Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

yokonoAvatar border
TS
yokono
Pagi Ini, Rupiah Melesat 2,23% ke Posisi 13.577 Per Dolar AS
Pagi Ini, Rupiah Melesat 2,23% ke Posisi 13.577 Per Dolar AS

Jumat, 09 Oktober 2015 | 08:19

Pagi Ini, Rupiah Melesat 2,23% ke Posisi 13.577 Per Dolar AS

Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat mengalami penguatan signifikan, Jumat (9/10) pagi.

Rupiah tercatat berada di posisi 13.577 per dolar AS, naik 309,8 atau 2,23 persen pukul 08.15 WIB.

Sebelumnya, rupiah dibuka di level 13.595 dengan pergerakan di rentang 13.577 - 13.774.

Adapun kurs tengah Bank Indonesia berada di posisi 13.809 pada Kamis (8/10).

http://m.beritasatu.com/ekonomi/313114-pagi-ini-rupiah-melesat-223-ke-posisi-13577-per-dolar-as.html

Jumat varokah....

IHSG dan Rupiah Menguat, Ini Pemicunya
Jumat, 09 Oktober 2015

Pagi Ini, Rupiah Melesat 2,23% ke Posisi 13.577 Per Dolar AS

Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam beberapa hari terakhir hanya bersifat sementara. Analis First Asia Capital David Sutyanto mengatakan, pelaku pasar harus tetap mencermati perkembangan eksternal dan internal mengingat kondisi bursa saham Indonesia masih volatil (fluktuasi).

“Memang ini ada perlawanan karena pelaku pasar domestik mengapresiasi lesunya data tenaga kerja Amerika Serikat (AS). Mereka tidak sekuat yang dibayangkan,” ujar dia kepada Investor Daily di Jakarta, Kamis (8/10).

David mengatakan, final penetapan arah suku bunga acuan Amerika Serikat (fed funds rate/FFR) masih menjadi bom waktu. Hingga akhir tahun IHSG dipoyeksikan berada di level 4.500 – 4.700. Sedangkan level support berada di 4.000. “Untuk tembus 5.000 saja masih berat. Kinerja emiten masih melambat sampai Oktober ini tidak terlalu bagus. Laba per saham turun, IHSG pun jadi masih tertekan,” tukas dia.

Sementara, nilai tukar rupiah hingga akhir tahun diprediksi berada di level Rp 13.200. Adapun, nilai wajar rupiah yakni Rp 13.000
David mengatakan, naiknya IHSG beberapa hari ini sebenarnya didorong rilis paket kebijakan ekonomi jilid III. Pelaku pasar menilai, paket ekonomi tersebut jauh lebih riil dibandingkan paket ekonomi sebelumnya. “Cukup baik respon terhadap paket ekonomi terbaru, jadi kita bisa melawan sentimen negattif global,” ujar dia.

Sementara itu, Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang mengatakan, penguatan IHSG maupun nilai tukar rupiah masih berlangsung sementara. Penguatan hanya didorong oleh aksi ambil untung investor pascaberedar spekulasi penundaan kenaikan Fed rate hingga awal 2016.

IHSG menurut perkiraan Edwin dalam kondisi normal mampu berada di level 4.005 hingga akhir tahun. Adapun, estimasi optimistis IHSG menurut dia paling tinggi bertengger di level 4.540. “Ini berdasarkan perhitungan rata-rata laba emiten sepanjang tahun ini terkontraksi turun 4,5 persen,” papar dia.

Edwin menambahkan, rupiah masih berpeluang melemah. Hal tersebut disebabkan oleh tiga faktor. Pertama, penundaan kenaikan Fed rate oleh The Fed. Kedua, perhitungan Moody's Investors Service yang memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2016 akan sama dengan tahun ini sebesar 4,7 persen. “Artinya, ada potensi tidak ada pertumbuhan tahun depan karena cenderung konstan. Ini berpengaruh langsung bagi emiten dalam menghasilkan keuntungan,” jelas dia.

Selain itu, IMF juga melansir peningkatan risiko investasi di negara berkembang terutama Indonesia dan Malaysia. Faktor terakhir, ialah waktu pembayaran cicilan pokok utang di akhir tahun.

Berdasarkan tiga faktor tersebut, Edwin menilai rupiah bakal berpeluang melemah hingga 14.500 hingga akhir tahun ini. Secara kumulatif, pelemahan rupiah serta tekanan yang masih mendera IHSG menyebabkan aliran dana asing diprediksi masih terus mengalir keluar Indonesia.

Kepala Riset NH Korindo Securities Reza Priyambada mengatakan, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah bertenor 10 tahun naik tipis 0,08 basis poin menjadi 8,79 persen. Adapun, secara year to date (ytd) naik 93,6 bps.

Sementara itu, jika dibandingkan dengan bulan lalu (month to date/mtd) yield obligasi pemerintah bertenor satu tahun tercatat turun 28,3 bps menjadi 8,8 persen. Hal tersebut disebabkan oleh penguatan nilai tukar rupiah. “Belakangan ini rupiah naik signifikan, sehingga bisa mengimbangi kenaikan yield di awal bulan,” ujar dia.

http://m.beritasatu.com/pasar-modal/313071-ihsg-dan-rupiah-menguat-ini-pemicunya.html
Diubah oleh yokono 09-10-2015 01:38
0
3K
42
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan