Rupiah Menguat Berkat The Fed, Pemerintah Jangan Senang Dulu
07 Oktober 2015
JAKARTA- Rupiah hari ini menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) karena ada sentimen positif terkait penundaan suku bunga The Fed. Pasalnya, data pengangguran di Amerika masih belum sesuai target.
Pengamat Ekonomi dari Indef, Rusli Abdullah, mengatakan dari sisi internal komitmen pemerintah menjaga kepercayaan pasar dengan paket-paket kebijakan ekonominya masih belum baik.
Oleh karena itu, dia mengatakan Pemerintah tidak boleh senang dahulu dengan penguatan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS dalam seminggu terakhir. Dia melanjutkan, Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed masih akan melakukan dua kali rapat, yaitu Oktober dan Desember 2015.
"Berarti ada kemungkinan suku bunga The Fed bisa dinaikkan, namun itu semua tergantung perkembangan makro ekonomi Amerika Serikat membaik," ujar Rusli, di Jakarta, Rabu (7/10/2015).
Menurutnya, pemerintah harus fokus penyerapan anggaran di tiga bulan terakhir. Untuk jangka panjang, fokus memperbaiki fundamental ekonomi dalam negeri dalam upaya untuk mengurangi defisit transaksi berjalan yang sudah terjadi sejak kuartal IV-2011.
"Insentif industri yang berorientasi ekspor, diversifikasi ekspor untuk memperkecil defisit transaksi berjalan. Dalam kata lain, defisit transaksi neraca berjalan berarti ada saving investment GAP, di Indonesia," katanya.
"Saving investment gap berarti saving domestik lebih kecil dibandingkan investasinya, ada kekurangan modal di dalam negeri. Solusinya menurut saving investment approach, yaitu menambah domestic private saving dan menambah government saving," ungkapnya.
Sumber
Quote:
Oktober, waktu ideal untuk The Fed naikkan suku bunga
07 Oktober 2015
JAKARTA, Indonesia— Jika Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed memang berniat untuk menaikkan tingkat suku bunga acuan mereka, waktu yang ideal untuk melakukannya adalah pada Oktober nanti. Demikian menurut guru besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Firmanzah.
"Kalau September masih terlalu cepat, sedangkan kalau akhir tahun likuiditas dunia kering, jadi waktu yang ideal untuk menaikkan suku bunga bagi The Fed ya Oktober," katanya, Kamis, 27 Agustus 2015.
Wacana naiknya tingkat suku bunga acuan di Amerika Serikat telah beredar untuk waktu yang lama, setelah proses pemulihan perekonomian mereka mulai menunjukkan tanda-tanda keberhasilan. Namun hingga saat ini, belum juga ada keputusan.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro sebagaimana dilansir oleh The Wall Street Journal menilai bahwa situasi ini merupakan salah satu sumber ketidakpastian ekonomi global yang merebak belakangan.
"Lebih baik Amerika Serikat mengambil keputusan. Yang membuat pasar finansial bergejolak adalah ketidakpastian," kata Bambang, Kamis.
Tingkat suku bunga acuan di Amerika Serikat adalah salah satu faktor utama penentu jumlah permintaan terhadap dolar Amerika Serikat (US$). Sesuai dengan hukum dasar ekonomi, jumlah permintaan terhadap suatu barang, termasuk mata uang akan menentukan harganya.
Sebagai mata uang internasional, harga dolar Amerika diukur dengan nilai tukarnya terhadap mata uang lain yang menjadikannya acuan, termasuk rupiah. Inilah pentingnya keputusan The Fed untuk menaikkan tingkat suku bunga acuan mereka bagi perekonomian Indonesia. — Rappler.com
Sikap The Fed yang belum jelas dinilai menjadi salah satu sumber ketidakpastian perekonomian global
Sumber
Quote:
IMF Berharap The Fed Naikkan Suku Bunga Tahun Ini
07 Oktober 2015
Metrotvnews.com, Lima: Dana Moneter Internasional (IMF) berharap Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve, menaikkan suku bunganya pada tahun ini.
Meskipun IMF juga berharap jika bank sentral tetap pada jalurnya dalam menaikkan suku bunga sampai melihat tanda-tanda kenaikan inflasi menuju targetnya sebesar dua persen. Demikian seperti dilansir dari Reuters, Rabu (7/10/2015).
The Fed dikritik karena gagal berkomunikasi secara efektif pada pertemuan September, yang mengomentari bahwa suku bunga lepas dari level nol itu memungkinkan. Transparansi yang lebih besar oleh Fed akan mengurangi kemungkinan gangguan ekonomi lainnya, khususnya pasar negara berkembang, yang lebih rentan terhadap perubahan dalam kebijakan AS.
Namun demikian, IMF juga telah memperingatkan Fed untuk tidak menaikkan suku bunga sebelum waktunya. "Terlepas dari waktu langkah kebijakan awal, data akan menunjukkan bahwa kenaikan tingkat berikutnya harus bertahap," kata IMF.
Meskipun demikian, inflasi tetap berada di bawah target, dan harapan pasar memperkirakan suku bunga akan tetap di bawah target Fed untuk waktu yang cukup. Bank Sentral Jepang dan Bank Sentral Eropa dipandang siap untuk melakukan pelonggaran kuantitatif, yang membantu mencegah keruntuhan perbankan, namun sejauh ini gagal untuk meningkatkan permintaan.
Selain itu, IMF menekankan bahwa kebijakan moneter saja tidak akan membuat pertumbuhan global menyala. Kesenjangan output dalam zona euro tetap besar, dan indikator ekonomi terbaru menunjukkan Jepang mungkin akan kehilangan traksi.
Laporan IMF dalam World Economic Outlook juga memperingatkan bahwa ekonomi pasar berkembang tergantung komoditas menghadapi risiko karena utang perusahaan, bahkan beberapa berada di perusahaan milik negara.
AHL
Sumber
===========================================================================
Seperti yang ane bilang pada thread ane yang ini:
Pagi Ini, Rupiah Melemah ke Level Rp 13.850
Dollar US akan menguat 10% hingga nilai tukar rupiah terhadap dolar menjadi 15.000/USD pada akhir bulan Oktober 2015.
Penguatan rupiah beberapa hari ini hanya dalam hitungan hari saja..
Pada tanggal 27-28 Oktober 2015, The Fed akan menaikkan suku bunga. Pada saat itulah Rupiah akan nyungsep ambles ke gorong-gorong..
Jadi secepatnya beli dolar, karena sebentar lagi rupiah akan nyungsep terjun bebas pada akhir bulan Oktober 2015