Kalau agan melihat seseorang berdiri di atas bangunan tinggi tanpa peralatan safety, jangan dulu menyangkanya hendak melompat untuk bunuh diri. Siapa tahu orang tersebut hanya sedang asyik melakukan rooftopping. Buat yang belum tahu, akan coba diberi penjelasan singkat. Rooftoppingadalah aksi berdiri atau berjalan di tempat yang sangat tinggi seperti gedung pencakar langit dan menara. Yang dimaksud berdiri disini bukan berdiri di tengah lho ya, melainkan berdiri di tepi bangunan.

Pendefinisian Rooftopping sendiri masih belum begitu jelas. Ada yang mendeskripsikannya cenderung sebagai sebuah seni fotografi ekstrim, ada juga yang menganggap bahwa aksi itu sendiri sudah bisa disebut sebagai Rooftopping meski tidak bertujuan untuk memotret. Tapi terlepas dari ketidakjelasan itu, harus diakui bahwa aksi Rooftopping ini butuh keberanian yang luar biasa karena dilakukan tanpa pengaman apapun.

Sementara beberapa orang sekedar ingin memuaskan keinginannya untuk menikmati pemandangan kota dari atas bangunan tinggi, sejumlah orang lainnya berinisiatif untuk mengambil foto baik itu foto profesional, foto selfie atau sekedar jeprat-jepret. Dan hasilnya cukup banyak karya-karya fotografi yang mencengangkan yang tidak hanya memamerkan keindahan sebuah kota yang super sibuk tapi juga sekaligus menimbulkan rasa ngeri bagi yang melihat foto-foto tersebut.

Bagaimana perasaan anda jika berada dalam posisi seperti foto diatas? Melihat fotonya saja sudah merinding, apalagi kalau berada di posisi sang fotografer. Salah seorang photografer yang pernah melakukan Rooftopping adalah Deb Slater. Disebutkan dalam blognya bahwa foto ini disebut Rooftopping, yaitu memotret dari atas gedung-gedung pencakar langit. Namun, umumnya foto-foto yang dihasilkan dari atas gedung ini biasa disebut Cityscape.

Ini adalah foto Deb Slater yang fenomenal karena lewat satu frame inilah hidup Deb Slater berubah. Mengutip kata-kata dari blognya: "When I woke up on the morning of May 19th I had 500 emails in my inbox, including requests for interviews by BBC, RTL, and National Geographic USA." Luar biasa bukan, lalu dia menjual banyak sekali Print Out dari stock foto Rooftopping, bahkan sampai sekarang dia masih menerima 3-5 request pemotretan tiap minggunya.

Pesan Deb: Keep shooting. One photo can change your life.

Di Indonesia pun sudah pernah ada yang melakukan Rooftopping, dia adalah Arief Noor Affandy seorang pemuda berasal dari Bukittinggi, Sumatera Barat ini melakukan yang tergolong gila dan menegangkan. Dengan menggunggah foto foto dirinya yang hobi menaiki gedung gedung pencakarlangi di indonesia khususnya Jakarta. Arief Noor Affandy merasa tertantang dengan melakukan hal hal seperti itu. Memang kegiatan yang sedang trend dan menjadi buah bibir di dunia bernama Rooftopping ini mulai gelar dilakukan oleh orang orang khususnya anak muda yang memiliki nyali tinggi.

Namun bukan berarti tehnik dan hobby Rooftopping ini tidak mendapat penentangan dan larangan. Di Queensland diberitakan bahwa polisi Queensland mengatakan mereka menggunakan media sosial untuk melacak tren baru yang berbahaya “Rooftopping” yakni berfoto di tepian gedung tinggi yang dikenal sebagai genre fotografi ekstrim. Trend rooftopping ini melibatkan orang yang secara ilegal memanjat gedung tinggi dan bergantung ditepiannya untuk berfoto dan mengunggah fotonya ke media sosial. Pengguna media sosial di Brisbane mulai menggandrungi tren ini terbukti dengan banyaknya foto rooftoping yang muncul di media online. Diantara foto itu ada yang memanjat gedung Meriton yang masih dalam pembangunan, yang merupakan gedung tertinggi di Brisbane setinggi 262 meter.

Artis jalanan Brisbane dan rooftopper yang dikenal dengan sebutan Blu Art Xinja mengatakan memanjat gedung adalah kegiatan untuk pecandu adrenalin dan peringatan polisi tidak akan menghentikan tren ini."Memanjat gedung memang berbahaya, tapi secara pribadi saya tidak takut dengan bahaya – banyak orang juga tidak takut bahaya,” katanya.[I]"Bahkan jika seseorang meninggal karena kecelakaan ketika melakukan rooftopping saya rasa hal itu tidak akan menghentikan saya untuk melakukan rooftopping lagi."Orang selalu gandrung terhadap sesuatu jika hal itu menyenangkan dan akan tetap melakukannya jika hal itu menantang dan baru. Saya pikir foto yang disebarluaskan itu akan membuat orang tertarik atau takut melihatnya."Saya berharap penggila rooftopping akan berkurang sehingga saya bisa terus melakukannya dengan lebih sedikit orang memperhatikan saya.” [/I]lanjutnya.

Berikut ini yang akan TS sajikan sesuatu yang diambil dari laman dari Dailymail.co.uk yang berjudul "Don't look down: Daredevil photographer captures London's dramatic skyline while scaling the rooftops" bagaimana seorang Photografer muda berusia 20 tahun, Jacob Riglin, dari Richmond Upon Thames, mengambil dan mengabadikan foto-foto kawasan dan pemandangan Skyline kota London yang terlihat berkilauan dari atas – dengan cara bergantungan di perancah konstruksi (Scaffolding) , menggantung kakinya di tepi bangunan dan melihat ke bawah dari tingkat ketinggian yang sangat berbahaya. Dia mengatakan: "Aku selalu suka mendaki temopat yang tinggi dan memacu adrenalin denga berada ti tempat tinggi di atas dunia. Pergi ke Shard The atau menyewa helikopter tidak akan memberikan saya kebebasan dan gaya foto yang saya cari dan karena itulah saya beralih ke Rooftopping." Dia menambahkan: "Banyak orang suka membayangkan diri mereka di sana dan memiliki perasaan adrenalin yang berbeda, sehingga memberikan pemerhati photo-photo saya cara bagaimana untuk merasakan suatu rasa yang menakjubkan yang sama namun dengan nyaman walaupun kaki mereka di tanah." Tempat fovoritnya adalah Canary Wharf, Barbican, Square Mile dan tempat-tempat di sekitar Tower Bridge.



Bagi kebanyakan orang mungkin photo-photo tersebut menimbulkan rasa kengerian,namun bagi mereka yang menyukai seni, ketinggian, tantangan dan khususnya bagi pecinta photographi pastinya photo-photo tersebut memiliki nilai tersendiri.