- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Dulu BUMN 'Dhuafa', Kini Laba Melonjak 500% Dalam 2 Tahun


TS
perbowokesianto
Dulu BUMN 'Dhuafa', Kini Laba Melonjak 500% Dalam 2 Tahun
Dulu BUMN 'Dhuafa', Kini Laba Melonjak 500% Dalam 2 Tahun
Quote:
Jakarta -Kantor Perum Perikanan Indonesia nampak jauh lebih sederhana ketimbang kantor BUMN pada umumnya. Tidak ada resepsionis cantik yang menyambut kedatangan para tamu, hanya seorang satpam bertugas sendiri siang itu.
Beberapa langkah dari lobi gedung berlantai empat, di sana ruangan Direktur Utama berada. Sedikit kaget, ruangan Agus Suherman, Direktur Utama Perum Perikanan Indonesia (Perindo) tidak terlalu besar dan jauh dari kesan mewah.
Tibalah saat mata mulai terbelalak ketika berkeliling melihat kegiatan bisnis di atas lahan BUMN perikanan ini. Ratusan kapal yang membawa hasil tangkapan dari berbagai wilayah perairan RI tengah tertambat ke dermaga.
Para ABK sibuk membongkar muatan puluhan ton ikan cakalang beku sebesar paha orang dewasa. Lanjut menuju fasilitas stasiun pengisian bahan bakar solar terapung, pengolahan air bersih hasil osmosis air laut, fasilitas perbaikan kapal, pembangunan cold storage ‘raksasa’, hingga melihat dari ketinggian seluruh pemandangan di ujung Ibu Kota negara ini yang sibuk dengan kegiatan perikanan.
Agus menjelaskan kegiatan bisnis Perindo dan segudang rencana pengembangannya di atas menara suar. Kemudian Ia memandang ke laut lepas sambil berkata, "Laut adalah masa depan RI," ucap pria berusia 40 tahun itu.
Perindo sempat tercatat sebagai BUMN ‘dhuafa' tanpa mampu menghasilkan laba sebelum 2013.Namun kini situasi berubah. Berikut ini petikan wawancara Agus kepada detikFinance pekan lalu.
Dalam beberapa bulan setelah Anda masuk, perusahaan bisa untung. Bagaimana ceritanya?
Sebagai perusahaan, Perum Perindo memang sempat kurang sehat sebelum 2013. Ketika saya masuk Februari 2013 itu kondisi kinerja keuangan minus. Saya kerja tiap hari siang malam kadang Sabtu dan Minggu tidak libur fokus menyiapkan dokumen-dokumen perusahaan yang saat itu belum lengkap dan keliling ke lapangan.
Saya pernah ke lapangan tidur dua hari sama petambak ikan dan petugas feeder di Jambi. Lokasi di sekitarnya hutan belantara dan masih banyak monyet nongkrong di sana. Dari bandara saya turun naik motor ke lokasi tersebut.
Untungnya para karyawan akhirnya menyadari kondisi demikian itu dan mau berubah. Caranya tidak bisa tidak, ya kerja, kerja dan kerja. Kerja lebih keras lagi, kerja lebih cerdas lagi, dan kerja lebih ikhlas lagi. Ikhlas dalam pengertian demi kemajuan perusahaan, demi kemajuan bersama.
Dalam prakteknya, itu diwujudkan dengan melakukan transformasi bisnis, dengan tidak lagi hanya bertumpu kepada layanan jasa. Namun juga mengembangkan bisnis penangkapan, budidaya dan produksi. Sementara untuk layanan jasa, dioptimalkan sehingga memberi hasil lebih.
Di bidang layanan jasa pelabuhan perikanan, kami tetap menjalankan tanggung jawab Perum yaitu pelayanan di kolam pelabuhan seperti fasilitas tambat labuh, bongkar muat, dan docking (perbaikan kapal).
Selain itu, termasuk penyediaan perbekalan yaitu air bersih, es, dan BBM. Ke depan kita akan kerjasama dengan Telkom supaya bisa terpantau berapa kapal yang masuk, isi BBM berapa banyak, siapa nahkodanya sehingga semua data itu tercatat.
Hasilnya, pada akhir 2013 laba perusahaan naik 500% dari Rp 2,5 miliar menjadi Rp 15,1 miliar. Ketika saya pertama masuk ke BUMN ini bahkan kondisi minus. Kemudian laba tahun 2014 tercatat Rp 10,2 miliar dari target Rp 8,2 miliar dan sangat banyak investasi pembangunan fasilitas baru yang kami kerjakan.
Laba year to date 2015 sudah sekitar Rp 10,8 miliar dan hingga akhir 2015 nanti laba usaha diproyeksikan mampu mencapai Rp 20 miliar. Belum terlalu besar, namun yang lebih penting lagi adalah cash flow lancar, aset perusahaan bertambah dan bisnis terus berkembang.
Orang nggak nyangka kita bisa tambah karyawan sampai 60 orang. Ciri perusahaan tumbuh adalah menambah karyawan kemudian gaji naik.
Dapat PMN Rp 300 miliar tahun 2015 ini untuk apa?
PMN Perum Perindo sebesar Rp 300 miliar pada tahun 2015, sesuai yang tertuang dalam UU APBN Perubahan tahun 2015, sekarang sedang menunggu terbitnya Peraturan Pemerintah (PP). Sesuai peruntukkan saat pengajuan, sebagian untuk membangun pabrik pakan ikan dan udang.
Ini sangat penting agar Perum Perikanan Indonesia bisa menjalankan peran untuk menjaga ketersediaan pakan dengan harga terjangkau bagi petambak dan pembudidaya ikan maupun udang. Selain itu, juga untuk membangun cold storage baru serta Unit Pengolahan Ikan dan docking (fasilitas perbaikan) Kapal Perikanan.
Kalau kita dipinjami Rp 300 miliar kan paling tidak harus kembali Rp 900 miliar. Harus begitu kan, kalau nggak ya ngapain disuntik PMN tapi nggak berkembang. Ibu-ibu saja yang bawa bakul di pasar saja bisa untung kok, kenapa kita nggak.
Lalu, mengapa pilihan prioritas membangun pabrik pakan ikan dan udang?
Potensi perikanan budidaya negara ini cukup besar. Total luas lahan mencapai 17,7 juta hektar. Biaya tertinggi dalam kegiatan budidaya adalah pakan, bahkan mencapai 70%.
Oleh sebab itu, sebagai instrumen negara, Perum Perindo ingin menyiapkan pakan dengan harga yang terjangkau. KKP sendiri sudah mengembangkan pakan mandiri sebagai salah satu upaya menangkap potensi perikanan budidaya.
Kalau mau menang di bisnis ini harus bangun dari hulu sampai hilir. Tidak bisa ada satu bagian yang dikuasai orang lain dan kita masih bergantung ke orang lain. Belum ada pabrik pakan yang dibuat BUMN.
Kapan dibangun?
Tahun 2016 kita bangun pakai dana PMN. Detail semuanya sudah jadi. Tinggal nunggu begitu PP selesai diterbitkan kita atur lelang dan proses pembangunan mudah-mudahan tahun 2017 selesai.
Kalau BUMN serius membangun ini semua nggak akan ada persoalan kurang pakan, pakan mahal, ada ikan tapi nggak ada pembelinya. Selama ini begitu panen, harga turun padahal cost pakan cukup besar. Sudah keruk tanah untuk bikin kolam tapi nggak untung.
Transformasi ini sejalan dengan semangat Menteri Susi memberantas illegal fishing di perairan RI?
Menteri Susi sangat bersemangat. Kemudian Beliau bisa membangkitkan sektor perikanan. Memang nggak bisa tiba-tiba dari pemberantasan illegal fishing langsung meningkat bisnis perikanan kita.
Paling tidak dengan masifnya upaya pemberantasan illegal fishing sampai keluar Prepres soal Satgas itu menunjukkan bahwa bukti pemerintah betul-betul serius menangani persolaan IUU fishing.
Persoalan ini sudah muncul lama sejak saya sekolah tahun 2006-2007 bahwa kita kehilangan sekian ratus triliun. Sekarang nyatakan dan ada menteri yang punya keberanian, kita dukung dan ke daerah mana pun kita ikut hadir di sana.
Misalnya di Wanam-Merauke itu butuh apa, kita akan masuk dulu di sana walaupun belum bisa full namun hasil tangkapan bisa kita beli dulu.
Ekspor pun kita mulai penjajakan ke Jepang dan Amerika Serikat (AS). Saya target November ada ekspor, paling telat Januari 2016. Pertama kami gandeng dulu perusahaan Jepang dan AS ini. Kalo ke AS peluangnya udang vaname, kalau Korea cumi, kalau Jepang ikan tuna. Besar sekali besarnya.
(ang/ang)
http://finance.detik.com/read/2015/1...tahun?f9911023
Beberapa langkah dari lobi gedung berlantai empat, di sana ruangan Direktur Utama berada. Sedikit kaget, ruangan Agus Suherman, Direktur Utama Perum Perikanan Indonesia (Perindo) tidak terlalu besar dan jauh dari kesan mewah.
Tibalah saat mata mulai terbelalak ketika berkeliling melihat kegiatan bisnis di atas lahan BUMN perikanan ini. Ratusan kapal yang membawa hasil tangkapan dari berbagai wilayah perairan RI tengah tertambat ke dermaga.
Para ABK sibuk membongkar muatan puluhan ton ikan cakalang beku sebesar paha orang dewasa. Lanjut menuju fasilitas stasiun pengisian bahan bakar solar terapung, pengolahan air bersih hasil osmosis air laut, fasilitas perbaikan kapal, pembangunan cold storage ‘raksasa’, hingga melihat dari ketinggian seluruh pemandangan di ujung Ibu Kota negara ini yang sibuk dengan kegiatan perikanan.
Agus menjelaskan kegiatan bisnis Perindo dan segudang rencana pengembangannya di atas menara suar. Kemudian Ia memandang ke laut lepas sambil berkata, "Laut adalah masa depan RI," ucap pria berusia 40 tahun itu.
Perindo sempat tercatat sebagai BUMN ‘dhuafa' tanpa mampu menghasilkan laba sebelum 2013.Namun kini situasi berubah. Berikut ini petikan wawancara Agus kepada detikFinance pekan lalu.
Dalam beberapa bulan setelah Anda masuk, perusahaan bisa untung. Bagaimana ceritanya?
Sebagai perusahaan, Perum Perindo memang sempat kurang sehat sebelum 2013. Ketika saya masuk Februari 2013 itu kondisi kinerja keuangan minus. Saya kerja tiap hari siang malam kadang Sabtu dan Minggu tidak libur fokus menyiapkan dokumen-dokumen perusahaan yang saat itu belum lengkap dan keliling ke lapangan.
Saya pernah ke lapangan tidur dua hari sama petambak ikan dan petugas feeder di Jambi. Lokasi di sekitarnya hutan belantara dan masih banyak monyet nongkrong di sana. Dari bandara saya turun naik motor ke lokasi tersebut.
Untungnya para karyawan akhirnya menyadari kondisi demikian itu dan mau berubah. Caranya tidak bisa tidak, ya kerja, kerja dan kerja. Kerja lebih keras lagi, kerja lebih cerdas lagi, dan kerja lebih ikhlas lagi. Ikhlas dalam pengertian demi kemajuan perusahaan, demi kemajuan bersama.
Dalam prakteknya, itu diwujudkan dengan melakukan transformasi bisnis, dengan tidak lagi hanya bertumpu kepada layanan jasa. Namun juga mengembangkan bisnis penangkapan, budidaya dan produksi. Sementara untuk layanan jasa, dioptimalkan sehingga memberi hasil lebih.
Di bidang layanan jasa pelabuhan perikanan, kami tetap menjalankan tanggung jawab Perum yaitu pelayanan di kolam pelabuhan seperti fasilitas tambat labuh, bongkar muat, dan docking (perbaikan kapal).
Selain itu, termasuk penyediaan perbekalan yaitu air bersih, es, dan BBM. Ke depan kita akan kerjasama dengan Telkom supaya bisa terpantau berapa kapal yang masuk, isi BBM berapa banyak, siapa nahkodanya sehingga semua data itu tercatat.
Hasilnya, pada akhir 2013 laba perusahaan naik 500% dari Rp 2,5 miliar menjadi Rp 15,1 miliar. Ketika saya pertama masuk ke BUMN ini bahkan kondisi minus. Kemudian laba tahun 2014 tercatat Rp 10,2 miliar dari target Rp 8,2 miliar dan sangat banyak investasi pembangunan fasilitas baru yang kami kerjakan.
Laba year to date 2015 sudah sekitar Rp 10,8 miliar dan hingga akhir 2015 nanti laba usaha diproyeksikan mampu mencapai Rp 20 miliar. Belum terlalu besar, namun yang lebih penting lagi adalah cash flow lancar, aset perusahaan bertambah dan bisnis terus berkembang.
Orang nggak nyangka kita bisa tambah karyawan sampai 60 orang. Ciri perusahaan tumbuh adalah menambah karyawan kemudian gaji naik.
Dapat PMN Rp 300 miliar tahun 2015 ini untuk apa?
PMN Perum Perindo sebesar Rp 300 miliar pada tahun 2015, sesuai yang tertuang dalam UU APBN Perubahan tahun 2015, sekarang sedang menunggu terbitnya Peraturan Pemerintah (PP). Sesuai peruntukkan saat pengajuan, sebagian untuk membangun pabrik pakan ikan dan udang.
Ini sangat penting agar Perum Perikanan Indonesia bisa menjalankan peran untuk menjaga ketersediaan pakan dengan harga terjangkau bagi petambak dan pembudidaya ikan maupun udang. Selain itu, juga untuk membangun cold storage baru serta Unit Pengolahan Ikan dan docking (fasilitas perbaikan) Kapal Perikanan.
Kalau kita dipinjami Rp 300 miliar kan paling tidak harus kembali Rp 900 miliar. Harus begitu kan, kalau nggak ya ngapain disuntik PMN tapi nggak berkembang. Ibu-ibu saja yang bawa bakul di pasar saja bisa untung kok, kenapa kita nggak.
Lalu, mengapa pilihan prioritas membangun pabrik pakan ikan dan udang?
Potensi perikanan budidaya negara ini cukup besar. Total luas lahan mencapai 17,7 juta hektar. Biaya tertinggi dalam kegiatan budidaya adalah pakan, bahkan mencapai 70%.
Oleh sebab itu, sebagai instrumen negara, Perum Perindo ingin menyiapkan pakan dengan harga yang terjangkau. KKP sendiri sudah mengembangkan pakan mandiri sebagai salah satu upaya menangkap potensi perikanan budidaya.
Kalau mau menang di bisnis ini harus bangun dari hulu sampai hilir. Tidak bisa ada satu bagian yang dikuasai orang lain dan kita masih bergantung ke orang lain. Belum ada pabrik pakan yang dibuat BUMN.
Kapan dibangun?
Tahun 2016 kita bangun pakai dana PMN. Detail semuanya sudah jadi. Tinggal nunggu begitu PP selesai diterbitkan kita atur lelang dan proses pembangunan mudah-mudahan tahun 2017 selesai.
Kalau BUMN serius membangun ini semua nggak akan ada persoalan kurang pakan, pakan mahal, ada ikan tapi nggak ada pembelinya. Selama ini begitu panen, harga turun padahal cost pakan cukup besar. Sudah keruk tanah untuk bikin kolam tapi nggak untung.
Transformasi ini sejalan dengan semangat Menteri Susi memberantas illegal fishing di perairan RI?
Menteri Susi sangat bersemangat. Kemudian Beliau bisa membangkitkan sektor perikanan. Memang nggak bisa tiba-tiba dari pemberantasan illegal fishing langsung meningkat bisnis perikanan kita.
Paling tidak dengan masifnya upaya pemberantasan illegal fishing sampai keluar Prepres soal Satgas itu menunjukkan bahwa bukti pemerintah betul-betul serius menangani persolaan IUU fishing.
Persoalan ini sudah muncul lama sejak saya sekolah tahun 2006-2007 bahwa kita kehilangan sekian ratus triliun. Sekarang nyatakan dan ada menteri yang punya keberanian, kita dukung dan ke daerah mana pun kita ikut hadir di sana.
Misalnya di Wanam-Merauke itu butuh apa, kita akan masuk dulu di sana walaupun belum bisa full namun hasil tangkapan bisa kita beli dulu.
Ekspor pun kita mulai penjajakan ke Jepang dan Amerika Serikat (AS). Saya target November ada ekspor, paling telat Januari 2016. Pertama kami gandeng dulu perusahaan Jepang dan AS ini. Kalo ke AS peluangnya udang vaname, kalau Korea cumi, kalau Jepang ikan tuna. Besar sekali besarnya.
(ang/ang)
http://finance.detik.com/read/2015/1...tahun?f9911023
Ktika bru masuk 2013 kondisi keuangan minus katanya



Diubah oleh perbowokesianto 26-10-2015 08:58
0
5.2K
Kutip
74
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan