- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Dongeng Turis Aneh


TS
cekibot0101
Dongeng Turis Aneh
Sesuai judul, saya sekedar mau cerita dongeng saja di sini.
Harap dibaca sekali lagi kata 'dongeng'.
Di Indonesia, ada puluhan ribu warga negara asing yang masuk dengan izin sebagai turis, tetapi aktifitas mereka sehari-harinya tidak seperti wisatawan.
Tidak sepereti wisatawan pada umumnya, ribuan bule yang namanya masuk dalam kelompok kategori ini jarang sekali (bahkan bisa dikatakan tidak pernah) mengunjungi objek-objek wisata di Indonesia.
Mereka lebih sering berada di dalam kamar hotelnya. Kalaupun keluar, mereka biasanya cuma nongkrong berjam-jam di satu kafe, Lalu malam lainnya mereka menghabiskan waktu di kafe lain. Turis model begini banyak teersebar di kota-kota di Indonesia, termasuk di kota yang bukan termasuk dlam daftar favorit kota tujuan wisata.
Gak ngerti, turis macam apa yang hobinya seperti itu.
Umumnya turis-turis model begini kerap menghabiskan malam bersama-sama dengan para turis yang tinggalnya di hotel-hotel kecil yang terkenal sebagai pusat berkumpulnya turis-turis aneh macam begini juga..
Oh ya, di atas, saya sempat menggunakan kata 'bule-bule' untuk menyebut turis-turis aneh ini. Padahal sebenarnya tidak semuanya bule. Banyak sekali dari mereka yang memiliki bentuk wajah dan postur tubuh seperti orang Asia pada umumnya. Diduga, mereka ini adalah keturunan Amerika Latin, yang seklias memiliki kesamaan penampakan fisik seperti orang Asia.
Dan yang cukup bikin heran adalah, banyak sekali dari mereka yang sudah fasih berbahasa Indonesia walaupun baru pertama kali mengunjungi negeri ini. Benar-benar banyak yang seperti ini. Sampai ribuan jumlahnya. Saking fasihnya, mereka sampai tau istilah-istilah yang sering digunakan anak-anak gaul di sini.
Malah pernah dijumpai ada yang bisa berbahasa daerah. Seperti bahasa Jawa, Sunda, atau Minang.
Dan ada lagi satu hal menggelitik yang menjadi kesamaan khas di antara mereka: SERING KE MASJID..
Iya.
Sering sekali pada hari Jumat mereka terlihat pergi ke Masjid, padahal pada dokumen identitasnya mereka masuk ke Indonesia terdaftar sebagai pemeluk agama lain. Malah ada yang kolom 'Agama' pada kartu identitasnya diisi dengan tanda '-' saja, alias tidak memiliki agama.
Tidak mungkin juga buat nanya ke mereka, soalnya itu kan kebebasan mereka.
Yang pasti, mereka tidak melanggar hukum di sini. Yang penting buat kita kan cuma itu.
Lagipula orang-orang lain di Masjid juga tak ada yang tau bahwa orang yang duduk di sebelah mereka ini berasal dari negara yang sangat jauh dari sini. Soalnya kan gak saling menunjukkan KTP dan pasport.
Dongeng tambahan sedikit lagi.
Jadi ceritanya pernah ada riset yang skalanya cukup besar yang melibatkan simulasi menyangkut keamanan nasional, dilakukan oleh para pakde dan bude kita di salah satu sub-lembaga intelijen negeri ini, yang, seperti biasa, gak pernah mau ter-endus oleh media.
Jadi, pura-puranya para om dan tante ini menjalani peran sebagai anggota tim agen intelijen dari luar negeri yang ceritanya ingin mencolek-colek stabilitas keamanan negara kita. Mereka berperan sebagai tokoh antagonisnya.
Singkat cerita, salah satu hasil dari simulasi itu menunjukkan celah sangat besar yang rentan sekali kalau ada orang luar yang mau 'usil' dengan keamanan nasional negeri ini. Yaitu dengan menimbulkan ketegangan yang mudah untuk ditingkatkan di Indonesia menggunakan kekuatan pengaruh politik, intelijen, serta media Barat yang menghantam pada pilar-pilar Ekonomi dan tentunya Agama di negara kita.
Awas nih, kita termasuk lemah di sisi ini.
Walaupun sudah berulang kali terkena 'serangan' di kedua aspek ini, tapi kita sepertinya tidak mau belajar.
Tidak pernah ada kurikulum di sekolah yang membuka mata generasi muda Indonesia buat menjadi 'Bangsa Indonesia' sepenuhnya.
Anak sekolah di negara kita ini dicetak bukan untuk menjadi bagian dari sebuah lempeng besar masyarakat di suatu area tertentu yang disebut 'Negara'.
Anak sekolah di sini dicetak semata-mata untuk menjadi korban bagi para pemilik modal. Kita semua sudah tahu lah apa nama 'isme' semacam ini.
Hal ini pun sebenarnya terjadi akibat tekanan Barat pada kurikulum sekolah di negara-negara kekuasaannya. Tidak cuma negara kita. Bisa dibilang, semua negara berkembang mengalami doktrinasi serupa, yaitu kurikulum pendidikannya didikte oleh negara Barat.
Walaupun termasuk dalam tekanan sekunder dibanding tekanan Ekonomi dan Keagamaan, tak urung tekanan Barat dalam perumusan Kurikulum Pendidikan Nasional pun sebenarnya merugikan bangsa kita.
Tapi kita gak usah terlalu dalam melihat ke sana.
Bilang saja bahwa dunia pendidikan kita sekarang ini sudah BAGUS. Setuju?
Baik, kita lanjutkan dongengnya.
Pada bidang ekonomi, seperti kita semua ketahui, Amerika sudah cukup sering bereksperimen dengan kekuatan ekonomi mereka terhadap pertahanan ekonomi di negara-negara Asia. Dampaknya yang terbilang cukup besar bagi perekonomian Indonesia adalah yang dulu pernah terjadi di tahun 1997/1998. Dan sekali lagi dirasakan pada masa pemerintahan Presiden yang sekarang, tepatnya di rentang dua tahun terakhir.
Metodenya kurang lebih sama, menggunakan tiga langkah utama. Pada fase pertama mereka datang menanamkan investasi besar-besaran di perekonomian kita, Secara mendadak kita jadi kebanjiran Dollar. Para pengusaha tiba-tiba dapat proyek melimpah dalam skala yang terbilang besar. Bahan baku di berbagai sektor habis tersedot oleh proyek-proyek yang tiba-tiba meningkat. Permintaan bahan mentah bertambah tinggi, sehingga harga mereka mulai merambat naik.
Langkah kedua, para investor asing itu mulai menumpuk profit sebesar-besarnya.
Real estate yang sudah jadi mulai dipasarkan. Alat-alat berat dan mesin-mesin industri berteknologi tinggi berharga mahal yang diimport mulai laris manis di pasaran nasional. Pedagang mobil-mobil import kebanjiran pesanan. Semua orang mulai menarik keuntungan dari investasinya tempo hari. Di fase ini, Rupiah mulai mengalir dan berkumpul pada titik-titik tertentu pada peta perekonomian nasional.
Dan terakhir, mayoritas investor asal negara Barat secara serentak menarik keluar semua uangnya dan mengkonversi kembali semua Rupiah yang mereka miliki menjadi USD. Harga Dollar melonjak naik tanpa terbendung. Pasar uang syok. Barisan pengusaha Importir yang paling duluan kena badai,dan gulung tikar duluan. Begitu juga harga bahan baku proyek yang sebelumnya sudah merambat naik lantaran efek derasnya permintaan, jadi tidak punya peluang buat turun harga, terhalang tingginya harga Dollar tadi.Dalam waktu kurang dari satu semester, perekonomian Indonesia yang baru saja hendak melambung karena 'diberi harapan', langsung nyungsep kembali ke dalam lubang minus, dengan luka parah di sekujur persendian ekonominya. Kita jadi makin miskin.
Jelas terlihat, bahwa manuver investor asing seperti ini berbahaya sekali buat ekonomi kita. Herannya, dengan cara ini mereka bisa sampai berulang kali menyebabkan pukulan pada ekonomi kita hanya menggunakan metode yang itu-itu juga, dan dengan mudahnya berulang-ulang menimbulkan cidera yang sangat parah pada perkonomian nasional Indonesia.
Tapi kita tidak pernah belajar.
Kenapa?
Karena tidak boleh. Kita tidak boleh melawan kebijakan ekonomi negara Barat. Titik.
Padahal, kalau mau jujur, mudah sekali bagi Dollar jika ingin sekali 'membunuh' Rupiah. Negara Barat membiarkan Rupiah tetap hidup dan tumbuh hanya untuk 'dipanen' lagi jika sudah lumayan kuat. Itu saja. Iya. Cuma itu fungsinya kita semua para tenaga kerja Indonesia bagi perekonomian dunia. Disuruh ngumpulin Rupiah, dan nanti kalau sudah punya uang bakal 'dipanen' oleh orang Barat.
Caranya, ya seperti tadi. Datang naruh investasi, kumpulin profit dari investasinya itu, lalu pergi lagi membawa profitnya tersebut ke luar.
Bukan memanas-manasi, tapi memang kenyataannya begitu.
Tapi, dari semua itu, efek yang paling mematikan dari tekanan Barat bagi kita adalah: Inflasi.
Buktinya?
Nih sekedar perbandingan.
Saya ambil contoh tahun 1996, harga bahan bakar jenis Premium di negeri kamu ini adalah Rp700,- per liter. Ya benar, Di tahun itu harga bensin memang tujuh ratus rupiahper liter. Kalo gak percaya, coba aja tanya sama papa atau pakde mu. Atau lihat di SINI.
Nah. Sekarang silakan bandingkan dengan harga bahan bakar Premium di tahun 2015 ini.
Paham artiya?
Cuma butuh 20 tahun bagi Amerika buat 'mengubur' perkonomian Indonesia sedalam itu Padahal, Amerika belum mengeluarkan sepenuhnya segala kekuatan yang mereka punya seperti yang tengah mereka lakukan pada negara-negara Timur Tengah semenjak 1998 kemarin. Bayangkan jika negara-negara Barat menekan kawasan Asia Tenggara dengan kekuatan Politik, Intelijen, serta Media seperti yang sekarang mereka gunakan di Timur Tengah sana.
Bisa-bisa berubah jadi lapangan semua negara ini. Babak belur. Rata.
Kekuatan dari ketiga 'alat pembunuh' mereka itu (Politik, Intelijen, Media) memang tidak main-main. Hasil kinerjanya sulit dipercaya. Walaupun sebenarnya bisa dibilang 'jahat', tetapi sungguh gila-gilaan daya rusaknya. Mulai dari pemboman Afghanistan yang kabarnya nyelonong tanpa izin parlemen, terciptanya kondisi keruh dan simpang-siur mengenai definisi suatu sekte agama di Iran, sampai yang terakhir pembentukan/pencitraan bernuansa kejam dari pasukan boneka berseragam hitam di wilayah Irak-Suriah. Sungguh hasil kerja besar dari .ketiga alat utama milik Mamang Sam itu; Politik, Intelijen serta Media..Dengan ketiga alat itu, Media Amrik dengan mudahnya menampilkan melalui televisi pada seluruh penduduk dunia sosok palsu suatu Agama menjadi suatu sosok lain yang mereka kehandaki. Benar-benar gila-gilaan kerja orang-orang Barat itu. Benar-benar menunjukkan kepada kita arti sebenarnya dari kalimat 'menghalalkan segala cara'.
Tapi, jika membandingkan diri dengan negara-negara Timur Tengah, kita seharusnya malu, karena usaha negara-negara Barat untuk menguasai regional Asia Tenggara sejak tahun 1950-1960 dulu, tidak memerlukan usaha sebesar itu. Kita ini jauh lebih lembek. Gampang digertak. Cuma gara-gara Amrika pernah pamer kekuatan lewat pangkalan militernya di Filipina (1947-1991), Indonesia sudah gemetar dengkulnya. Apalagi kemudian dicekoki duit. Dijanjikan kursi Kepresidenan, lalu dibuatkan plot buat duduk di RI-1 sudah langsung ngilerkemudian secara suka rela menandatangani kontrak 'tamu tak diundang' Freeport buat nyedot darah ibu Pertiwi. Sedih kan, kalau dipikir-pikir?
Iya. Di pentas politik dunia, kita ini termasuk culun, sebenarnya. Tapi ya, mau gimana lagi. Kita cuma bisa nonton doang.
Jadi, kembali lagi, dari sisi ekonomi, Inflasi di perekonomian kita ini masih sangat mudah untuk digenjot sampai harga-harga menjadi sangat tinggi, sampai mencekik rakyat pada lapis ekonomi tertentu, yang kondisi ini nantinya bisa sangat mudah dimanfaatkan pihak luar untuk memanaskan sampai mendidih rasa keadilan rakyat yang ada di lapisan ekonomi menengah ke bawah. Sementara isu keagamaan, yang seperti sudah kita ketahui memang sangat 'mudah terbakar' tentu kemungkinannya akan lebih mudah meledak di atas kondisi perekonomian yang bertekanan tinggi seperti demikian.
Juga, sehubungan dengan membanjirnya "turis' asing yang fasih berbahasa Indonesia dan melambungnya harga-harga kebutuhan pokok di negeri ini, sewajarnya kalau kita semua lebih banyak mengingat untuk meng-adem-kan diri kita masing-masing supaya tidak mudah tersulut oleh kabar-kabar tolol menggunakan topik Keagamaan yang (entah kenapa) jadi semakin banyak beredar di dunia maya. Termasuk di situs forum diskusi online Kaskus kita tercinta ini.
Harap diingat ketiga unsur tersebut. (1) Turis asing yang fasih berbahasa Indonesia, (2) inflasi non-stop per-semester, dan (3) meningkatnya isu keagamaan di forum publik.
Wajar jika dalam kondisi begini kita semuanya masing-masing semakin mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dan lebih sering mencari dasar pemikiran untuk saling mencintai Saudara serta Sahabat se-Tanah Air agar kita menjadi Bangsa yang solid, sukar ditembus oleh kepentingan pihak luar yang sudah pasti bakal merugikan kita sendiri baik sebagai seorang Individu maupun sebagai suatu Bangsa.
Ngomong-ngomong, sudah dulu ah, ceritanya. Capek saya.
Harap dimaklumi saja kalo di thread ini sama sekali tidak terdapat gambar maupun sumber yang bisa dicantumkan.
Repot urusannya, ntar...
Lagipula, di awal sudah saya bikin dalam cetak tebal bahwa ini semua cuma 'dongeng'.
Jaidi ya... Sekian, terima kasih.
Harap dibaca sekali lagi kata 'dongeng'.
Spoiler for :
Di Indonesia, ada puluhan ribu warga negara asing yang masuk dengan izin sebagai turis, tetapi aktifitas mereka sehari-harinya tidak seperti wisatawan.
Tidak sepereti wisatawan pada umumnya, ribuan bule yang namanya masuk dalam kelompok kategori ini jarang sekali (bahkan bisa dikatakan tidak pernah) mengunjungi objek-objek wisata di Indonesia.
Mereka lebih sering berada di dalam kamar hotelnya. Kalaupun keluar, mereka biasanya cuma nongkrong berjam-jam di satu kafe, Lalu malam lainnya mereka menghabiskan waktu di kafe lain. Turis model begini banyak teersebar di kota-kota di Indonesia, termasuk di kota yang bukan termasuk dlam daftar favorit kota tujuan wisata.
Gak ngerti, turis macam apa yang hobinya seperti itu.
Umumnya turis-turis model begini kerap menghabiskan malam bersama-sama dengan para turis yang tinggalnya di hotel-hotel kecil yang terkenal sebagai pusat berkumpulnya turis-turis aneh macam begini juga..
Spoiler for :
Oh ya, di atas, saya sempat menggunakan kata 'bule-bule' untuk menyebut turis-turis aneh ini. Padahal sebenarnya tidak semuanya bule. Banyak sekali dari mereka yang memiliki bentuk wajah dan postur tubuh seperti orang Asia pada umumnya. Diduga, mereka ini adalah keturunan Amerika Latin, yang seklias memiliki kesamaan penampakan fisik seperti orang Asia.
Dan yang cukup bikin heran adalah, banyak sekali dari mereka yang sudah fasih berbahasa Indonesia walaupun baru pertama kali mengunjungi negeri ini. Benar-benar banyak yang seperti ini. Sampai ribuan jumlahnya. Saking fasihnya, mereka sampai tau istilah-istilah yang sering digunakan anak-anak gaul di sini.
Malah pernah dijumpai ada yang bisa berbahasa daerah. Seperti bahasa Jawa, Sunda, atau Minang.
Spoiler for :
Dan ada lagi satu hal menggelitik yang menjadi kesamaan khas di antara mereka: SERING KE MASJID..
Iya.
Sering sekali pada hari Jumat mereka terlihat pergi ke Masjid, padahal pada dokumen identitasnya mereka masuk ke Indonesia terdaftar sebagai pemeluk agama lain. Malah ada yang kolom 'Agama' pada kartu identitasnya diisi dengan tanda '-' saja, alias tidak memiliki agama.
Tidak mungkin juga buat nanya ke mereka, soalnya itu kan kebebasan mereka.
Yang pasti, mereka tidak melanggar hukum di sini. Yang penting buat kita kan cuma itu.
Lagipula orang-orang lain di Masjid juga tak ada yang tau bahwa orang yang duduk di sebelah mereka ini berasal dari negara yang sangat jauh dari sini. Soalnya kan gak saling menunjukkan KTP dan pasport.
Spoiler for :
Dongeng tambahan sedikit lagi.
Jadi ceritanya pernah ada riset yang skalanya cukup besar yang melibatkan simulasi menyangkut keamanan nasional, dilakukan oleh para pakde dan bude kita di salah satu sub-lembaga intelijen negeri ini, yang, seperti biasa, gak pernah mau ter-endus oleh media.
Jadi, pura-puranya para om dan tante ini menjalani peran sebagai anggota tim agen intelijen dari luar negeri yang ceritanya ingin mencolek-colek stabilitas keamanan negara kita. Mereka berperan sebagai tokoh antagonisnya.
Singkat cerita, salah satu hasil dari simulasi itu menunjukkan celah sangat besar yang rentan sekali kalau ada orang luar yang mau 'usil' dengan keamanan nasional negeri ini. Yaitu dengan menimbulkan ketegangan yang mudah untuk ditingkatkan di Indonesia menggunakan kekuatan pengaruh politik, intelijen, serta media Barat yang menghantam pada pilar-pilar Ekonomi dan tentunya Agama di negara kita.
Awas nih, kita termasuk lemah di sisi ini.
Walaupun sudah berulang kali terkena 'serangan' di kedua aspek ini, tapi kita sepertinya tidak mau belajar.
Tidak pernah ada kurikulum di sekolah yang membuka mata generasi muda Indonesia buat menjadi 'Bangsa Indonesia' sepenuhnya.
Anak sekolah di negara kita ini dicetak bukan untuk menjadi bagian dari sebuah lempeng besar masyarakat di suatu area tertentu yang disebut 'Negara'.
Spoiler for :
Anak sekolah di sini dicetak semata-mata untuk menjadi korban bagi para pemilik modal. Kita semua sudah tahu lah apa nama 'isme' semacam ini.
Hal ini pun sebenarnya terjadi akibat tekanan Barat pada kurikulum sekolah di negara-negara kekuasaannya. Tidak cuma negara kita. Bisa dibilang, semua negara berkembang mengalami doktrinasi serupa, yaitu kurikulum pendidikannya didikte oleh negara Barat.
Walaupun termasuk dalam tekanan sekunder dibanding tekanan Ekonomi dan Keagamaan, tak urung tekanan Barat dalam perumusan Kurikulum Pendidikan Nasional pun sebenarnya merugikan bangsa kita.
Tapi kita gak usah terlalu dalam melihat ke sana.
Bilang saja bahwa dunia pendidikan kita sekarang ini sudah BAGUS. Setuju?
Spoiler for :
Baik, kita lanjutkan dongengnya.
Pada bidang ekonomi, seperti kita semua ketahui, Amerika sudah cukup sering bereksperimen dengan kekuatan ekonomi mereka terhadap pertahanan ekonomi di negara-negara Asia. Dampaknya yang terbilang cukup besar bagi perekonomian Indonesia adalah yang dulu pernah terjadi di tahun 1997/1998. Dan sekali lagi dirasakan pada masa pemerintahan Presiden yang sekarang, tepatnya di rentang dua tahun terakhir.
Metodenya kurang lebih sama, menggunakan tiga langkah utama. Pada fase pertama mereka datang menanamkan investasi besar-besaran di perekonomian kita, Secara mendadak kita jadi kebanjiran Dollar. Para pengusaha tiba-tiba dapat proyek melimpah dalam skala yang terbilang besar. Bahan baku di berbagai sektor habis tersedot oleh proyek-proyek yang tiba-tiba meningkat. Permintaan bahan mentah bertambah tinggi, sehingga harga mereka mulai merambat naik.
Langkah kedua, para investor asing itu mulai menumpuk profit sebesar-besarnya.
Real estate yang sudah jadi mulai dipasarkan. Alat-alat berat dan mesin-mesin industri berteknologi tinggi berharga mahal yang diimport mulai laris manis di pasaran nasional. Pedagang mobil-mobil import kebanjiran pesanan. Semua orang mulai menarik keuntungan dari investasinya tempo hari. Di fase ini, Rupiah mulai mengalir dan berkumpul pada titik-titik tertentu pada peta perekonomian nasional.
Dan terakhir, mayoritas investor asal negara Barat secara serentak menarik keluar semua uangnya dan mengkonversi kembali semua Rupiah yang mereka miliki menjadi USD. Harga Dollar melonjak naik tanpa terbendung. Pasar uang syok. Barisan pengusaha Importir yang paling duluan kena badai,dan gulung tikar duluan. Begitu juga harga bahan baku proyek yang sebelumnya sudah merambat naik lantaran efek derasnya permintaan, jadi tidak punya peluang buat turun harga, terhalang tingginya harga Dollar tadi.Dalam waktu kurang dari satu semester, perekonomian Indonesia yang baru saja hendak melambung karena 'diberi harapan', langsung nyungsep kembali ke dalam lubang minus, dengan luka parah di sekujur persendian ekonominya. Kita jadi makin miskin.
Jelas terlihat, bahwa manuver investor asing seperti ini berbahaya sekali buat ekonomi kita. Herannya, dengan cara ini mereka bisa sampai berulang kali menyebabkan pukulan pada ekonomi kita hanya menggunakan metode yang itu-itu juga, dan dengan mudahnya berulang-ulang menimbulkan cidera yang sangat parah pada perkonomian nasional Indonesia.
Tapi kita tidak pernah belajar.
Spoiler for :
Kenapa?
Karena tidak boleh. Kita tidak boleh melawan kebijakan ekonomi negara Barat. Titik.
Padahal, kalau mau jujur, mudah sekali bagi Dollar jika ingin sekali 'membunuh' Rupiah. Negara Barat membiarkan Rupiah tetap hidup dan tumbuh hanya untuk 'dipanen' lagi jika sudah lumayan kuat. Itu saja. Iya. Cuma itu fungsinya kita semua para tenaga kerja Indonesia bagi perekonomian dunia. Disuruh ngumpulin Rupiah, dan nanti kalau sudah punya uang bakal 'dipanen' oleh orang Barat.
Caranya, ya seperti tadi. Datang naruh investasi, kumpulin profit dari investasinya itu, lalu pergi lagi membawa profitnya tersebut ke luar.
Bukan memanas-manasi, tapi memang kenyataannya begitu.
Tapi, dari semua itu, efek yang paling mematikan dari tekanan Barat bagi kita adalah: Inflasi.
Spoiler for :
Buktinya?
Nih sekedar perbandingan.
Saya ambil contoh tahun 1996, harga bahan bakar jenis Premium di negeri kamu ini adalah Rp700,- per liter. Ya benar, Di tahun itu harga bensin memang tujuh ratus rupiahper liter. Kalo gak percaya, coba aja tanya sama papa atau pakde mu. Atau lihat di SINI.
Nah. Sekarang silakan bandingkan dengan harga bahan bakar Premium di tahun 2015 ini.
Paham artiya?
Cuma butuh 20 tahun bagi Amerika buat 'mengubur' perkonomian Indonesia sedalam itu Padahal, Amerika belum mengeluarkan sepenuhnya segala kekuatan yang mereka punya seperti yang tengah mereka lakukan pada negara-negara Timur Tengah semenjak 1998 kemarin. Bayangkan jika negara-negara Barat menekan kawasan Asia Tenggara dengan kekuatan Politik, Intelijen, serta Media seperti yang sekarang mereka gunakan di Timur Tengah sana.
Bisa-bisa berubah jadi lapangan semua negara ini. Babak belur. Rata.
Kekuatan dari ketiga 'alat pembunuh' mereka itu (Politik, Intelijen, Media) memang tidak main-main. Hasil kinerjanya sulit dipercaya. Walaupun sebenarnya bisa dibilang 'jahat', tetapi sungguh gila-gilaan daya rusaknya. Mulai dari pemboman Afghanistan yang kabarnya nyelonong tanpa izin parlemen, terciptanya kondisi keruh dan simpang-siur mengenai definisi suatu sekte agama di Iran, sampai yang terakhir pembentukan/pencitraan bernuansa kejam dari pasukan boneka berseragam hitam di wilayah Irak-Suriah. Sungguh hasil kerja besar dari .ketiga alat utama milik Mamang Sam itu; Politik, Intelijen serta Media..Dengan ketiga alat itu, Media Amrik dengan mudahnya menampilkan melalui televisi pada seluruh penduduk dunia sosok palsu suatu Agama menjadi suatu sosok lain yang mereka kehandaki. Benar-benar gila-gilaan kerja orang-orang Barat itu. Benar-benar menunjukkan kepada kita arti sebenarnya dari kalimat 'menghalalkan segala cara'.
Spoiler for :
Tapi, jika membandingkan diri dengan negara-negara Timur Tengah, kita seharusnya malu, karena usaha negara-negara Barat untuk menguasai regional Asia Tenggara sejak tahun 1950-1960 dulu, tidak memerlukan usaha sebesar itu. Kita ini jauh lebih lembek. Gampang digertak. Cuma gara-gara Amrika pernah pamer kekuatan lewat pangkalan militernya di Filipina (1947-1991), Indonesia sudah gemetar dengkulnya. Apalagi kemudian dicekoki duit. Dijanjikan kursi Kepresidenan, lalu dibuatkan plot buat duduk di RI-1 sudah langsung ngilerkemudian secara suka rela menandatangani kontrak 'tamu tak diundang' Freeport buat nyedot darah ibu Pertiwi. Sedih kan, kalau dipikir-pikir?
Iya. Di pentas politik dunia, kita ini termasuk culun, sebenarnya. Tapi ya, mau gimana lagi. Kita cuma bisa nonton doang.
Spoiler for :
Jadi, kembali lagi, dari sisi ekonomi, Inflasi di perekonomian kita ini masih sangat mudah untuk digenjot sampai harga-harga menjadi sangat tinggi, sampai mencekik rakyat pada lapis ekonomi tertentu, yang kondisi ini nantinya bisa sangat mudah dimanfaatkan pihak luar untuk memanaskan sampai mendidih rasa keadilan rakyat yang ada di lapisan ekonomi menengah ke bawah. Sementara isu keagamaan, yang seperti sudah kita ketahui memang sangat 'mudah terbakar' tentu kemungkinannya akan lebih mudah meledak di atas kondisi perekonomian yang bertekanan tinggi seperti demikian.
Spoiler for :
Juga, sehubungan dengan membanjirnya "turis' asing yang fasih berbahasa Indonesia dan melambungnya harga-harga kebutuhan pokok di negeri ini, sewajarnya kalau kita semua lebih banyak mengingat untuk meng-adem-kan diri kita masing-masing supaya tidak mudah tersulut oleh kabar-kabar tolol menggunakan topik Keagamaan yang (entah kenapa) jadi semakin banyak beredar di dunia maya. Termasuk di situs forum diskusi online Kaskus kita tercinta ini.
Harap diingat ketiga unsur tersebut. (1) Turis asing yang fasih berbahasa Indonesia, (2) inflasi non-stop per-semester, dan (3) meningkatnya isu keagamaan di forum publik.
Wajar jika dalam kondisi begini kita semuanya masing-masing semakin mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dan lebih sering mencari dasar pemikiran untuk saling mencintai Saudara serta Sahabat se-Tanah Air agar kita menjadi Bangsa yang solid, sukar ditembus oleh kepentingan pihak luar yang sudah pasti bakal merugikan kita sendiri baik sebagai seorang Individu maupun sebagai suatu Bangsa.
Ngomong-ngomong, sudah dulu ah, ceritanya. Capek saya.
Harap dimaklumi saja kalo di thread ini sama sekali tidak terdapat gambar maupun sumber yang bisa dicantumkan.
Repot urusannya, ntar...
Lagipula, di awal sudah saya bikin dalam cetak tebal bahwa ini semua cuma 'dongeng'.
Jaidi ya... Sekian, terima kasih.
Diubah oleh cekibot0101 25-10-2015 01:16
0
5K
Kutip
39
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan