- Beranda
- Komunitas
- Food & Travel
- Catatan Perjalanan OANC
[CATPER] Gunung Slamet 3428MDPL 19-20 September 2015
TS
bany21
[CATPER] Gunung Slamet 3428MDPL 19-20 September 2015
Spoiler for Kata Pengantar:
Gunung Slamet. Ya, sebuah gunung yang memiliki ketinggian 3428mdpl menjadikan gunung ini sebagai gunung tertinggi di Jawa Tengah dan kedua di Pulau Jawa. Gunung ini terletak di perbatasan 5 kabupaten yaitu Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Tegal, dan Brebes.
Gunung yang memiliki keindahan alam yang masih terjaga dan medan yang tak kenal ampun menjadikannya sebagai salah satu gunung favorit untuk didaki. Terlebih, dalam beberapa bulan terakhir gunung ini memiliki aktivitas yang membuat pendakian sempat ditutup untuk umum. TS sendiri sudah menunggu sedari tahun lalu untuk mendaki kembali gunung yang penuh kenangan ini. Penantianpun terjawab karena resmi pada tanggal 8 September 2015 status gunung Slamet turun menjadi NORMAL kembali. TS bergegas untuk merencanakan pendakian dan tentunya segera menghubungi penduduk setempat untuk menanyakan jadwal buka jalur pendakian. Menurut bapak Sugeng, warga jalur pendakian Bambangan, memberikan informasi kalau pendakian baru dibuka mulai tanggal 15 September 2015. Atas dasar itu, tercetuslah rencana pendakian tanggal 19-20 September.
Ajakan pendakian keseluruh kenalan membuahkan respon positif. Namun, hingga H-1 pendakian, hanya 2 teman TS yang fix ikut, yang lain entah kemana hilang ditelan omongan. Jadilah pendakian hanya dilakukan oleh 3 orang. Lebih dari cukup.
Kami berangkat dari Jogja jumat sore untuk menginap dirumah TS terlebih dahulu karena kebetulan TS asli Purwokerto.
Keesokan harinya, kami berangkat dari rumah TS menuju Basecamp Bambangan Purbalingga pukul 6 pagi dan sampai di basecamp pukul 8 pagi. Sesampainya di Basecamp tidak lupa sebagai pendaki yang baik melakukan registrasi pendakian. Dengan membayar 5000/orang + 10000/motor, kami telah resmi mendapat izin pendakian.
Gunung yang memiliki keindahan alam yang masih terjaga dan medan yang tak kenal ampun menjadikannya sebagai salah satu gunung favorit untuk didaki. Terlebih, dalam beberapa bulan terakhir gunung ini memiliki aktivitas yang membuat pendakian sempat ditutup untuk umum. TS sendiri sudah menunggu sedari tahun lalu untuk mendaki kembali gunung yang penuh kenangan ini. Penantianpun terjawab karena resmi pada tanggal 8 September 2015 status gunung Slamet turun menjadi NORMAL kembali. TS bergegas untuk merencanakan pendakian dan tentunya segera menghubungi penduduk setempat untuk menanyakan jadwal buka jalur pendakian. Menurut bapak Sugeng, warga jalur pendakian Bambangan, memberikan informasi kalau pendakian baru dibuka mulai tanggal 15 September 2015. Atas dasar itu, tercetuslah rencana pendakian tanggal 19-20 September.
Ajakan pendakian keseluruh kenalan membuahkan respon positif. Namun, hingga H-1 pendakian, hanya 2 teman TS yang fix ikut, yang lain entah kemana hilang ditelan omongan. Jadilah pendakian hanya dilakukan oleh 3 orang. Lebih dari cukup.
Spoiler for Personel:
TS Bani (kiri), Teman KKN TS Ijad (Tengah), Teman Kuliah TS Faiz (kanan)
Kami berangkat dari Jogja jumat sore untuk menginap dirumah TS terlebih dahulu karena kebetulan TS asli Purwokerto.
Keesokan harinya, kami berangkat dari rumah TS menuju Basecamp Bambangan Purbalingga pukul 6 pagi dan sampai di basecamp pukul 8 pagi. Sesampainya di Basecamp tidak lupa sebagai pendaki yang baik melakukan registrasi pendakian. Dengan membayar 5000/orang + 10000/motor, kami telah resmi mendapat izin pendakian.
Spoiler for Pos 1:
Pendakian menuju Pos 1 Pondok Gemirung pun dimulai pukul 09.00 WIB. Hati-hati tersesat karena jalur pendakian adalah belok kanan menyusuri jalan ladang warga setempat setelah melewati gerbang pendakian, bukan lurus mengikuti jalan.
Perjalanan menuju Pos 1 bisa dibilang perjalanan terpanjang. Perjalanan ditandai dengan melewati ladang warga dengan jalur masih didominasi tanjakan normal hingga mencapai pintu masuk hutan pinus. Hutan pinus sebagai pertanda telah mencapai setengah perjalanan menuju Pos 1. Dari sini, tanjakan mulai memaksa kaki untuk lebih bekerja keras. Pukul 11.00 WIB sampailah kami di Pos 1 Pondok Gemirung. Kamipun istirahat sejenak untuk melepas lelah.
Spoiler for Pos 2:
Perjalanan kami lanjutkan ketika waktu menujukkan pukul 11.30 WIB. Perjalanan dari Pos 1 menuju Pos 2 bisa dibilang sebagai perjalanan dengan tanjakan paling menyebalkan. Bukan apa-apa, seluruh jalur adalah tanjakan dengan kemiringan yang membuat betis menjerit kelelahan. Perjalanan melewati hutan khas gunung Slamet yang cukup lebat sehingga panas matahari tidak begitu terasa. Namun, debu yang beterbangan membuat perjalanan semakin terasa berat. Tepat pukul 13.00 WIB, kami sampai di Pos 2 Pondok Walang. Karena lelah dan lapar, rencana kami untuk makan siang di Pos 3 pun dimajukan di Pos 2 akibat tanjakan setan sebelumnya. Kami makan nasi omelet buatan nenek TS yang dibawa dari rumah. Tidak lupa pula kami menunaikan ibadah Shalat Dzuhur dan dijamak dengan Ashar. Hampir 1,5 jam kami habiskan di pos 2. Badanpun mulai terasa dingin karena terlalu lama diam. Akhirnya, 14.30 WIB, kami lanjutkan perjalanan.
Spoiler for Pos 3:
Perjalanan menuju pos 3 hampir sama seperti pos 1 ke pos 2, hanya saja jaraknya lebih pendek dari sebelumnya dan sesekali terdapat bonus yang membuat otot betis sedikit relaksasi. Setelah 1 jam berjalan, kami sampai di pos 3 Pondok Cemara pukul 15.30 WIB. Tidak banyak yang kami lakukan disini. Disini kami hanya minum dan duduk sejenak. Pukul 15.45 WIB, kami lanjutkan perjalanan menuju pos 4.
Spoiler for Pos 4:
Perjalanan yang tidak jauh berbeda dari sebelumnya. Hanya saja, jalur lebih singkat dan semakin banyak bonus. Setelah 45 menit berjalan, pukul 16.30 WIB kami sampai di pos 4. Sepi, kesan pertama yang kami dapat di pos 4 Pondok Samarantu ini. Konon, pos 4 ini adalah tempat paling angker yang membuat pendaki tidak disarankan untuk membuka tenda maupun berhenti lama-lama disini. Kamipun tidak berlama-lama disini bukan karena takut akan sesuatu melainkan takut kemalaman sebelum mencapai pos 5. Tempat dimana kami targetkan untuk menginap sebelum Summit Attack. Pukul 16.45 WIB kami lanjutkan perjalanan menuju pos 5 Pondok Mata Air.
Spoiler for Pos 5:
Pukul 17.30 WIB kami sampai di pos 5 Pondok Mata Air. Seperti Pos 1 dan pos 7 nanti, pos 5 memiliki bangunan semi permanen yang dapat dimanfaatkan oleh pendaki untuk berteduh. Di pos ini pula terdapat mata air. Sialnya, musim kemarau panjang membuat air kering hingga ke hulunya.
FYI : Sebelum memasuki pos 5, kami sempat tertahan sekitar 10 menit karena ada "Celeng" (Babi Hutan) yang menghadang perjalanan kami. Pos 5 ini memang banyak celeng disekitarnya.
Banyak hal yang kami lakukan di pos 5 ini. Selain mengisi tenaga dengan memakan makanan favorit Mie Cup kami juga bercengkrama dengan pendaki lain sembari menghangatkan badan di depan api unggun yang dibuat rombongan dari UNSO*D. Disini pula kami bertemu dengan pendaki yang membawa anaknya yang terbilang masih cukup kecil (<2 tahun). Gila? Nekat? Entahlah.
Pukul 19.00, Faiz dan Ijad sudah terlelap di tempat tidur masing-masing. Ya, kami tidak membawa tenda sehingga kami tidur di dalam gubuk pos 5. TS sendiri baru tidur sekitar jam 9 malam karena sibuk mengabadikan momen yang tidak dapat didapat di kota.
Setelah selesai, TS pun ikut bergabung dengan Faiz dan Ijad yang sudah terlebih dahulu bertempur melawan dinginnya malam pos 5 waktu itu. Pasang alarm jam 1 pagi, menyiapkan peralatan untuk summit attack, dan beranjak tidur.
Spoiler for Pos 6:
Alarm berbunyi tepat pukul 01.00 WIB. Kamipun saling membangunkan dan bergegas untuk packing ulang sebelum summit attack. Kami hanya membawa makanan ringan, 2 botol 1,5 air, dan 1 thermos kecil kopi panas. Sisanya kami tinggal dibawah kolong di gubuk pos 5. Pukul 01.30 WIB, kami memulai perjalanan menuju puncak. Berat rasanya kaki kami walaupun perjalanan tidak terlalu panjang. Udara dingin serta debu beterbangan semakin membuat perjalanan menjadi melelahkan. Perjalanan didominasi oleh jalur sempit dan pepohonan besar sudah tidak ada lagi. Hanya semak-semak dan sesekali terdapat pohon kecil namun tinggi seperti pohon buah Murbei yang dapat dimakan buahnya. Setelah 30 menit berjalan tepatnya pukul 02.00 WIB kami sampai di pos 6 Samyang Rangkah.
Spoiler for Pos 7:
Perjalanan menuju pos 7 kami lanjutkan pukul 02.15 WIB. Tidak ada perbedaan yang signifikan. Hanya dingin yang semakin bertambahlah yang kami rasakan. Pukul 03.00 WIB, kami sampai di pos 7 Samyang Jampang. Karena terlalu cepat, kami putuskan untuk istirahat lebih lama di pos 7 ini. Sembari istirahat, TS sempatkan untuk "berburu" keindahan malam itu. Akhirnya, pukul 03.15 WIB kami lanjutkan perjalanan.
Spoiler for Pos 8:
Hanya 15 menit waktu yang kami butuhkan dari pos 7 menuju pos 8 Samyang Kendit. Terlalu cepat memang kami telah sampai pos 8 pukul 03.30 WIB. Kami putuskan untuk istirahat 15 menit sembari kembali "berburu" keindahan malam.
Spoiler for Pos 9:
Pukul 03.45 WIB, kami lanjutkan perjalanan menuju pos terakhir sebelum puncak yaitu pos 9 Plawangan. Kamipun sampai di pos 9 pukul 04.15 WIB. Lelah dan dingin semakin menghalangi kami untuk sampai ke puncak. Namun semangat dan keteguhan membuat kami dapat melawan itu semua hingga sejauh ini. Ya, masih ada satu bagian lagi agar mencapai puncak gunung ini. Perjalanan terakhir yang paling berbeda dan paling menantang.
Spoiler for Puncak:
Batu kerikil labil yang siap longsor jika sedikit saja salah memilih pijakan. Itulah gambaran jalur sebelum puncak Slamet. Tidak ada pasir seperti gunung Semeru atau Merapi yang dapat sedikit memberikan rasa aman. Disini hanyalah kerikil yang siap menggelincirkan kaki jika saja tidak berhati-hati dalam melangkah. Terpaan angin menambah beratnya perjalanan menuju puncak. Disini, TS terpisah dengan 2 teman TS. Bukan apa-apa, TS sudah sangat merasa tidak begitu ambisi mengejar sunrise di puncak karena sudah pernah. Jadi, TS minta 2 teman TS untuk duluan karena meraka baru pertama kali naik Slamet dan baru pertama kali naik gunung. TS pun terlelap dalam kantuk yang sudah ditahan-tahan diantara bebatuan vulkanik. Sempat sekali dibangunkan pendaki lain karena dikira TS mengalami kedinginan dan dikhawatirkan terserang Hipotermia. Namun, TS menyangkal dan melanjutkan tidur karena yang TS alami adalah kantuk yang menjadi, bukan kedinginan dan berlanjut menjadi kantuk. Ya, saat itu TS merasa sangat nyaman dengan udara diantara bebatuan karena terasa hangat dan cocok untuk tidur.
Akhirnya, 05.30, Faiz telah sampai di puncak dan disusul Ijad beberapa saat kemudian. TS sendiri menyusul 1 jam setelahnya ketika terbangun oleh sinar mentari yang mulai muncul diantara gunung Merapi, Merbabu, Sumbing, Sindoro, dan dataran tinggi Dieng.
Rasa syukurlah yang kami ungkapkan pertama kali karena telah diizinkan kembali menginjakkan kaki ditempat yang begitu indah ciptaan-Nya ini.
Terimakasih Tuhan telah memberikan kesempatan kembali untuk mensyukuri indahnya alam ciptaan-Mu. Sungguh kami tidaklah berarti apa-apa dibandingkan keAgungan-Mu.
Gunung Slamet 3428MDPL, Jawa Tengah, Indonesia
Selanjutnya, biarkanlah hasil "berburu" yang berbicara
Spoiler for Hasil Buruan:
Start Pendakian
Anak Kecil
Siluet Puncak & Bulan
Penghangat Malam
Milkyway Kotor
Pos 7
Pos 7
Pos 8
Sunrise
Sunrise
Sunrise
Sunrise
Kawah
Negeri Awan
Ngeri!
Spoiler for Bonus:
Pos 5
[UPDATE]
Rencana bulan Oktober tanggal 23 mau nanjak sekali lagi, karena belum ke kawah. Adakah yang mau kesana juga?
0
10.7K
Kutip
70
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan