Kaskus

News

ketua.komnashamAvatar border
TS
ketua.komnasham
Rupiah Menguat, BI Nilai Masih Undervalue
Rupiah Menguat, BI Nilai Masih Undervalue


Jakarta, CNN Indonesia-- Kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus mengalami penguatan yang signifikan. Namun, Bank Indonesia menyatakan level saat ini masih menunjukkan bahwa nilai rupiah masih di bawah kewajarannya (undervalued).

Tercatat, pada penutupan sesi perdagangan Rabu (7/10) kemarin, rupiah menguat hingga 2,95 persen ke posisi Rp13.821 per dolar AS. Namun Deputi Gubernur Senior Mirza Adityaswara menyebut kondisi rupiah tersebut masih di bawah nilai fundamental rupiah yang sebenarnya.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara saat memberikan keterangan terkait penetapan BI rate, seusai Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) cakupan triwulan I-2015. Jakarta, Selasa, 19 Mei 2015. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

"Karena tetap saja walaupun sudah menguat dari Rp 14.700 ke Rp 13.800 itu kan masih undervalue yang masih cukup dalam juga. Jadi kami masih melihat kalau bisa untuk menguat lebih jauh itu kan akan lebih baik," ujar Mirza di gedung DPR, Jakarta, Rabu (7/10) malam.

Mirza mengatakan dengan data ekonomi yang ada saat ini, seharusnya rupiah bisa menguat lebih tajam. Ia melihat masih ada kemungkinan rupiah menguat hingga akhir Oktober atau sebelum bank sentral AS The Fed mengambil keputusan terkait kenaikan suku bunga acuannya.

"Ya kalau perbaikan ekonomi kita membaik, tingkat inflasinya membaik, defisit kita membaik, ya angka fundamentalnya rupiah itu bisa terus membaik," ujarnya.

Mirza juga menanggapi tergerusnya cadangan devisa selama bulan September. Turunnya cadangan devisa menurutnya adalah suatu hal yang wajar bagi sebuah negara yang tengah berjuang menstabilkan mata uangnya.

Pada September lalu, menurut Mirza ekspektasi para pelaku pasar cukup banyak. Namun salah satu yang kuat adalah tentang kenaikan suku bunga acuan AS, sehingga pembelian dolar cukup besar di bulan September.

Namun, lanjut Mirza, pembelian dolar AS di bulan September itu juga membesar pada akhir kuartal II, yang disebabkan pemerintah dan swasta harus membayar utang valas.

"Jadi memang BI harus masuk untuk stabilisasi karena tugasnya BI ya stabilisasi. September juga BI masuk stabilisasi pasar SBN. Cadev kalo turun jumlah yang cukup besar ya dipakai stabilisasi demi stabilitas negeri ini lah, katanya.

Ke depannya, Mirza mengatakan, BI masih terus mewaspadai dua sumber ketidakpastian, yakni data ekonomi AS yang bisa memicu kenaikan suku bunga Fed Rate serta kondisi perekonomian China. Perlambatan ekonomi China yang berlanjut diprediksi akan semakin menggerus permintaan ekspor.

"Tapi kan kalau dari sisi domestik sebenarnya membaik. Inflasinya sudah dengan angka deflasi di bulan September. Lalu untuk inflasi kita akhir tahun itu ya cuma 4 persen lebih dikit aja," jelasnya.

Sumber

=============================================================

Seperti yang ane bilang pada 2 thread ane yang lain:

Rupiah Menguat Berkat The Fed, Pemerintah Jangan Senang Dulu
Pagi Ini, Rupiah Melemah ke Level Rp 13.850

Rupiah menguat hanya sampai sebleum The Fed menaikkan suku bunga-nya pada akhir Oktober 2015

Setelah itu, Rupiah...wassalam.. hancur lebur berantakan.. Jokowi lengser. Jokowi jadi tukang gergaji meja lagi

Dollar US akan menguat 10% hingga nilai tukar rupiah terhadap dolar menjadi 15.000/USD pada akhir bulan Oktober 2015.

Penguatan rupiah beberapa hari ini hanya dalam hitungan hari saja..

Pada tanggal 27-28 Oktober 2015, The Fed akan menaikkan suku bunga. Pada saat itulah Rupiah akan nyungsep ambles ke gorong-gorong..

Jadi secepatnya beli dolar, karena sebentar lagi rupiah akan nyungsep terjun bebas pada akhir bulan Oktober 2015
0
2.7K
28
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan