- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Asal mula Donwori Donjuan Sephia dan Karin


TS
minato7391
Asal mula Donwori Donjuan Sephia dan Karin
Pengalaman menulis kisah
Donjuan, Donwori, Sephia
dan Karin di Pengadilan
Agama Surabaya
Sejak 2012 akhir aku resmi jadi penulis
kisah rumah tangga halaman 1 Radar
Surabaya. Saya pun tidak menyangka
tulisan yg awalnya iseng belaka ini bakal
jadi booming dan paling banyak
penggemarnya.
Mungkin para pembaca belum tahu
bagaimana sejarah awal mula kisah tulisan
ala feature yang diberi nama tokoh
Donjuan, Donwori, Sephia dan Karin ini.
Yuksss kontemplasi dikit sekalian mengingat awal mula tulisan aneh bin
unik ini.
Aku masuk Radar Surabaya tahun akhir
2011. Lulus S1 aku langsung kerja gak
pake nunggu lama. Dari kecil emang aku
pengen banget jadi wartawan kalau gak ya
jadi dosen. Untunglah bisa keterima di
Radar Surabaya. Meski gaji nggak segede
Jawa Pos (induk Radar
Surabaya),ehehhehe....tapi aku sangat
senang kerja di kantor yang beralamat di
lantai IV Graha Pena Jl Ahmad Yani
Surabaya ini. Suasananya asyik and
seniornya juga ngemong banget sama
juniornya.
Aku beruntung banget ketika
masuk Radar Surabaya, aku langsung
diajari nulis sama mantan Pemred Radar,
Pak Yudi, editor dan cerpenis Radar
Surabaya yang terkenal Pak Jos dan Pak
Djoko Pitono. Beruntung banget kan
akuu...dapat ilmu langsung dari
pakarnya....
Pas masih baru jadi wartawan aku
langsung diplot di pos lifestyle, fashion,
budaya dan kesehatan. Aku kirain nulis
pos lifestyle itu cuma butuh 5 W plus 1 H.
Ehh ternyata tidak. Lifestyle dan budaya
Itu nulisnya pakai rasa dan hati. Ada
pengembangannya dan pastinya butuh
bumbu-bumbu majas gitu deh. Aku
belajar nulis pakai rasa hampir setahun
dari mantan redaktur Radar Surabaya,
Heti Palestina Yunani. Woiiii lumayan asik,
meski aku ini termasuk wartawan yg
kurang teliti soal kata.
Setahun kerja, aku dipanggil ke
ruangannya sama mantan pemred Radar
Surabaya yang kini jadi Direktur Jawa Pos,
Leak Kustiya. Takut juga sih. Punya salah
apa sampai aku dipanggil panggil bos gitu.
Takut. Soalnya selama aku kerja di Radar
Surabaya, kesibukanku cuma ada dua,
kerja sama kuliah ( kebetulan aku
langsung lanjut kuliah S2 di Unesa). Jadi
aku merasa sudah kerja profesional dan
tidak pernah neko neko.
Pak Leak nyeramahi aku panjang lebar.
Soal gaya tulisan budaya yg lebih soft,
penggunaan kata untuk menarik pembaca,
cara ambil angle dll. Pokoknya banyak
deh.
Hingga akhirnya muncul untuk meliput di
Pengadilan Agama Surabaya. Tapi, bukan
dengan gaya bahasa hukum yang sakklek
dan kaku, namun dengan tulisan soft dan
lebih enjoy.
Bulan Januari 2013, aku mulai triple pos.
Ya liputan budaya, kesehatan dan
ditambah Pengadilan Agama. Awalnya
bingung apa yang harus aku tulis. Akhirnya
nekat ketemu humas Pa, Sulaiman. Eh
yang didapat cuma data perceraian
selama setahun. Akhirnya, aku tulis saja
apa yang aku dapat, tapi ternyata di kantor
cuma jadi berita pinggiran.
Kebetulan kosan ku dulu deket dengan PA.
Jadi kalau senggang bisa sewaktu waktu
mampir. Keesokan harinya aku coba lagi
ke PA. Aku emang paling demen dengerin
curhat orang. Aku coba dengerin curhat
curhat pengunjung PA. Bagi aku yg
lumayan cerewet ini tidak sulit untuk
akrab dengan para pengunjung PA.
Akhirnya, aku mulai mengetahui alasan
dan perasaan mereka ketika berada di PA.
Pastinya sedih dong, tapi kadang ada yang
curhat sambil ketawa ketiwi. Aneh...
Hampir dua mingguan aku lihat kondisi di
Pa, curhat curhat para pengunjung Pa itu
aku tampung di otak saja. Belum aku tulis
karena aku blm tahu bagaimana cara
menulis untuk berita ini dan feelingku
kisahnya juga kurang pas untuk ditulis.
Karena perceraian org yg aku wawancara
mayoritas masih karena persoalan
ekonomi. Karena keseringan di PA, aku
mulai akrab sama pegawai, calo, tukang
parkir pengacara dan semua pengunjung
PA. Sampai sekarang pun kalau pas aku
datang ke Pa, para calo, pengacar, petugas
dll menyapa aku semua. Kayak artis deh.
Mereka kadang ngajak ngopi (biasanya aku
mau aja, tapi aku bukan penikmat kopi
paling milih minum teh sekalian makan
Gratisan)
Di kala ngopi di depan warung depan PA,
itu akhirnya aku menemukan kisah unik
yang aku rasa bisa saya tulis.
Wanita itu sebenarnya sudah sering aku
lihat karena dia ikut anggota sosialita
Surabaya. Sebenarnya juga dia nggak
langsung curhat sama aku, dia konsultasi
sama mas Hendro Kusumo, pengacara.
Aku dengerin saja tuh. Dia cerita mau
cerai sama suaminya karena rebutan
bowoan alias ampau pernikahan. Padahal,
baru semalam tadi dia menikah dan
menggelar resepsi mewah di JW Marriott
Surabaya. "Yang direbutkan 2 miliarrr,"
tandas wanita yang sebenarnya berinisial
N itu. Mendengar dari samping pas dia
ngomong, aku cuma bisa mlongo. Uang
apaan tuh segitu banyaknya. Malamnya
aku menulis saja kata atau kisah yang aku
dengan sebelumnya. Aku tulis apa adanya.
Besoknya aku tambahi lagi dengan bumbu
nama inisial yg memang dia tidak
berkenan untuk menyebutkan namanya.
Waktu itu aku masih pakai inisial depan
nama pelaku yg sebenarnya.
Hampir dua minggu tulisan ini
mengendap di meja redaksi. Belum ada
bumbu bumbu atau editing dari redaksi.
Yang pastinya aku tetap.menunjukkan
Karakter arek Surabaya. Kadang bahasa
Surabaya jawa dan madura masih aku
tulis. Maaf kalau tidak menerjemahkan ke
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Karena memang aku ingin
tetap.menunjukkan kisah rumah tangga
khas Surabaya.
Akhirnya, Pak Leak minta tulisan apa
adanya itu segera dimuat untuk edisi
minggu.
Wowwwwww tak menyangka hari senin
sudah banyak pembaca dan teman kantor
yang apresiatif. Para pembaca ada yg
langsg telepon ke kantor menanyakan
siapa wanita itu. Karena kisahnya hampir
sama dengan cerita teman mereka.
Karena inisialnya hampir sama. (Mungkin
memang teman mereka, karena wanita ini
memang anak org kaya dan ternama di
Surabaya). Ada pula orang yang komplain
dan mangancam karena inisial itu mirip
kisahnya.
Karena tulisan bertujuan untuk
menghibur pembaca dengan kisah nyata
dan tidak menyakiti pihak manapun, maka
akhirnya aku mengubah inisial berita
berita keesokannya dengan nama pelaku
Bejo, Saripah dan lain lain. Pokoknya
namanya lebih katrok. Hampir sebulan
lebih, aku menulis kisah dengan nama
pelaku berubah ubah. Belum konsisten
dan tidak tahu mau kemana arah tulisan
ini. Yang penting nulis dan aku kasih
bumbu majas hiperbola dikit. Akan tetapi,
pembacaku makin banyak. Tiap ketemu
org pasti.minta bahas tulisan itu.
Komplain pun akhirnya muncul dari para
pembaca dan Pak Leak. Nama yang aku
buat terlalu buruk dan jelek. Terlalu
merendahkan pelaku, padahal perceraian
di PA itu bukan lagi mayoritas org miskin
dan bodoh, tapi kaya dan juga
berpendidikan. Karena memang berkali
kali, aku menulis kisah perceraian yg
datang l dari pelaku kaya raya dan
berpendidikan. Menurut aku kisah mereka
lebih kompleksitas dan unik dibandingkan
pelaku kaum bawah yang biasanya hanya
disebabkan persoalan ekonomi.
Singkat kata, Pak Leak memintaku
mengubah nama pelaku yang lebih
elegan. Munculnya nama Donjuan itu pun
sebenarnya tidak sengaja. Sebelum
menulis nama Donjuan, aku yg memang
demen baca novel Eropa (maklum
tuntutan kuliah S2 Bahasa dan Sastra jadi
bacaaanya.novel dan cerpen melulu) aku
membaca kisah pria playboay asal
Spanyol. Pria playboy itu diberi nama Don
Juan. Hobinya selalu godain cewek.
Akhirnya aku menulis untuk pelaku nakal
dalam kisah PA itu dengan nama Donjuan.
Untuk nama pelaku Karin dan Sephia itu
muncul dari redakturku Pak Jos. Mungkin
nama Sephia itu identik dengan wanita
simpanan atau kedua, makanya kalau
sudah ada nam Sephia pastinya buat
pelaku wanita kedua. Karin sendiri muncul
karena nama itu berarti sabar. Wanita
yang didzholimi biasanya pakai inisial
Karin. Kalau Donwori sih juga muncul
tidak sengaja dan hanya iseng saja. Ingat
Dont worry be happy jadi ya donwori bisa
diartikan tidak masalah dan tetap senang.
Dalam tulisan ini pelaku Donwori selalu
jadi pria baik, sabar dan lainnya. Pokoknya
protogonis deh.
Tapi jujur deh selama menulis berita ini
aku berusaha netral. Tidak pernah
menghakimi Donjuan, Donwori, Sephia
maupun Karin. Karena menurut saya,
orang jadi Donjuan atau Sephia itu ada
sebabnya baik karena cinta atau
kebutuhan. Jadi ketika aku memberikan
nama pelaku Donjuan dan Sephia itu tidak
untuk menjugde sikap dan perilaku
mereka. Aku hanya menyimpulkan dan
tidak untuk jadi hakim baik dan buruk bagi
mereka.
Untuk pengembangan nama Mira, Donlesi
maupun Dondon biasanya aku gunakan
untuk pelaku netral atau tidak terlibat
langsung atas kisah utama. Kalau bosen
kadang aku ganti juga pakai pelaku
Dondon atau Donlesi. Tapi, sangat jarang
kok.
Tiga tahun menulis kisah ini pastinya tak
hanya sampai di tangan pembaca saja.
Aku juga jadikan hadiah untuk orang tua,
suami Hendra Kartika Yuda, Anakku
Pertama Najma Ayucha Khairani dan bakal
adik Ucha dalam hadiah wisuda
magisterku. Saat hamil pertama tahun
2013 aku liputan di PA sekalian penelitian
tesis berjudul Stuktur Tematik Tuturan
Suami Istri di Pengadilan Agama Jl
Ketintang Madya, Surabaya. Ujianku
tertunda karena sibuk kerja, kuliah dan
harus PP Sby gresik tiap hari melewati
jalan angker Kalianak dan Margomulyo.
Sekarang hami anak kedua lagi,
eehehhehe..jadi ujian tesis dua kali
bersama anak anak yang masih dalam
perut. Mungkin nanti kalau ujian desertas
S3 anak ketiga juga ikut ngandon di
perut..yeyeyyeye semangat.
Thanx ya buat animo masyarakat dan
pembaca untuk tulisan isooooae ini.
Hany Akasah
Wartawan Radar Surabaya
Sumur
Nih penampakan wartawannya
Makasih yang udah bantu nongolin gambarnya gan
Donjuan, Donwori, Sephia
dan Karin di Pengadilan
Agama Surabaya
Sejak 2012 akhir aku resmi jadi penulis
kisah rumah tangga halaman 1 Radar
Surabaya. Saya pun tidak menyangka
tulisan yg awalnya iseng belaka ini bakal
jadi booming dan paling banyak
penggemarnya.
Mungkin para pembaca belum tahu
bagaimana sejarah awal mula kisah tulisan
ala feature yang diberi nama tokoh
Donjuan, Donwori, Sephia dan Karin ini.
Yuksss kontemplasi dikit sekalian mengingat awal mula tulisan aneh bin
unik ini.
Aku masuk Radar Surabaya tahun akhir
2011. Lulus S1 aku langsung kerja gak
pake nunggu lama. Dari kecil emang aku
pengen banget jadi wartawan kalau gak ya
jadi dosen. Untunglah bisa keterima di
Radar Surabaya. Meski gaji nggak segede
Jawa Pos (induk Radar
Surabaya),ehehhehe....tapi aku sangat
senang kerja di kantor yang beralamat di
lantai IV Graha Pena Jl Ahmad Yani
Surabaya ini. Suasananya asyik and
seniornya juga ngemong banget sama
juniornya.
Aku beruntung banget ketika
masuk Radar Surabaya, aku langsung
diajari nulis sama mantan Pemred Radar,
Pak Yudi, editor dan cerpenis Radar
Surabaya yang terkenal Pak Jos dan Pak
Djoko Pitono. Beruntung banget kan
akuu...dapat ilmu langsung dari
pakarnya....
Pas masih baru jadi wartawan aku
langsung diplot di pos lifestyle, fashion,
budaya dan kesehatan. Aku kirain nulis
pos lifestyle itu cuma butuh 5 W plus 1 H.
Ehh ternyata tidak. Lifestyle dan budaya
Itu nulisnya pakai rasa dan hati. Ada
pengembangannya dan pastinya butuh
bumbu-bumbu majas gitu deh. Aku
belajar nulis pakai rasa hampir setahun
dari mantan redaktur Radar Surabaya,
Heti Palestina Yunani. Woiiii lumayan asik,
meski aku ini termasuk wartawan yg
kurang teliti soal kata.
Setahun kerja, aku dipanggil ke
ruangannya sama mantan pemred Radar
Surabaya yang kini jadi Direktur Jawa Pos,
Leak Kustiya. Takut juga sih. Punya salah
apa sampai aku dipanggil panggil bos gitu.
Takut. Soalnya selama aku kerja di Radar
Surabaya, kesibukanku cuma ada dua,
kerja sama kuliah ( kebetulan aku
langsung lanjut kuliah S2 di Unesa). Jadi
aku merasa sudah kerja profesional dan
tidak pernah neko neko.
Pak Leak nyeramahi aku panjang lebar.
Soal gaya tulisan budaya yg lebih soft,
penggunaan kata untuk menarik pembaca,
cara ambil angle dll. Pokoknya banyak
deh.
Hingga akhirnya muncul untuk meliput di
Pengadilan Agama Surabaya. Tapi, bukan
dengan gaya bahasa hukum yang sakklek
dan kaku, namun dengan tulisan soft dan
lebih enjoy.
Bulan Januari 2013, aku mulai triple pos.
Ya liputan budaya, kesehatan dan
ditambah Pengadilan Agama. Awalnya
bingung apa yang harus aku tulis. Akhirnya
nekat ketemu humas Pa, Sulaiman. Eh
yang didapat cuma data perceraian
selama setahun. Akhirnya, aku tulis saja
apa yang aku dapat, tapi ternyata di kantor
cuma jadi berita pinggiran.
Kebetulan kosan ku dulu deket dengan PA.
Jadi kalau senggang bisa sewaktu waktu
mampir. Keesokan harinya aku coba lagi
ke PA. Aku emang paling demen dengerin
curhat orang. Aku coba dengerin curhat
curhat pengunjung PA. Bagi aku yg
lumayan cerewet ini tidak sulit untuk
akrab dengan para pengunjung PA.
Akhirnya, aku mulai mengetahui alasan
dan perasaan mereka ketika berada di PA.
Pastinya sedih dong, tapi kadang ada yang
curhat sambil ketawa ketiwi. Aneh...
Hampir dua mingguan aku lihat kondisi di
Pa, curhat curhat para pengunjung Pa itu
aku tampung di otak saja. Belum aku tulis
karena aku blm tahu bagaimana cara
menulis untuk berita ini dan feelingku
kisahnya juga kurang pas untuk ditulis.
Karena perceraian org yg aku wawancara
mayoritas masih karena persoalan
ekonomi. Karena keseringan di PA, aku
mulai akrab sama pegawai, calo, tukang
parkir pengacara dan semua pengunjung
PA. Sampai sekarang pun kalau pas aku
datang ke Pa, para calo, pengacar, petugas
dll menyapa aku semua. Kayak artis deh.
Mereka kadang ngajak ngopi (biasanya aku
mau aja, tapi aku bukan penikmat kopi
paling milih minum teh sekalian makan
Gratisan)
Di kala ngopi di depan warung depan PA,
itu akhirnya aku menemukan kisah unik
yang aku rasa bisa saya tulis.
Wanita itu sebenarnya sudah sering aku
lihat karena dia ikut anggota sosialita
Surabaya. Sebenarnya juga dia nggak
langsung curhat sama aku, dia konsultasi
sama mas Hendro Kusumo, pengacara.
Aku dengerin saja tuh. Dia cerita mau
cerai sama suaminya karena rebutan
bowoan alias ampau pernikahan. Padahal,
baru semalam tadi dia menikah dan
menggelar resepsi mewah di JW Marriott
Surabaya. "Yang direbutkan 2 miliarrr,"
tandas wanita yang sebenarnya berinisial
N itu. Mendengar dari samping pas dia
ngomong, aku cuma bisa mlongo. Uang
apaan tuh segitu banyaknya. Malamnya
aku menulis saja kata atau kisah yang aku
dengan sebelumnya. Aku tulis apa adanya.
Besoknya aku tambahi lagi dengan bumbu
nama inisial yg memang dia tidak
berkenan untuk menyebutkan namanya.
Waktu itu aku masih pakai inisial depan
nama pelaku yg sebenarnya.
Hampir dua minggu tulisan ini
mengendap di meja redaksi. Belum ada
bumbu bumbu atau editing dari redaksi.
Yang pastinya aku tetap.menunjukkan
Karakter arek Surabaya. Kadang bahasa
Surabaya jawa dan madura masih aku
tulis. Maaf kalau tidak menerjemahkan ke
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Karena memang aku ingin
tetap.menunjukkan kisah rumah tangga
khas Surabaya.
Akhirnya, Pak Leak minta tulisan apa
adanya itu segera dimuat untuk edisi
minggu.
Wowwwwww tak menyangka hari senin
sudah banyak pembaca dan teman kantor
yang apresiatif. Para pembaca ada yg
langsg telepon ke kantor menanyakan
siapa wanita itu. Karena kisahnya hampir
sama dengan cerita teman mereka.
Karena inisialnya hampir sama. (Mungkin
memang teman mereka, karena wanita ini
memang anak org kaya dan ternama di
Surabaya). Ada pula orang yang komplain
dan mangancam karena inisial itu mirip
kisahnya.
Karena tulisan bertujuan untuk
menghibur pembaca dengan kisah nyata
dan tidak menyakiti pihak manapun, maka
akhirnya aku mengubah inisial berita
berita keesokannya dengan nama pelaku
Bejo, Saripah dan lain lain. Pokoknya
namanya lebih katrok. Hampir sebulan
lebih, aku menulis kisah dengan nama
pelaku berubah ubah. Belum konsisten
dan tidak tahu mau kemana arah tulisan
ini. Yang penting nulis dan aku kasih
bumbu majas hiperbola dikit. Akan tetapi,
pembacaku makin banyak. Tiap ketemu
org pasti.minta bahas tulisan itu.
Komplain pun akhirnya muncul dari para
pembaca dan Pak Leak. Nama yang aku
buat terlalu buruk dan jelek. Terlalu
merendahkan pelaku, padahal perceraian
di PA itu bukan lagi mayoritas org miskin
dan bodoh, tapi kaya dan juga
berpendidikan. Karena memang berkali
kali, aku menulis kisah perceraian yg
datang l dari pelaku kaya raya dan
berpendidikan. Menurut aku kisah mereka
lebih kompleksitas dan unik dibandingkan
pelaku kaum bawah yang biasanya hanya
disebabkan persoalan ekonomi.
Singkat kata, Pak Leak memintaku
mengubah nama pelaku yang lebih
elegan. Munculnya nama Donjuan itu pun
sebenarnya tidak sengaja. Sebelum
menulis nama Donjuan, aku yg memang
demen baca novel Eropa (maklum
tuntutan kuliah S2 Bahasa dan Sastra jadi
bacaaanya.novel dan cerpen melulu) aku
membaca kisah pria playboay asal
Spanyol. Pria playboy itu diberi nama Don
Juan. Hobinya selalu godain cewek.
Akhirnya aku menulis untuk pelaku nakal
dalam kisah PA itu dengan nama Donjuan.
Untuk nama pelaku Karin dan Sephia itu
muncul dari redakturku Pak Jos. Mungkin
nama Sephia itu identik dengan wanita
simpanan atau kedua, makanya kalau
sudah ada nam Sephia pastinya buat
pelaku wanita kedua. Karin sendiri muncul
karena nama itu berarti sabar. Wanita
yang didzholimi biasanya pakai inisial
Karin. Kalau Donwori sih juga muncul
tidak sengaja dan hanya iseng saja. Ingat
Dont worry be happy jadi ya donwori bisa
diartikan tidak masalah dan tetap senang.
Dalam tulisan ini pelaku Donwori selalu
jadi pria baik, sabar dan lainnya. Pokoknya
protogonis deh.
Tapi jujur deh selama menulis berita ini
aku berusaha netral. Tidak pernah
menghakimi Donjuan, Donwori, Sephia
maupun Karin. Karena menurut saya,
orang jadi Donjuan atau Sephia itu ada
sebabnya baik karena cinta atau
kebutuhan. Jadi ketika aku memberikan
nama pelaku Donjuan dan Sephia itu tidak
untuk menjugde sikap dan perilaku
mereka. Aku hanya menyimpulkan dan
tidak untuk jadi hakim baik dan buruk bagi
mereka.
Untuk pengembangan nama Mira, Donlesi
maupun Dondon biasanya aku gunakan
untuk pelaku netral atau tidak terlibat
langsung atas kisah utama. Kalau bosen
kadang aku ganti juga pakai pelaku
Dondon atau Donlesi. Tapi, sangat jarang
kok.
Tiga tahun menulis kisah ini pastinya tak
hanya sampai di tangan pembaca saja.
Aku juga jadikan hadiah untuk orang tua,
suami Hendra Kartika Yuda, Anakku
Pertama Najma Ayucha Khairani dan bakal
adik Ucha dalam hadiah wisuda
magisterku. Saat hamil pertama tahun
2013 aku liputan di PA sekalian penelitian
tesis berjudul Stuktur Tematik Tuturan
Suami Istri di Pengadilan Agama Jl
Ketintang Madya, Surabaya. Ujianku
tertunda karena sibuk kerja, kuliah dan
harus PP Sby gresik tiap hari melewati
jalan angker Kalianak dan Margomulyo.
Sekarang hami anak kedua lagi,
eehehhehe..jadi ujian tesis dua kali
bersama anak anak yang masih dalam
perut. Mungkin nanti kalau ujian desertas
S3 anak ketiga juga ikut ngandon di
perut..yeyeyyeye semangat.
Thanx ya buat animo masyarakat dan
pembaca untuk tulisan isooooae ini.
Hany Akasah
Wartawan Radar Surabaya
Sumur
Nih penampakan wartawannya
Quote:
Quote:
Makasih yang udah bantu nongolin gambarnya gan
Diubah oleh minato7391 17-10-2015 15:43
0
27.1K
184


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan