menumbuk-numbuk tanah dengan bantuan tangan. Dua jam paling cepat. Kadang ada juga yang sampai 8 jam dan air tetap tak keluar. Kalau air masih melimpah, dan saya yakin tidak akan menghabiskan cadangan air tanah," tuturnya."Presiden Joko Widodo kami menantikan kehadiran Bapak untuk mencanangkan Gerakan Sejuta Sumur Bor untuk pencegahan kerusakan gambut," tulis salah seorang relawan Januminro seperti dikutip dari laman Facebook Sekolah Relawan.
Katanya, bila Jokowi berkunjung melihat kanal, diharap berkenan singgah untuk melihat pembuatan dan efektivitas sumur bor untuk menjaga lahan gambut dari kebakaran.
"Kami sudah menyiapkan alat bor sederhana untuk Bapak tancapkan, setelah itu serahkan pada relawan untuk melanjutkan.
Kami tunggu kehadiran Bapak."
ingin tahu gimana kisah perjuangan para pemuda hebat ini berjuang dalam memadankan api dan membuat sumur bor ... ??
cekidot gan !!
Spoiler for Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo:
dengan penuh semangat tanpa mengeluh para pemuda hebat ini masuk kedalam hutan dengan membawa peralatan seadanya
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/10/30/4929131_20151030030247.jpg)
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/10/30/4929131_20151030030557.jpg)
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/10/30/4929131_20151030030736.jpg)
warga KALTENG pun merindukan sinar matahari dan birunya langit

![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/10/30/4929131_20151030031046.jpg)
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/10/30/4929131_20151030031159.jpg)
Suasana diposko tumbang nusa
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/10/30/4929131_20151030031410.jpg)
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/10/30/4929131_20151030031504.jpg)
Spoiler for Pembuatan Sumur Bor:
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/10/30/4929131_20151030031936.jpg)
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/10/30/4929131_20151030032012.jpg)
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/10/30/4929131_20151030032058.jpg)
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/10/30/4929131_20151030032148.jpg)
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/10/30/4929131_20151030032204.jpg)
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/10/30/4929131_20151030032249.jpg)
Spoiler for Proses pemadaman api:
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/10/30/4929131_20151030032410.jpg)
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/10/30/4929131_20151030032432.jpg)
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/10/30/4929131_20151030032537.jpg)
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/10/30/4929131_20151030032545.jpg)
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/10/30/4929131_20151030035633.jpg)
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/10/30/4929131_20151030035712.jpg)
Jam 00.15 masuk laporan kebakaran di dekat proyek kanalisasi, jembatan layang Tumbang Nusa, Pulang Pisau.
Tim berangkat, berupaya lakukan pemadaman, sampai jam 02.15 api belum berhasil dipadamkan karena sumber air habis. Karena tidak ada sumur bor dekat lokasi.
menyelamatkan yang tersisa
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/10/30/4929131_20151030035751.jpg)
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/10/30/4929131_20151030035904.jpg)
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/10/30/4929131_20151030035930.jpg)
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/10/30/4929131_20151030035952.jpg)
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/10/30/4929131_20151030040009.jpg)
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/10/30/4929131_20151030040028.jpg)
Spoiler for Hujan Turun 2 Hari atas izin yang Maha Kuasa:
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/10/30/4929131_20151030032742.jpg)
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/10/30/4929131_20151030032845.jpg)
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/10/30/4929131_20151030032912.jpg)
selain membuat sumur bor dan memadamkan api para relawan j uga memberikan donasi dan edukasi untuk warga setempat.
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/10/30/4929131_20151030033030.jpg)
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/10/30/4929131_20151030033051.jpg)
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/10/30/4929131_20151030033102.jpg)
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/10/30/4929131_20151030033139.jpg)
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/10/30/4929131_20151030033157.jpg)
tidak lupa untuk melaksanakan kewajiban ditengah tugas meski didalam hutan.
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/10/30/4929131_20151030033305.jpg)
Quote:
Original Posted By PARA RELAWAN ASAPMedia online jarang menampilkan berita yang biasa-biasa saja, mengenai orang-orang atau anak-anak muda yang bekerja diam-diam, seperti Prof. Wenten di Bandung dengan air-purifiernya, atau anak-anak muda di Sekolah Relawan, Komunitas Jumpun Pambelom, Sedekah Oksigen, BantuKorbanAsap.Org di daerah-daerah bencana. Kita terbiasa dengan berita-berita yang ingar-bingar, sampai imun rasanya, hingga tak peka penting tidaknya.
Di kawasan hutan Tumbang Nusa, Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, kita bisa temui anak-anak muda sedang sibuk membikin sumur-sumur bor. Mereka bertekad membangun 100 titik sumur bor. Ini kumpulan anak muda yang beragam. Ada guru, mahasiswa S1, S2, fasilitator outbound, karyawan, pemilik toko outdoor, mantan guru SLB, dan masih banyak lagi.
Anak-anak muda yang tergabung dalam Sekolah Relawan, yang di-inisiasi Gaw Bayu Gawtama itu, bahu-membahu dengan berbagai komunitas relawan. Mereka meyakini; Sumur bor di wilayah hutan sangat bermanfaat untuk antisipasi meluasnya kebakaran. Mereka sedang membuat sumur-sumur bor baru di tengah hutan dan kawasan hutan lainnya. Sumur bor inilah salah satu cara warga lokal menghadapi kebakaran hutan.
Di antara mereka ada juga korban asap pembakaran hutan dan lahan, tapi mereka lebih memilih bertindak daripada mengeluh dan menghujat. Seperti Hendra (17) dan Daniel (15, yang termuda dan pakar gambut), dua remaja kakak-beradik yang sudah dua bulan bersama relawan lokal Jumpun Pambelom bekerja keras angkat selang, pipa, mesin untuk membuat sumur bor di hutan-hutan wilayah Kalimantan Tengah. Ada juga Yanto, kelahiran 1995, drop out dari SMP kelas 2, karena tak ada biaya. Ia anak Dayak yang membantu menjadi penerjemah para relawan yang datang dari berbagai daerah.
Ada juga orang-orang yang tak terlihat di lapangan seperti Roel Mustafa, pengusaha keturunan Betawi yang tinggal di Depok (Jabar). Dukungannya atas tim sangat luar biasa. Waktu, tenaga, koneksi, dan juga dananya. Ia mengantar belanja perlengkapan pemadaman, juga berbagai kebutuhan anak-anak di lapangan, termasuk memprovokasi teman-temannya untuk mau membantu tim.
Ada juga Eko Subiyantoro, Forest Ranger di Banjarbaru yang masih dalam proses penyembuhan pasca kecelakaan. Ia menyambungkan tim lapangan dengan pihak-pihak di Kalteng. Rumahnya juga jadi tempat transit semua relawan dan barang-barang anak-anak Sekolah Relawan dan Sedekah Oksigen.
Belum lagi Hunggul Prihono, mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, mantan guru SLB, rela berkubang lumpur kotor air hitam. Sudah hampir sebulan ia bergulang di tengah hutan. Tak peduli badannya yang kerempeng, melakukan aktivitas pemadaman dan membuat sumur bor. Ia sanggup kerja keras memadamkan api sampai larut malam, jam 02 dini hari bahkan, selain kepiawaiannya menggunakan drone untuk pemetaan. Dia datang menjadi relawan setelah membaca aktivitas Sekolah Relawan di medsos. Jadi, medsos tak hanya untuk caci-maki ‘kan? Kan!
Namanya juga relawan, mereka bergerak suka-rela, atas dasar bantuan darimana saja, untuk mengatasi masalah kebakaran hutan dan asap. Mereka butuh donasi untuk menunjang kebutuhan lapangan, baik berupa uang, barang, akomodasi. Untuk memulai pembuatan sumur bor, relawan menancapkan meter demi meter pipa besi berukuran 1inci dengan kedalaman pipa bisa mencapai 30 meter.
Pipa besi akan dihentikan ketika pipa telah menembus lapisan pasir kasar. Lapisan pasir kasar merupakan indikator lapisan yang banyak mengandung air. Itu kearifan lokal untuk mengetahui lapisan air di tanah gambut.
Kelelahan terbayarkan saat air mengucur dengan deras. Itulah kerja keras anak-anak Sekolah Relawan, dan berbagai komunitas lainnya, untuk mendukung perlawanan api dan asap. Inisiasi masyarakat ini, layak diapresiasi. Termasuk oleh pemerintah dan fesbuker tentunya. Karena keduanya sering terlihat terlalu cerewet.
Pasti cerita semacam di Kalimantan Tengah ini, juga bisa kita temui di beberapa daerah, di Riau, Palembang, Pontianak, Papua dan lain sebagaimana di mana terjadi bencana. Hanya sering kita tidak membacanya, karena memang tidak dituliskan.
Di kawasan hutan Tumbang Nusa, Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, kita bisa temui anak-anak muda sedang sibuk membikin sumur-sumur bor. Mereka bertekad membangun 100 titik sumur bor. Ini kumpulan anak muda yang beragam. Ada guru, mahasiswa S1, S2, fasilitator outbound, karyawan, pemilik toko outdoor, mantan guru SLB, dan masih banyak lagi.
Anak-anak muda yang tergabung dalam Sekolah Relawan, yang di-inisiasi Gaw Bayu Gawtama itu, bahu-membahu dengan berbagai komunitas relawan. Mereka meyakini; Sumur bor di wilayah hutan sangat bermanfaat untuk antisipasi meluasnya kebakaran. Mereka sedang membuat sumur-sumur bor baru di tengah hutan dan kawasan hutan lainnya. Sumur bor inilah salah satu cara warga lokal menghadapi kebakaran hutan.
Di antara mereka ada juga korban asap pembakaran hutan dan lahan, tapi mereka lebih memilih bertindak daripada mengeluh dan menghujat. Seperti Hendra (17) dan Daniel (15, yang termuda dan pakar gambut), dua remaja kakak-beradik yang sudah dua bulan bersama relawan lokal Jumpun Pambelom bekerja keras angkat selang, pipa, mesin untuk membuat sumur bor di hutan-hutan wilayah Kalimantan Tengah. Ada juga Yanto, kelahiran 1995, drop out dari SMP kelas 2, karena tak ada biaya. Ia anak Dayak yang membantu menjadi penerjemah para relawan yang datang dari berbagai daerah.
Ada juga orang-orang yang tak terlihat di lapangan seperti Roel Mustafa, pengusaha keturunan Betawi yang tinggal di Depok (Jabar). Dukungannya atas tim sangat luar biasa. Waktu, tenaga, koneksi, dan juga dananya. Ia mengantar belanja perlengkapan pemadaman, juga berbagai kebutuhan anak-anak di lapangan, termasuk memprovokasi teman-temannya untuk mau membantu tim.
Ada juga Eko Subiyantoro, Forest Ranger di Banjarbaru yang masih dalam proses penyembuhan pasca kecelakaan. Ia menyambungkan tim lapangan dengan pihak-pihak di Kalteng. Rumahnya juga jadi tempat transit semua relawan dan barang-barang anak-anak Sekolah Relawan dan Sedekah Oksigen.
Belum lagi Hunggul Prihono, mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, mantan guru SLB, rela berkubang lumpur kotor air hitam. Sudah hampir sebulan ia bergulang di tengah hutan. Tak peduli badannya yang kerempeng, melakukan aktivitas pemadaman dan membuat sumur bor. Ia sanggup kerja keras memadamkan api sampai larut malam, jam 02 dini hari bahkan, selain kepiawaiannya menggunakan drone untuk pemetaan. Dia datang menjadi relawan setelah membaca aktivitas Sekolah Relawan di medsos. Jadi, medsos tak hanya untuk caci-maki ‘kan? Kan!
Namanya juga relawan, mereka bergerak suka-rela, atas dasar bantuan darimana saja, untuk mengatasi masalah kebakaran hutan dan asap. Mereka butuh donasi untuk menunjang kebutuhan lapangan, baik berupa uang, barang, akomodasi. Untuk memulai pembuatan sumur bor, relawan menancapkan meter demi meter pipa besi berukuran 1inci dengan kedalaman pipa bisa mencapai 30 meter.
Pipa besi akan dihentikan ketika pipa telah menembus lapisan pasir kasar. Lapisan pasir kasar merupakan indikator lapisan yang banyak mengandung air. Itu kearifan lokal untuk mengetahui lapisan air di tanah gambut.
Kelelahan terbayarkan saat air mengucur dengan deras. Itulah kerja keras anak-anak Sekolah Relawan, dan berbagai komunitas lainnya, untuk mendukung perlawanan api dan asap. Inisiasi masyarakat ini, layak diapresiasi. Termasuk oleh pemerintah dan fesbuker tentunya. Karena keduanya sering terlihat terlalu cerewet.
Pasti cerita semacam di Kalimantan Tengah ini, juga bisa kita temui di beberapa daerah, di Riau, Palembang, Pontianak, Papua dan lain sebagaimana di mana terjadi bencana. Hanya sering kita tidak membacanya, karena memang tidak dituliskan.
Spoiler for Dukungan Moril:
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/10/30/4929131_20151030033732.jpg)
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/10/30/4929131_20151030033748.jpg)
Spoiler for Kebahagian PARA RELAWAN ASAP:
Setiap orang punya cara mencari bahagia. Ini cara kami...
para relawan di Tumbang Nusa, Pulang Pisau ekspresikan bahagia setelah air bersih keluar dari sumur bor
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/10/30/4929131_20151030033933.jpg)
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/10/30/4929131_20151030035452.jpg)
Quote:
Original Posted By Sekolah Relawan![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/10/30/4929131_20151030040204.jpg)
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/10/30/4929131_20151030040204.jpg)
Quote:
Original Posted By UPDATE
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/11/01/4929131_20151101014102.jpg)
Hampir saja Jokowi singgah..di Jumpun Pambelom..
Spanduk dengan tulisan Pembuatan Sumur Bor Untuk Melindungi Gambut, sempat....menghentikan laju rombongan presiden Jokowi...
Beliau sempat melihat....dan mobil..sempat menepi dan berhenti...namun entah mengapa...mobil kemudian....terus melaju...
Nampaknya kami belum beruntung.....
Semoga Liputan dari Program 360 Metro TV..yang tayang minggu depan (7 Nopember) akan memberi informasi terkait sumur bor......
Tim Liputan 360 Metro TV ikut mejeng....disela liputan di Jumpun Pambelom.
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/11/01/4929131_20151101044745.jpg)
DANIEL | Jika di ruang sidang ber-AC, steril dan wangi, para pimpinan DPR-RI memakai masker; mengapa Daniel (15) yang berlaga melawan api dan asap, ogah memakai masker? Apakah dia sakti?
“Susah bernafas,…” jawab Daniel, pasukan termuda relawan pemadam kebakaran hutan dan lahan di Tumbang Nusa, Pulang Pisau, Palangkaraya. Daniel sejak lahir ceprot memang berada di area lahan gambut. Tiap tahun mengalami kepungan api dan asap lahan gambut. Aksi semacam Fadli Zon dkk., tak menarik baginya. Lagian, Daniel juga tak mengenal mereka, sebagaimana ia juga tak bisa menyebut nama pejabat gubernur Kalteng sekarang.
Meski anggota termuda, Daniel seolah menjadi mentor anak-anak Sekolah Relawan. Ia anak dari Pak Gunung (54), yang kebetulan lelaki tertua di antara para relawan asap itu. Bersama dua anaknya yang lain Hendra dan Yanto, juga para tetangga seperti Ipan dan Pak Winda, Pak Gunung yang bernama aseli Gunawan, ikut dalam gerakan 100 Sumur Bor di lahan gambut Tumbang Nusa, yang diinisiasi oleh Sekolah Relawan dan Jumpun Pambelom bersama masyarakat setempat.
Dalam aktivitas ini, bukan Daniel dan para saudaranya yang ikut para relawan, tetapi justeru sebaliknya. Bahkan, Daniel salah satu mentor mereka yang paling asyik, meski DO dari kelas dua SMP.
Berbeda dengan kakak-kakaknya, ia ogah meneruskan sekolah. Daniel ingin hidup di hutan. Ia paling ahli gambut, walaupun ia mengaku soal matematika paling parah. Tapi kepekaannya mengagumkan, dan sangat membantu gerakan membuat 100 sumur bor itu.
Namanya memang cuma Daniel doang. Pak Gunung sering memanggilnya ‘Dani’. Tak ada embel-embel lain. Kok bisa di hutan ada anak bernama Daniel? Itu salah satu misteri yang tak terpecahkan. Pak Gunung, yang memberi nama, pun tak bisa menjawab. Petani lahan yang kadang menanam nanas, rambutan, atau singkong itu, cuma ketawa.
Sebagai anak petani hutan, Daniel sehari-hari keluar-masuk hutan. Mencari hasil hutan seperti kulit kayu gemor, untuk bahan dasar obat nyamuk, kayu gaharu, bahan pembuat kosmetik, kayu ulin, kelawit. Semua itu kemudian dijual untuk mendapatkan uang. Daniel dan para tetangga, kini dikaryakan oleh Ir. Januminro, pemenang Kehati Award (2014 & 2015) untuk menjaga dan mengembangkan Jumpun Pambelom, hutan kehidupan, di Tumbang Nusa.
Meski tak berminat sekolah (formal), Daniel adalah pembaca buku yang tekun. Di Jumpun Pambelom banyak buku koleksi Januminro. Setiap malam, Daniel pasti mencari buku-buku bagus untuk dibacanya. “Kalau ada relawan yang ke kota beli koran, semua koran itu juga dibacanya habis,” cerita Elid Liradianta, relawan asal Surabaya, yang suka menggoda Daniel.
Daniel sendiri susah diwawancara, karena pemalu. Beberapa hari lalu, ketika diminta testimoni wartawan, dia malah mau mewek, menangis.
Tapi, biar pemalu, Daniel penyuka minuman cokelat panas (apa hubungannya!). “Pernah waktu sarapan, para relawan makan roti dengan selai kacang dan selai cokelat,” cerita Elid, anggota SatLaKar Dinas Kebakaran dan SatLak Penanggulangan Bencana Kota Surabaya yang sudah tiga minggu di Kalteng. “Karena pengen banget rasa minuman cokelat anget, selai cokelat yang tersisa disedu pakai air panas,…”
Anak-anak SR, yang kebanyakan anak kota, tak berani masuk ke hutan tanpa Daniel dan kawan-kawan. Kesasar di kota, masih bisa nanya. Tapi kesasar di hutan? Daniel menjadi kompas, penunjuk arah dan menentukan kemana pasukan bergerak. Ia tahu di mana jalan pulang, jalan bahaya, bahkan juga bisa menjelaskan tentang keragaman hutan gambut seolah guide internasional. Ia tahu tanaman hutan liar yang mengandung air dan bisa diminum. Tanaman yang bisa mengobati penyakit. Dan bahkan Daniel tahu 95% orang-utan mirip manusia. Apa yang dimakan orang-utan, pasti juga bisa dimakan manusia,…
Jika lagi kaya, Daniel suka pamer dan mengajak ke warung kopi. Dari mana duit? Kalau ada orang yang minta diantar ke hutan, kadang Daniel suka mendapatkan tips. Pernah dia mendapat uang tips sebesar Rp 75.000, dan ia langsung pamer mengajak ke warung kopi.
Daniel hampir 24 jam tinggal di posko para relawan. Pulang hanya untuk mandi dan ganti baju. Anak dengan tinggi 155 cm dan berat sekitar 45 kiogram itu, sanggup membawa 8-9 gulung selang yang beratnya hingga 15-20 kilo dengan tas rotan buatannya. Ia pikul sendiri, berjalan puluhan kilo masuk ke hutan.
Suatu ketika, Elid membelikan minuman cokelat sachet. Pagi hari Daniel menyeduh minuman itu. Harapannya bisa sarapan plus minum cokelat. Eh, komandan Gaw Bayu Gawtama meminta semua tim bersiaga, karena api berkobar semakin dekat. Pasukan pun meninggalkan sarapan, sibuk memadamkan api.
Begitu api padam, Daniel mencari minuman cokelat yang ditinggalkan. Tapi gelas plus minuman cokelat itu hilang lenyap,… Mungkin kelalap api.
Daniel tampak sedih dan mengajuk pada Elid, “Bang, minuman cokelat yang semalam beli di mana? Berapa harganya? Kalau abang ke kota lagi, titip belikan ya
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/11/02/4929131_20151102080416.jpg)
Asap boleh hampir tiada, menyisakan kabut samar".
Hujan dalam beberapa hari ini sudah turun dg intensitas cukup besar.
Tapi semangat para relawan tetap ada, terus berjuang untuk membuat sumur bor. Dan ditengah" kami hadir relawan wanita (Intan dari bogor) yg bertugas sebagi photograper. Namun ia turut merasakan bagaimana cara membuat sumur bor.
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/11/01/4929131_20151101014102.jpg)
Hampir saja Jokowi singgah..di Jumpun Pambelom..
Spanduk dengan tulisan Pembuatan Sumur Bor Untuk Melindungi Gambut, sempat....menghentikan laju rombongan presiden Jokowi...
Beliau sempat melihat....dan mobil..sempat menepi dan berhenti...namun entah mengapa...mobil kemudian....terus melaju...
Nampaknya kami belum beruntung.....
Semoga Liputan dari Program 360 Metro TV..yang tayang minggu depan (7 Nopember) akan memberi informasi terkait sumur bor......
Tim Liputan 360 Metro TV ikut mejeng....disela liputan di Jumpun Pambelom.
Spoiler for This My Hero:
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/11/01/4929131_20151101044745.jpg)
DANIEL | Jika di ruang sidang ber-AC, steril dan wangi, para pimpinan DPR-RI memakai masker; mengapa Daniel (15) yang berlaga melawan api dan asap, ogah memakai masker? Apakah dia sakti?
“Susah bernafas,…” jawab Daniel, pasukan termuda relawan pemadam kebakaran hutan dan lahan di Tumbang Nusa, Pulang Pisau, Palangkaraya. Daniel sejak lahir ceprot memang berada di area lahan gambut. Tiap tahun mengalami kepungan api dan asap lahan gambut. Aksi semacam Fadli Zon dkk., tak menarik baginya. Lagian, Daniel juga tak mengenal mereka, sebagaimana ia juga tak bisa menyebut nama pejabat gubernur Kalteng sekarang.
Meski anggota termuda, Daniel seolah menjadi mentor anak-anak Sekolah Relawan. Ia anak dari Pak Gunung (54), yang kebetulan lelaki tertua di antara para relawan asap itu. Bersama dua anaknya yang lain Hendra dan Yanto, juga para tetangga seperti Ipan dan Pak Winda, Pak Gunung yang bernama aseli Gunawan, ikut dalam gerakan 100 Sumur Bor di lahan gambut Tumbang Nusa, yang diinisiasi oleh Sekolah Relawan dan Jumpun Pambelom bersama masyarakat setempat.
Dalam aktivitas ini, bukan Daniel dan para saudaranya yang ikut para relawan, tetapi justeru sebaliknya. Bahkan, Daniel salah satu mentor mereka yang paling asyik, meski DO dari kelas dua SMP.
Berbeda dengan kakak-kakaknya, ia ogah meneruskan sekolah. Daniel ingin hidup di hutan. Ia paling ahli gambut, walaupun ia mengaku soal matematika paling parah. Tapi kepekaannya mengagumkan, dan sangat membantu gerakan membuat 100 sumur bor itu.
Namanya memang cuma Daniel doang. Pak Gunung sering memanggilnya ‘Dani’. Tak ada embel-embel lain. Kok bisa di hutan ada anak bernama Daniel? Itu salah satu misteri yang tak terpecahkan. Pak Gunung, yang memberi nama, pun tak bisa menjawab. Petani lahan yang kadang menanam nanas, rambutan, atau singkong itu, cuma ketawa.
Sebagai anak petani hutan, Daniel sehari-hari keluar-masuk hutan. Mencari hasil hutan seperti kulit kayu gemor, untuk bahan dasar obat nyamuk, kayu gaharu, bahan pembuat kosmetik, kayu ulin, kelawit. Semua itu kemudian dijual untuk mendapatkan uang. Daniel dan para tetangga, kini dikaryakan oleh Ir. Januminro, pemenang Kehati Award (2014 & 2015) untuk menjaga dan mengembangkan Jumpun Pambelom, hutan kehidupan, di Tumbang Nusa.
Meski tak berminat sekolah (formal), Daniel adalah pembaca buku yang tekun. Di Jumpun Pambelom banyak buku koleksi Januminro. Setiap malam, Daniel pasti mencari buku-buku bagus untuk dibacanya. “Kalau ada relawan yang ke kota beli koran, semua koran itu juga dibacanya habis,” cerita Elid Liradianta, relawan asal Surabaya, yang suka menggoda Daniel.
Daniel sendiri susah diwawancara, karena pemalu. Beberapa hari lalu, ketika diminta testimoni wartawan, dia malah mau mewek, menangis.
Tapi, biar pemalu, Daniel penyuka minuman cokelat panas (apa hubungannya!). “Pernah waktu sarapan, para relawan makan roti dengan selai kacang dan selai cokelat,” cerita Elid, anggota SatLaKar Dinas Kebakaran dan SatLak Penanggulangan Bencana Kota Surabaya yang sudah tiga minggu di Kalteng. “Karena pengen banget rasa minuman cokelat anget, selai cokelat yang tersisa disedu pakai air panas,…”
Anak-anak SR, yang kebanyakan anak kota, tak berani masuk ke hutan tanpa Daniel dan kawan-kawan. Kesasar di kota, masih bisa nanya. Tapi kesasar di hutan? Daniel menjadi kompas, penunjuk arah dan menentukan kemana pasukan bergerak. Ia tahu di mana jalan pulang, jalan bahaya, bahkan juga bisa menjelaskan tentang keragaman hutan gambut seolah guide internasional. Ia tahu tanaman hutan liar yang mengandung air dan bisa diminum. Tanaman yang bisa mengobati penyakit. Dan bahkan Daniel tahu 95% orang-utan mirip manusia. Apa yang dimakan orang-utan, pasti juga bisa dimakan manusia,…
Jika lagi kaya, Daniel suka pamer dan mengajak ke warung kopi. Dari mana duit? Kalau ada orang yang minta diantar ke hutan, kadang Daniel suka mendapatkan tips. Pernah dia mendapat uang tips sebesar Rp 75.000, dan ia langsung pamer mengajak ke warung kopi.
Daniel hampir 24 jam tinggal di posko para relawan. Pulang hanya untuk mandi dan ganti baju. Anak dengan tinggi 155 cm dan berat sekitar 45 kiogram itu, sanggup membawa 8-9 gulung selang yang beratnya hingga 15-20 kilo dengan tas rotan buatannya. Ia pikul sendiri, berjalan puluhan kilo masuk ke hutan.
Suatu ketika, Elid membelikan minuman cokelat sachet. Pagi hari Daniel menyeduh minuman itu. Harapannya bisa sarapan plus minum cokelat. Eh, komandan Gaw Bayu Gawtama meminta semua tim bersiaga, karena api berkobar semakin dekat. Pasukan pun meninggalkan sarapan, sibuk memadamkan api.
Begitu api padam, Daniel mencari minuman cokelat yang ditinggalkan. Tapi gelas plus minuman cokelat itu hilang lenyap,… Mungkin kelalap api.
Daniel tampak sedih dan mengajuk pada Elid, “Bang, minuman cokelat yang semalam beli di mana? Berapa harganya? Kalau abang ke kota lagi, titip belikan ya
Spoiler for 2 November 2015:
![Kehebatan Pasukan Penjaga Lahan Gambut dari Tanah Borneo [Dokumentasi]](https://s.kaskus.id/images/2015/11/02/4929131_20151102080416.jpg)
Asap boleh hampir tiada, menyisakan kabut samar".
Hujan dalam beberapa hari ini sudah turun dg intensitas cukup besar.
Tapi semangat para relawan tetap ada, terus berjuang untuk membuat sumur bor. Dan ditengah" kami hadir relawan wanita (Intan dari bogor) yg bertugas sebagi photograper. Namun ia turut merasakan bagaimana cara membuat sumur bor.
Diubah oleh ap23 02-11-2015 08:09
0
95K
Kutip
624
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan