- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Bentrok Singa Mania vs Ultras Simanis di Senayan


TS
muhamadbayu11
Bentrok Singa Mania vs Ultras Simanis di Senayan
Spoiler for Perhatian:

ULTRAS SIMANIS

SINGA mania
JAKARTA - Suasana memanas mulai terjadi jelang digulirkannya final Piala Presiden 2015. Ironisnya bentrok tersebut terjadi sesama pendukung Srijaya FC yang akan menjadi lawan Persib Bandung di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) Senayan, Jakarta. Bentrokan tersebut terjadi di Hall Basket Senayan, Minggu (18/10/2015), yang hanya berjarak ratusan meter dari stadion.
Pemicu bentrokan belum diketahui, namun pastinya insiden ini melibatkan pendukung Laskar Wong Kito yang mengenakan kaos hijau dengan suporter yang menamakan dirinya ultras.
Beruntung keributan ini tidak berlangsung lama setelah aparat keamanan langsung turun tangan. Meski begitu, salah seorang pendukung Sriwijaya FC yang mengenakan atribut berwarna hijau diamankan. Beberapa pendukung Sriwijaya sejak beberapa hari lalu sudah berdatangan ke Senayan. Namun gelombang besar diperkirakan akan datang siang ini.
Insiden keributan terjadi jelang laga final Piala Presiden 2015. Menariknya, yang terlibat bentrok adalah sesama pendukung Sriwijaya FC, yakni Singamania dan Ultras Palembang. Keributan dua kelompok itu terjadi di Hall A Senayan, Jakarta, Minggu (18/10) siang.
Dimulai dari saling ejek, dua suporter itu akhirnya terlibat bentrok. Beruntung, pihak kepolisian dengan cepat melerai keributan itu, dan mengamankan suporter yang dianggap provokator. Keributan sendiri berlangsung sekitar 30 menit.
Tidak ada korban jiwa dalam keributan ini. Dan saat ini situasi sudah dalam kondisi aman terkendali. Pihak Kepolisian sendiri masih berjaga-jaga di sekitar lokasi kejadian, untuk mengantisipasi bentrok susulan. Memang, selama ini antarsuporter SFC dikenal tidak saling akur. Seperti diketahui, SFC akan berhadapan dengan Persib Bandung di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (18/10) malam. Kick-off laga tersebut akan dilaksanakan pada pukul 19.00 WIB.
http://m.goal.com/s/id-ID/news/13582...hall-a-senayan
----
Rivalitas , Ideologi , Idealisme Suporter Sriwijaya .
Cikal bakal dari seluruh supporter Sriwijaya FC saat ini adalah Sriwijaya Mania (S-Man) yang berdiri pada tahun 2005, karena ada perbedaan pendapat, S-Man yang saat itu dipimpin oleh Masyhiril pecah menjadi dua. Terbentuklah kelompok supporter baru yang didirikan oleh 8 orang dan diberi nama Sriwijaya Ngamuk atau yang saat ini kita kenal dengan nama Singa Mania. Perpecahan dikubu supporter Sriwijaya FC tidak berhenti, setelah muncul Singa Mania muncullah Sriwijaya Mania Sumsel (SMS) pada tahun 2007 yang juga hasil perpecahan dari Sriwijaya Mania. Sriwijaya Mania Sumsel muncul setelah terjadi perpecahan suara dalam pengurus S-Man.
Namun lambat laun karena sering terjadi perpecahan, S- Man menghilang dari dunia supporter Sriwijaya FC dan tersisalah Singa Mania dan SMS. Hingga akhirnya muncullah :
Sriwijaya Mandiri Supporter (Simanis) yang merupakan perpecahan dari Singa Mania.
♦Saat ini SMS dipimpin oleh Eddy Ismail
♦Simanis dipimpin oleh Qusoy, dan
♦Singa Mania dipimpin oleh Deddy Pranata.
Berawal dari banyaknya masyarakat yang menginginkan penyatuan kelompok suporter Sriwijaya FC menjadi satu, seperti Viking dan Bomber (Bobotoh Maung Bersatu) di Bandung yang menyatu dan membiru di stadion menjadi “BOBOTOH”, yang dalam bahasa Indonesia berarti “Keluarga Besar”, YSS (Yayasan Suporter Surabaya) yang membawahi ribuan Bonek, Jak Mania yang mengorens di Jakarta, Aremania yang membiru di Kota Malang, dan Pasoepati (Pasoekan Suporter Solo Sejati) yang memerah di Solo.
Suatu keinginan yang sama dengan Sriwijaya Mania Sumsel, cita-cita yang sejak lama didambakan, bersatu, bernyanyi bersama, dan menguningkan Stadion Jakabaring saat mendukung tim kesayangan Sriwijaya FC berlaga. Layaknya suporter besar seperti Jak Mania, YSS, Aremania dan sebagainya.
Mendengar opini dari publik sepakbola Sumsel, manajemen Sriwijaya FC pada musim kompetisi ISL 2010/2011 membuat wacana penggabungan kelompok suporter Sriwijaya FC ke dalam suatu wadah yang awalnya diberi nama Gangster (Gabungan Suporter Sriwijaya).
Dalam hal ini mantan Manajer Sriwijaya FC pada saat merebut Double Winners, yang juga Ketua Pengda PSSI Sumsel, H. MC. Bariyadi, sangat ingin sekali kelompok suporter Sriwijaya FC bersatu. Oleh karena itu beliau berembuk dengan para ketua kelompok Sriwijaya FC pada saat itu, Eddy Ismail dari Sriwijaya Mania Sumsel, Qusoy dari Sriwijaya Mandiri Suporter, dan Deddy Pranata dari Singa Mania mengenai penggabungan suporter Sriwijaya FC kedalam suatu wadah. Dalam perjalanannya menuju penyatuan H. MC.
Bariyadi setuju menggelontorkan dana segar sebesar 1 Miliar rupiah untuk menebus tender tiket yang saat itu dipegang oleh CV Yulimas. Maksud H. MC. Bariyadi, setelah tender tiket ditebus dan diambil alih, suporterlah yang mengelola tiket dan keuntungan dari tiket tersebut dibagi tiga untuk para kelompok suporter. H. MC.
Bariyadi berharap para suporter bisa mandiri, sehingga tidak perlu meminta kemana-mana dana, seperti untuk tur, penyewaan sekretariat dan sebagainya. Sebelum ditebus tender tiket tersebut, H. MC. Bariyadi menginginkan kelompok suporter mempunyai badan hukum, sehingga uang 1 Miliar yang ia gelontorkan ada yang bertanggung jawab jika uang tersebut “hilang”. Ketika H. MC.
Bariyadi, Eddy Ismail (Ketum Sriwijaya Mania Sumsel), Qusoy (Ketum Simanis), Augie Bunyamin (Direktur Keuangan Sriwijaya FC) telah siap untuk membentuk badan hukum/yayasan kelompok suporter Sriwijaya FC ke notaris, beredar kabar dimedia massa jika salah satu kelompok suporter Sriwijaya FC menyatakan tidak jadi bergabung menjadi satu. Padahal sebelumnya dimedia massa ketiga pihak sudah deal untuk bersatu dan telah banyak usulan nama untuk Yayasan Suporter tersebut.
Gagallah usaha dari H. MC. Bariyadi untuk menyatukan suporter Sriwijaya FC.
Kegagalan seperti yang dinyatakan di atas tidaklah membuat kelompok suporter Sriwijaya FC, S-Man Sumsel dan Simanis patah arang untuk bersatu. Setelah melewati masa-masa sulit, akhirnya terbentuklah suatu wadah suporter Sriwijaya FC yang atas usul salah satu rekan media, diberi nama Beladas (Bela Armada Sriwijaya). Beladas juga merupakan bahasa daerah yang berarti bersenang-senang. Diharapkan, para suporter Sriwijaya FC dapat bersatu dan bersenang-senang dalam satu wadah kekeluargaan saat mendukung tim Sriwijaya FC. Setelah S-Man Sumsel dan Simanis bergabung, diangkatlah Augie Bunyamin sebagai ketua harian dari Beladas.
Dan akhirnya mau tidak mau S-Man Sumsel dan Simanis “ turun pangkat” menjadi Kordinator Wilayah dan para Korwil harus “turun pangkat” juga menjadi Sub Korwil.
Bergabungnya SMS dan Simanis menjadi Beladas ternyata tidak membuat perdamaian antar supporter semakin erat. Yang terjadi malah sering terjadi bentrokan berdarah antar supporter yang membuat penonton umum menjadi was-was untuk datang menonton langsung.
Puncaknya pada putaran pertama ISL 2011/2012 sempat terjadi bentrokan berdarah yang berakibat korban jiwa dari supporter yang berseteru.
INI NKRI BUKAN ITALY .
Salah satu penyebab Pertikaian Singa Mania adalah Bermula dari Segerombolan Orang2 Berpakaian serba Hitam , Menyanyikan Yel yel berbahasa asing , Hingga penggunaan Flare (kembang api yang berasal dari Suar Pertolongan) yang membuat Sriwijaya seringkali Kena Denda Panpel ISL .
Singa Mania yang marah pun merasa nama baik Suporter Sriwijaya Tercoreng . Bentrokan demi bentrokan pun terjadi , hingga puncaknya saat ada korban jiwa saat pertandingan ISL 2011/2012 , dimana Si HITAM dan Si KUNING
Bentrok untuk menunjukkan Siapa Yang Berkuasa di Jakabaring .
Diubah oleh muhamadbayu11 18-10-2015 14:28
0
20.8K
34


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan