Amin Iksan (42), mantan atlet senam yang kerap mengharumkan nama Indonesia terlihat nelangsa berada di tengah lahan gusuran di Kiaracondong Bandung, Jumat (7/8/2015) siang. Ia duduk di kasur yang berhasil diselamatkan dari rumahnya yang baru saja digusur pada Rabu lalu.
"Ya begini, sekarang saya menggelandang," ujar Amin saat detikcom menemuinya.
Cuaca yang panas dan kering di sekitarnya tak ia hiraukan. Bahkan di cuaca seperti itu, ia tak bisa banyak minum karena sakit gagal ginjal yang dialaminya sejak 10 bulan lalu.
"Saya sehari paling minum 2 gelas. Kalau kebanyakan, badan bengkak-bengkak," katanya.
Amin mengisahkan saat ini dirinya tengah merasa begitu terpuruk. Setelah mendapati dirinya mengalami gagal ginjal, kini ia harus kembali menelan pil pahit karena rumahnya harus digusur.
"Sejak 10 bulan lalu saya sudah tidak beraktivitas karena kedua ginjal saya sudah tidak berfungsi," tuturnya.
Gejala penyakitnya itu sudah ia rasakan sejak sepekan sebelum dirinya mengikuti Porda tahun 2014 di Bekasi. Saat itu tubuhnya sudah mulai bengkak-bengkak.
"Oleh orang Persani (Persatuan Senam Indonesia) Bekasi saya sudah diminta tak usah ikut. Cukup hormat saja lalu keluar (pertandingan)," katanya.
Namun Amin mengaku saat itu dirinya tetap memaksakan karena sudah kontrak dan latihan selama 2 tahun. Akibatnya, jangankan 2 medali emas yang ditargetkan yang didapat, Amin justru pingsan usai berlaga.
Setelah itu ia dibawa ke RS dan saat itulah dia mendapatkan vonis jika ginjalnya tak lagi berfungsi. Sejak itulah Amin harus menjalani cuci darah seminggu 3 kali.
Di tengah deritanya atas penyakit gagal ginjal, Amin kembali menemui masalah di mana rumah, studio musik dan kos-kosan yang dimilikinya digusur oleh Pemkot Bandung pada Rabu (5/8/2015). Secara bertahap, sejak tahun lalu Pemkot Bandung melakukan penggurusan belasan hektare di Kecamatan Batununggal sekitarnya. Lahan itu milik Pemkot Bandung yang selama puluhan tahun dipakai oleh warga.
Anak dan istrinya telah ia ungsikan ke rumah orang tua di Cibiru. Sementara Amin memilih tetap bertahan di area penggusuran karena ingin mendapatkan kepastian.
"Saya lebih pilih di sini karena belum dapat kepastian. Saya ingin kepastian penggantian," tutur Amin.
Selama berkiprah sebagai atlet senam, Amin telah menorehkan berbagai prestasi baik di tingkat nasional maupun hingga internasional. Berturut-turut pada tahun 2000 hingga 2003 ia mengikuti kejuaraan Suzuki World Cup Sport Gymnastic dengan posisi terbaiknya menempati rangking ke 7 dari 24 negara.
Selain itu Amin juga selalu mengikuti Porda yang selalu memetik emas saat mewakili daerah yang mengontraknya.
http://m.detik.com/news/berita-jawa-...gusuran-kircon
_________________
Quote:
Derita Mantan Pesenam Nasional: Gagal Ginjal, Rumah di Kiaracondong Digusur
PEMBONGKARAN bangunan warga untuk kepentingan pembangunan taman dan pusat bisnis oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung ternyata menyisakan derita buat seorang atlet yang pernah mengharumkan nama bangsa dan negara. iA adalah Amin Ikhsan, mantan pesenam nasional asal Jawa Barat.
Sejak pembongkaran bangunan warga di Jln Jakarta, Kelurahan Kebonwaru, Kecamatan Batununggal dilakukan lima hari lalu, Amin harus tinggal di sebuah tenda di samping rumahnya yang sudah rata dengan tanah. Jika malam tiba, Amin hanya memanfaatkan api unggun untuk pencahayaan dan menghangatkan tidur di atas kasur yang terselip di sela puing-puing bekas reruntuhan bangunan.
Sejak pembongkaran dilakukan, Amin memilih bertahan di kawasan itu. Sementara istri beserta tiga anaknya diungsikan ke rumah neneknya di Cibiru. Amin melakukan itu sebagai bentuk protes kepada Pemkot Bandung yang belum memberikan kejelasan terkait ganti rugi pembongkaran.
“Saya memilih bertahan di tempat tinggal yang sudah ditempati sejak tahun 70-an ini karena belum ada kejelasan dari Pemkot Bandung perihal ganti rugi. Saya sudah seperti gelandangan hidup di tenda reot yang didirikan dari sisa-sisa puing reruntuhan,” ungkap Abah Amin, sapaan akrab pria berusia 42 tahun ini, Jumat (7/8) malam.
Menurut pengakuan Amin, sebelum dibongkar, ia telah membangun tempat usaha di samping rumahnya. Dari mulai tempat kos hingga studio musik. Semua itu dibangun dari hasil jerih payahnya saat meraih prestasi sebagai atlet senam.
“Saat dihancurkan, saya menangis. Saya sedih melihat bangunan rumah, kamar kos dan studio musik rata dengan tanah. Padahal, usaha itu buat masa depan setelah pensiun menjadi atlet,” tuturnya, terbata-bata.
Derita Amin tidak sampai di situ. Sepuluh bulan lalu, ia divonis menderita penyakit gagal ginjal akut akibat overtrainning. Hingga saat ini, ia harus cuci darah rutin seminggu tiga kali. Akibat penyakit yang dideritanya, bapak tiga anak yang masih terdaftar sebagai atlet senam Kabupaten Bekasi ini sudah tidak bisa beraktivitas lagi.
“Sudah hampir 10 bulan ini, kedua ginjal saya tidak berfungsi. Setiap hari Senin, Kamis, Sabtu, saya harus cuci darah. Karena kalau tidak badan saya langsung bengkak,” katanya.
Amin menceritakan, gejala penyakitnya sudah dirasakan sejak sepekan sebelum dirinya mengikuti Porda tahun 2014 di Bekasi. Saat itu, tubuhnya sudah mulai bengkak-bengkak. Oleh orang Persani Kabupaten Bekasi, ia diminta tidak melanjutkan lomba.
“Tapi, saya memaksakan karena sudah kontrak dan latihan selama 2 tahun. Tapi, yang saya dapat malah pingsan usai lomba. Setelah dibawa ke rumah sakit, saya divonis gagal ginjal,” tuturnya.
Kini, setelah rumah dan tempat usahanya rata dengan tanah, kehidupan Amin mulai memprihatinkan. Selain harus mencuci darah tiga kali dalam seminggu, Amin juga harus menggunakan Oksigen dua kali dalam sehari. Untuk biaya pengobatan dan makan sehari-hari, Amin hanya mengandalkan hasil penjualan barang bekas puing-puing yang sudah diratakan dengan tanah. Barang bekas itu berupa besii dan barang lain yang masih memiliki nilai ekonomi.
“Dari hasil penjualan itu ke tempat rongsokan, saya bisa makan dan bertahan di sini. Untuk biaya oksigen, cuci darah, saya dapatkan dari hasil penjualan puing-puing rumah saya. Tak ada yang tersisa satupun yang kami miliki. Hanya beberapa piagam yang saya selamatkan. Itulah yang kami punya dan berharga bagi saya,” ucapnya.
Hingga saat, Amin yang terbaring memangku penyakit dan terlilit kemiskinan membutuhkan perhatian siapapun yang tersentuh, terutama insan olahraga Jawa Barat dan Pemkot Bandung. Bahkan, Persani Bekasi yang sempat menjanjikan biaya pengobatan rumah sakit, hingga saat ini belum menampakkan batang hidungnya.
Sebagai catatan, Amin yang mengawali karir sebagai atlet senam sejak SMP mewakili Kabupaten Subang di ejuaraan daerah antarklub. Seiring prestasinya yang terus melejit, Amin pun berhasil menggapai puncak kariernya sebagai atlet nasional dari 1997-2013.
Prestasi yang pernah diraihnya, antara lain ranking 7 Suzuki World Cup di Jepang, ranking 5 Asian Indoor 2002 di Thailand, 2 medali perak dan 2 perunggu wakil Jabar di Pekan Olahraga Nasional (PON), 7 medali emas di Pekan Olahraga Daerah (Porda) mewakili Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Bogor, dan prestasi lainnya.
http://www.sportanews.com/2015/08/07...ndong-bandung/
__________________
Quote:
Rumah digusur, eks atlet senam nasional ini jadi 'gelandangan'
Merdeka.com - Waktu menunjukkan tepat pukul 13.00 WIB. Terik matahari menghampar di puing-puing yang sudah dibumiratakan Pemerintah Kota Bandung, di kawasan Kelurahan Kebonwaru, Kecamatan Batununggal, Kota Bandung.
Ketika merdeka.com menghampiri kawasan yang semula padat penduduk itu, terdapat sesosok pria bernama Amin Ikhsan (42). Ya, mantan atlet senam nasional itu hanya bisa meratapi nasib, melihat rumah yang sudah ditempati selama 42 tahun tak lagi tersisa, semua rata dengan tanah.
Sudah tiga hari ke belakang Amin menjadi 'gelandangan' di kawasan yang membesarkannya tersebut. Berdiri sebuah tenda reyot yang hanya ditutup terpal. Kasur tersedia kala malam tiba. Ya, Amin kini sementara waktu tinggal di tempat tersebut sampai nasibnya jelas.
Tak masalah matahari menyengat tubuhnya atau hujan yang membasahi. Yang diminta hanya kejelasan, ihwal ganti rugi yang harus dilakukan Pemkot Bandung.
Dia ingat betul, kejadian pada Rabu (5/8) siang tersebut. Alat berat menghantamkan setiap bangunan yang ada di kawasan tersebut. Tiga bangunan yang dimiliki di atas lahan 192 meter persegi kini rata dengan tanah.
"Tiga bangunan yang sudah 42 tahun ditempati oleh orangtua saya dihancurkan. Itu ada rumah saya, studio musik, dan dua kamar kos yang disewakan," ucap Amin membuka perbincangan dengan merdeka.com, Jumat (7/8) siang.
Tangan Amin saat itu tampak terus memegangi perutnya. Dia seperti mengeram kesakitan. Ternyata dia mengakui, penyakit gagal ginjal sudah dialami sejak 10 bulan ke belakang. Sejak sakit itulah Amin kini menggantungkan nasibnya pada usaha rumahan dengan menyewakan indekos dan studio musik.
"Saya sudah berhenti jadi atlet senam. Terakhir saya ikut Porda di Bekasi 2014. Saya paksakan untuk ikut ajang Porda. Tapi setelah itu saya jatuh pingsan, dan ternyata badan saya bengkak-bengkak kemudian dibawa ke rumah sakit," ungkapnya.
Torehan prestasi mentereng di Asia pernah diraih pria kelahiran Bandung Januari 1973 silam. Dia pernah menempati posisi ke-7 atlet terbaik Asia dalam ajang Suzuki World Cup di Jepang pada tahun 2000. Belum lagi raihan emas dalam ajang setiap PON dan Porda.
"Saya pasti sumbang emas di ajang PON dan Porda, rata-rata dua. Terakhir kemarin di Bekasi saya tidak bisa, karena kondisi sakit," ungkapnya.
Apa daya, tubuh yang semula bisa beraktivitas berat, kini harus diurungkan. Dia hanya bisa tergolek lemas di rumah. Bekerja berat dikit, badan drop. Aktivitas cuci darah dilakukan sepekan tiga kali.
"Jika tidak badan saya bengkak-bengkak. Karena ginjal juga sudah tidak berfungsi," kisah pria berkaca mata ini.
"Sekarang cobaan datang lagi, rumah saya sudah rata dengan tanah. Istri dan dua anak saya diungsikan ke rumah neneknya di kawasan Cibiru," terangnya menambahkan. Dia akan terus bertahan di rumah sementaranya itu sampai ada kejelasan penggantian rugi lahan oleh Pemkot Bandung.
Informasi dihimpun, total ada sekitar 13,5 hektar yang diambil alih Pemkot Bandung. Di situ terdiri dari ratusan rumah, dan beberapa pabrik serta tempat usaha.
Kawasan tersebut memang akan direvitalisasi Pemerintah Kota Bandung untuk didirikan apartemen, rusunawa dan ruang terbuka hijau (RTH). Rencana revitalisasi itu sudah dilakukan sejak 1990 di bawah komando Wali Kota Bandung Ateng Wahyudi.
Kesepakatan kontrak tersebut sudah ditandatangani Pemkot Bandung dengan PT Mega Candra Purabuana.
http://m.merdeka.com/peristiwa/rumah...landangan.html
__________________
Semoga segera mendapatkan perhatian dan bantuan dari pemerintah daerah dan pusat khususnya kemenpora