Jakarta - Daliono mengawasi empat mobil yang sedang disemprot dengan air atau dibaluri sabun di kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur. Saat itu, karyawan kantoran sedang tidak bekerja karena libur tahun baru Hijriah. Tapi pemilik tempat cuci mobil itu datang—dan selalu datang—di saat hari libur.
Ia memaksakan diri datang karena hari libur adalah hari panen usahanya. Dan bisnis ini omzetnya lumayan. Dengan tarif cuci Rp 25 ribu per mobil, ia bisa mendapatkan Rp 40-50 juta per bulan. “Keuntungannya saya ambil 40 persen saja,” ucapnya dalam majalah detik edisi 203.
Dengan bertambahnya jumlah mobil, bisnis cuci kendaraan ini memang menjadi peluang bisnis yang lumayan. Modalnya bisa dibilang hanya tempat. Jika ada modal, bisa ditambah peranti hidraulis untuk mengangkat kendaraan. Malah kadang tak perlu modal tempat, bisa bekerja sama dengan pemilik bengkel.
Junaidi misalnya. Pemilik gerai cuci dan salon di kawasan Kembangan Raya, Jakarta Barat. Saat ini Junaidi mempekerjakan 11 orang, termasuk tiga spesialis poles alias salon mobil. Karena kekurangan modal, Junaidi masih memakai pola lama, yaitu bermitra dengan pemilik bengkel servis dan reparasi.
[img]data.whicdn.com/images/108667727/original.jpg[/img]
sumber