chanhwaAvatar border
TS
chanhwa
sebelumnya begal yang dibakar warga, sekarang warga yang dibakar aparat.
emoticon-Berduka (S) krna bnyak yg mikir ini berita hoax. ne ane cntumin.sumbernya di atas

http://www.harianhaluan.com/index.ph...i-dharmasraya/

pdHal dari awal, di akhir tread ini udh ane cantumin sumurnya..

DHARMASRAYA, HA­LUAN – Buntut dari razia gabungan tambang emas ilegal, ribuan warga Keca­matan IX Koto menyerang rumah dinas bupati Dhar­masraya. Mereka membawa satu jenazah laki-laki ber­umur 22 tahun ke rumah penjabat tersebut, Senin (26), sekira pukul 19.30 WIB.

Pantauan Haluan di la­pa­ngan, jenazah tersebut ber­nama Toni (22) warga Jo­rong Sungai Pinang, Na­gari Ampek Nan Dibawah, Ke­ca­matan IX Koto. Jena­zah dibawa dengan satu unit ambulance puskesmas na­gari setempat, berbungkus tikar dan kain panjang di­iringi ribuan warga.

Setibanya di rumah di­nas bupati, jenazah dibujur­kan di teras dengan teriakan warga. “Bupati pembunuh dan bertanggung jawab atas kematian warga kami ini,”.

Ketika demontrasi ber­lang­sung, Penjabat Bupati Dharmasraya Syafrizal ucok tidak berada lagi di tempat alias diamankan dari sera­ngan warga. Pihak kepo­lisian dipimpin Kapolres Dharmasraya AKBP Lalu Muhammad Iwan Mahar­dan, SIK, serta anggota men­­­­coba menenangkan emosi warga dan mem­bacakan ayat-ayat Alquran di dekat jenazah itu.

Namun, emosi ribuan warga semakin memuncak dan me­nimbulkan anarkis dengan cara melempar rumah dinas bupati dengan batu, akibatnya seluruh kaca rumah dinas pecah. Ketika itu masyarakat juga mau masuk ke dalam rumah dinas hendak mencari Penjabat Bupati Sya­frizal ucok dengan teriakan, hilang nyawa ganti nyawa dan bupati itu juga harus dibunuh, dan Kapolres Dharmasraya harus dipindahkan.

Pada kesempatan itu juga, ribuan warga juga hendak me­rusak satu unit mobil dalmas Polres Dharmasraya, namun dihalangi oleh anggota polisi polres dengan mengeluarkan senjata menghalau ribuan warga. Saat itu pihak kepolisian nyaris bentrok dengan ribuan warga. Pihak polisi mengatakan siapa anarkis ditangkap dan diaman­kan, dengan cara membentak bentak warga yang ada di dekat aparat tersebut.

Ribuan warga ketika itu, mengganti posisi demontrasi di jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) depan rumah dinas bupati terse­but, dengan membakar ban mo­bil, dan menyetop kendaraan yang lewat, sehingga mengakibatkan antrian panjang kendaraan yang lewat. Antrian kendaraan men­capai dua kilo meter.

Pasukan anti huru-hara Pol­res Dharmasraya turun ke Jalin­sum dan menghalau ribuan warga tersebut, dengan mengeluarkan tembakan dan mengejar warga sehingga warga pontang-panting berlarian menyelamatkan diri dari serangan anggota polisi, namun ketika pihak aparat anti huru hara kembali di posisinya warga kembali berdatangan de­ngan bermacam-macam teriakan.

Kewalahan, pihak polres se­gera minta bantuan 3 pleton brimob dari Padang Panjang dalam pengamanan.

Informasi yang dihimpun koran ini, demonstrasi besar-besaran di wilayah hukum Polres Dharmasraya itu, dipicu dari razia gabungan Pemkab setem­pat, Polri, TNI, Pol PP, dalam memberantas tambang ilegal di Nagari Koto Ampek Nan Di­bawah, Kecamatan IX Koto.

Razia selaan membakar lu­bang-lubang penggalian tambang pencari emas gelondongan juga membakar pondok-pondok yang ada di tempat peristirahatan anggota pengambil emas, Senin (26/10) siang.

Dari keterangan masyarakat setempat bernama Wel (24), korban dari razia dilakukan aparat tersebut 2 orang bernama Toni (22) meninggal dunia di dalam lubang karena kehabisan oksigen dan Dedi (25), luka bakar di sekujur badan saat ini masih kritis di puskesmas setempat.

“Saat itu setibanya aparat razia karena takut dua orang ini bersembunyi di dalam lubang dan pihak kepolisian, TNI, dan Pol PP langsung melakukan pembakaran dengan cara menyi­ramkan bensin ke dalam lu­bang,”kata Wel kepada Haluan ini di lokasi.

Ia juga mengatakan, diketa­hui, korban bernama Dedi keluar dari dalam lubang sudah dalam keadaan terbakar, sehingga mas­yarakat langsung masuk ke dalam lubang dengan menemukan Toni sudah tidak bernyawa lagi.

Kapolres AKBP Lalu Mu­ham­mad Iwan Mahardan SIK. MM saat dimintai keterangan dalam kejadian ini di sela-selau warga menyerang rumah dinas bupati mengatakan bahwa saat tim melakukan razia, pihaknya tidak menemukan ada warga di tempat. Apalagi berada di dalam lubang.

“Kita hanya menemukan war­ga ada di warung, semua kosong. Kita sudah periksa tidak ada penambang didalam lubang,” jelasnya sembari mengatakan bahwa sejumlah wartawan juga menyaksikan tidak ada orang di lokasi TKP.

Kapolres menyatakan bahwa belum jelas apa penyebab me­ninggalnya pekerja yang diantar oleh warga ke rumah dinas bupati. “Kita akan melakukan visum, apa penyebab kejadian ini. Pastinya tidak kita temukan ada pekerja di lokasi. Kita juga kaget setelah razia ada kabar pekerja yang meninggal karena dibakar,” tegasnya. (tim)
SUMbeR

Update




DHARMASRAYA, METRO–”Bupati pembunuh. Bupati pembunuh!” teriakan ratusan warga bergemuruh di Rumah Dinas Bupati Dharmasraya yang dihuni Pj Bupati Syafrizal Ucok, Senin (26/10) malam. Di tengah kerumunan, sebujur mayat diarak. Diletakkan di teras. Jasad tak bernyawa itu merupakan penambang emas yang tewas saat polisi membakar areal pertambangan di Sungai Pinang, Kenagarian Durian Sampai, Kecamatan Sambilan Koto.

Ironisnya, aksi bakar-bakaran yang menewaskan warga bernama Toni (22), dipimpin langsung Kapolres Dharmasraya AKBP Lalu Muhammad Iwan Mahardan. Inilah yang memantik kemarahan. Warga tak terima, bagian dari mereka tewas hanya gara-gara razia tambang yang dilakukan polisi.

Kabarnya, Toni meregang nyawa di lubang tambang, ketika polisi mulai dengan aksinya membakar peralatan di depan mulut lubang lokasi tambang. Kobaran api dan asap pekat masuk ke dalam lubang. Di dalam lubang, Toni dan rekannya Dedi (25) dikabarkan sedang tertidur dan tak sempat menyelamatkan diri. Toni tewas, sementara Dedi sekarat karena banyak menghirup asap. Terbayang, bagaimana paniknya kedua korban ketika dalam lubang. Mau keluar, asap mengepul. Akhirnya, mereka hanya bisa menunggu maut. Toni tumbang, sebab asupan oksigen yang kurang, sedangkan Dedi, pingsan.

Dari informasi yang dihimpun POSMETRO, razia yang dilakukan di Sungai Pinang merupakan aksi lanjutan. Sebelum-sebelumnya, polisi Dharmasraya yang dimotori Kapolresnya, sudah seringkali membakar lokasi tambang milik masyarakat setempat. Tambang-tambang kecil yang hasilnya tak seberapa itu dibumihanguskan. Polisi main bakar saja, tanpa terlebih dahulu membawa perkaranya ke Pengadilan setempat. Selain polisi, razia juga diikuti Satpol PP dan TNI. Razia tambang emas gerondong bukit dimulai dari pukul 10.00 WIB, dan berakhir hingga pukul 16.00 WIB.

Saat razia tersebut, tim gabungan membakar sejumlah pondok yang berada di sekitar lokasi penambangan. Bahkan, tim gabungan tersebut juga membakar peralatan-peralatan tambang yang ada di lokasi itu di depan pintu lobang. Api membesar. Asap menebal. Akibatnya, asap hasil pembakaran tersebut masuk ke dalam lobang.

Menurut salah seorang penambang di sekitar lokasi, Lili (25) mengatakan, saat pembakaran di depan lubang tersebut, tim gabungan tidak mengecek terlebih dahulu apakah ada orang di dalam lobang itu. Sehingga, tanpa berpikir panjang, tim gabungan langsung membakar pintu lubang itu. Padahal, ada dua orang di dalamnya yang masuk sebelum tim gabungan datang.

”Tadi Subuh ada dua orang masuk ke dalam lubang untuk menambang. Dalam lubang tersebut, kabarnya mereka sedang tertidur. Tanpa mereka ketahui, ternyata asap hasil pembakaran di luar lubang sudah memenuhi ruagan tempat mereka tertidur itu,” sebutnya, Senin (26/10).

Akibat lubang tersebut telah dipenuhi dengan asap, maka kedua orang yang berada di dalam lobang tersebut menjadi kesulitan bernafas. Akhirnya, tanpa bisa keluar terlebih dahulu dari lubang itu, mereka sudah tak sadarkan diri lagi. Toni (22) meninggal di tempat. Sementara, Dedi (25) tak sadarkan diri. Sehingga, saat ini Dedi harus dirawat di Puskesmas setempat.

Setelah warga sekitar mengetahui ada dua orang penambang berada dalam lubang tersebut, warga seketika memadamkan api yang berada di depan lubang. Sekitar pukul 17.00, warga tersebut langsung memasuki lubang itu untuk mengevakuasi Toni yang tak bernyawa lagi dan Dedi yang sekarat.

Setelah mayat dikeluarkan, mayat langsung dimasukkan ke dalam mobil milik warga. Bukan membawa ke rumah sakit, tapi mayat tersebut diarak terlebih dahulu ke rumah dinas Bupati di Pulau Punjung. Sementara korban yang tengah sekarat tidak ikut diarak, melainkan langsung dibawa ke Puskesmas untuk mendapatkan pengobatan.

Aksi tersebut dilakukan oleh masyaralat lantaran masyarakat tersebut marah dengan Bupati sebagai pimpinan daerah yang membawahi tim gabungan itu. ”Ini kan sama saja sudah membunuh warganya. Makanya kami ke sini untuk menuntut pertanggungjawaban mereka,” sebut Lili.

Sesampainya ratusan warga tersebut di rumah dinas sekitar pukul 19.30 WIB, warga langsung disambut oleh Pj Bupati Syafrizal Ucok dan Kapolres Dharmasraya di depan pintu rumah dinas. Namun, karena ratusan masyarakat tersebut terlalu berang dengan aksi razia yang mengakibatkan korban jiwa, warga tersebut langsung melempari rumah bupati dengan batu.

Melihat kondisi tersebut, Bupati dan Kapolres langsung diamankan ke dalam rumah. Betapa tidak, lemparan dari warga tersebut tak henti-hentinya melayang ke arah rumah dinas itu. Tak hanya rumah dinas, warga tersebut juga melempari sejumlah mobil polisi. Akibatnya, kaca mobil polisi itu pecah. Parahnya lagi, semua kaca rumah dinas bagian depan pecah. Sekitar lokasi berserakan.

Sempat ada aksi dorong-dorongan antara polisi dan warga saat itu. Namun pada sekitar pukul 20.30 WIB, polisi membubarpaksakan warga yang aksinya dinilai sudah melampaui batas. Dengan begitu, warga membubarkan diri. Warga tersebut membawa mayat yang merupakan korban dalam lubang tersebut, ke rumah sakit dan selanjutnya akan diselenggarakan. Mayat dan sejumlah warga meninggalkan lokasi itu.

Hingga berita ini diturunkan pada pukul 20.45 WIB, sebagian warga masih berada di sekitar lokasi itu. Di lokasi tersebut, juga ada Kapolres Dharmasraya AKBP Lalu Muhammad Iwan Mahardan. Kapolres menginstruksikan personelnya untuk tetap berjaga-jaga untuk mengamankan rumah dinas bupati. Ada dua pleton (60 orang) polisi yang mengamankan rumah dinas.

Melihat kondisi yang tak kondusif, Kapolres, Dandim dan Pj Bupati akhirnya bermusyawarah dengan niniak mamak. Hasilnya didapatkan kesepakatan, dimana jasad Toni diselenggarakan oleh Pemda. Selain itu soal penambangan, warga tetap tidak diperbolehkan menambang di sepanjang Sungai Batang Hari yang membuat air keruh. Kemudian, untuk lokasi tambang nantinya diatur oleh Pemda dan masyarakat,” ucap Kapolres Dharmasraya AKBP Lalu Muhammad Iwan Mahardan.

Pj Bupati Dharmasraya Syafrizal Ucok siap menanggung penyelenggaraan mayat serta akan memberikan santunan kepada keluarga korban. Meski demikian, belum ada yang mengaku bertanggungjawab secara hukum terhadap kematian Toni. Sejumlah pihak, hanya

http://posmetropadang.co.id/polisi-b...masraya-tewas/
Diubah oleh chanhwa 30-10-2015 01:10
0
4.5K
32
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan