- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Film-film Studio Ghibli yang sangat menyentuh hati


TS
sukamto77
Film-film Studio Ghibli yang sangat menyentuh hati


Studio Ghibli (Kabushiki-gaisha Sutajio Jiburi) adalah sebuah studio film animasi yang berada di Koganei, Tokyo, Jepang. Mungkin banyak sebagian dari kalian yang menyukai film-film garapan Hayao Miyazaki, penulis dan sutradara Studio Ghibli ini.
Dibawah ini film keluaran studio ghibli yang menurut TS sangat luar biasa
Quote:
GRAVE OF FIRELFLIES(1990)

Judul film: Grave of the fireflies/ Hotaru no haka (kuburan kunang-kunang)
Pemain : Seita, Setsuko, dan beberapa pemain figuran lain
Sutradara : Isao Takahata
Genre : Drama animasi
Rilis : 16 April 1990
Produksi : Ghibli Studio
Durasi : 88 menit

Film ini bercerita tentang dua orang kakak beradik yang hidup pada masa menjelang akhir Perang Dunia II di kota Kobe, Jepang yang menjadi tempat tinggal bagi sang kakak Seita yang masih duduk dibangku SMP dan adiknya Setsuko yang masih berusia 4 tahun. Perang membuat mereka harus kehilangan ibu yang sangat mereka sayangi. Sang ibu tewas akibat terkena bom b-29 yang dijatuhkan oleh armada perang Amerika Serikat. Mereka kemudian menumpang tinggal dirumah bibi mereka, namun lama-kelamaan sifat sang bibi menjadi keras dan egois. Seita dan Setsuko pun akhirnya memutuskan untuk pindah dan pergi dari sana. Mereka menemukan sebuah tempat perlindungan mirip gua di tepi danau, dan merekapun akhirnya menetap disana. Namun mereka harus tinggal di lingkungan yang kotor dan tidak steril.


Ketika malam Seita dan Setsuko menerangi gua dengan kunang-kunang, namun selalu mati keesokan paginya. Semakin lama mereka menetap di gua, mereka kehabisan uang dan makanan. Bertambah pulalah kuburan kunang-kunang Setsuko. Tak ada lagi yang bisa dimakan hingga suatu saat Setsuko terkena diare, semakin hari tubuhnya semakin lemah. Demi menyelamatkan sang adik Seita mencoba untuk menghalalkan segala cara meskipun dengan mencuri. Sayangnya nyawa Setsuko tidak bisa tertolong lagi. Akhirnya kuburan Setsuko ditempatkan diantara kuburan kunang-kunang peliharaannya.

Film ini sangat berkesan dan menyayat hatiserta mampu menyampaikan pesan-pesan tentang dampak negatif yang ditimbulkan oleh perang, dimana perang lebih banyak meninggalkan kesedihan dibanding kebahagiaanbagi orang-orang yang terlibat didalamnya. Banyak sekali hikmah yang dapat diambil dalam film ini.
Walaupun menampilkan animasi-animasi yang indah dan penuh warna, namun jika dilihat dari ceritanya Grave of the Fireflies menampilkan kisah yang terbilang sedih dan berpotensi untuk menguras emosi penontonnya. Film ini memberikan gambaran realitis tentang apa yang terjadi saat itu. Sebuah gambaran pedih yang jauh dari kisah-kisah bahagia yang sering ditampilkan di animasi-animasi kebanyakan. Grave of the Fireflies dapat membuka mata hati kita dan dapat dijadikan sebagai pengingat dalam hidup kita. Maka tidak terlalu berlebihan rasanya jika Roger Ebert (salah satu kritikus film) menganggapnya sebagai salah satu film anti perang terbesar dan paling kuat yang pernah dibuat.
Quote:
THE WIND RISES(2013)

Tidak pernah saya duga sebelumnya kalau karya terakhir Hayao Miyazaki ini bakal menjadi karya yang paling sentimental dan paling ‘dewasa’ dari film-film Studio Ghibli yang pernah saya tonton. Sebagai pentolan film animasi Jepang, Studio Ghibli selalu memproduksi film-film animasi yang sarat dengan imajinasi dan fantasi yang luar biasa menakjubkan serta kedalaman cerita yang tidak kalah dengan karakterisasi setiap tokohnya. Dengan The Wind Rises, saya secara tak langsung menjadi saksi bahwa inilah pembuktian Hayao Miyazaki bahwa ia bisa membuat sebuah animasi yang tetap mempertahankan kualitas dan penceritaan diluar elemen fantasi yang selalu menjadi ciri khasnya. Dan kalau boleh dibilang, saya hampir menangis menonton The Wind Rises ini, bukan karena saya lebay, tapi entah kenapa sisi romantisme film ini lebih menohok dari film The Notebook sekalipun.

The Wind Rises menceritakan impian seorang bocah muda bernama Jirô Horikoshi yang senang sekali dengan yang namanya pesawat terbang. Bercita-cita menjadi seorang insinyur yang handal mendesain pesawat terbang yang cantik adalah tujuan hidup Jirô Horikoshi. Lewat mimpi-mimpinya bertemu dengan Caproni—desainer pesawat terbang dari Italia, Jirô Horikoshi tumbuh besar menjadi insinyur terkemuka di perusahaan Mitsubishi. Kala itu, Perang Dunia II sedang terjadi, dan Jirô Horikoshi harus membuat pesawat tempur yang memang jauh dari impiannya untuk membuat sebuah pesawat terbang cantik yang bisa ditumpangi banyak orang. Di tengah karir yang sedang di puncak-puncaknya, Jirô Horikoshi jatuh cinta dengan Nahoko Satomi yang ternyata diketahui setelahnya, Nahoko sendiri sedang mengidap penyakit akut. So the journey begin.

Lewat Jirô Horikoshi, saya sebagai penonton disuguhi sebuah perjalanan hidup seorang ‘pemimpi’ yang luar biasa indah, Hayao Miyazaki menjabarkan dengan detail perjalanan hidup Jirô Horikoshi lewat serangkaian event-event historis di Jepang, seperti gempa besar Jepang yang dikenal dengan The Great Kanto Earthquake yang meluluhlantahkan Jepang pada tahun 1923 hingga krisis ekonomi yang berkepanjangan sampai takdir yang mempertemukan Jirô Horikoshi dengan Nahoko Satomi muda.

Film berdurasi dua jam lebih ini secara tidak langsung menjadi film biografi dari Jirô Horikoshi itu sendiri yang memang tokoh nyata, tapi lewat The Wind Rises, mungkin ada beberapa background Jirô Horikoshi.

Bukan hanya gaya animasi ala Studio Ghibli yang sederhana saja, tapi alur ceritanya yang bisa dibilang kompleks dan berlapis-lapis, dari mulai muatan sosial, politik hingga romantisme semua membaur menjadi satu dan tetap bisa membuat penonton menikmati jalan ceritanya perlahan-lahan walau akhirnya ditutup dengan ending yang lumayan ‘heartbreaking’ bagi saya pribadi, dimana karir dan cinta adalah pertaruhan bagi seorang Jirô Horikoshi. Maka tidak heran banyak beberapa partisipan ‘garis keras’ Hayao Miyazaki yang kurang puas dengan karya terakhirnya ini karena terlalu serius dan terlalu drama, tapi itu bukan masalah sama sekali bagi saya, karena mungkin inilah yang namanya proses pendewasaan yang khusus ditujukan untuk para penggemar karya-karya Studio Ghibli yang sama-sama bertambah usia juga setiap tahunnya.
Quote:
ONLY YESTERDAY(1991)

Only Yesterdey diangkat dari manga berjudul Omohide Poro Poro dan diangkat ke dalam animasi oleh Studio Gibhli dan rilis pada 20 Juli 1991.
Film ini menceritakan 2 fase kehidupan seorang Taeko, saat masih kecil dan Taeko besar. Taeko besar yang masih lajang di usia 27 tahun itu bekerja di Tokyo tahun 1982. Saat liburan kantor dia memutuskan untuk berlibur ke desa tempat keluarga dari saudara iparnya, menikmati kehidupan di desa. Keputusan yang dirasa aneh bagi sebagian orang yang liburan adalah masa berleha-leha bukan justru bercocok taman. Selama masa liburan ini Taeko terbawa kenangan masa kecilnya di tahun 1966. Alur maju dan mundur bercampur dalam film, penonton diajak ikut bernostalgia pada masa lalu Takeo. Yang lucu dan membuat tersipu-sipu adalah saat Taeko kecil ditaksir oleh seseorang dan komunikasi terjadi antara mereka. Taeko besar jadi senyum-senyum sendiri mengingat masa itu.

Yang menarik dan membuat saya memutuskan merekomendasikan film ini adalah bahan obrolan antara Taeko dengan seorang pria dari keluarga iparnya itu -lupa namanya-. Mereka berbincang tentang desa, desa yang masih asri itu banyak ditinggalkan anak-anak muda yang tak ingin lagi bertani dan berkebun. Mereka lebih menyukai kehidupan menyukai kehidupan modern di kota. Jadilah desa banyak dihuni oleh orang-orang tua yang tetap giat dan senang bekerja keras. Keras dalam arti giat dan keras dalam arti jenis pekerjaan. Pria itu menceritakan bagaimana pada masa lalu desa itu dibangun, pohon-pohon besar ditanam dan membentuk pola tertentu bukan tanpa maksud atau asal-asalan saja. Semua mempertimbangkan sifat alam, pohon-pohon itu melindungi desa dari tanah longsor juga menjaga persediaan air tanah. Yah memang begitulah seharusnya pembangunan itu. Bukan alam yang menyesuaikan ego manusia, tapi manusialah yang harus mengikuti aturan alam. Toh semuanya akan kembali pada keseimbangan kehidupan manusia itu sendiri.

Diucapkan pula oleh pria itu, manusia sekarang bekerja untuk menghasilkan uang. Seolah tanpa uang mereka tidak dapat hidup, seolah ialah satu-satunya yang mampu membuat manusia bertahan hidup. Padahal jika kita flashback sejenak, orang-orang dulu kan tidak mengenal uang. Tempat tinggal dan bahan makanan semua disediakan oleh alam, manusia hanya perlu tetap menjaganya. Manusia bisa hidup tanpa uang, tapi mereka tidak bisa hidup jika tidak didukung oleh alam.

Saya jadi ingat saat setiap kali mengunjungi daerah Lembang, penduduk menjadi kaya dan tak segan membagi-bagikan kekayaannya saat panen tiba. Jarang tiap berkunjung kesana saya pulang dengan tangan kosong, ada saja oleh-oleh yang diberikan.

Film ini bagus, khas Studio Ghibli. Nikmati saja setiap momennya, akhir ceritanya bagus dan menggemaskan. Lebih jelasnya silakan ditonton sendiri saja ya. Hehe
Spoiler for 3.OCEAN WAVES(1993):

Sinopsis:Tokoh utamanya adalah Taku Morisaki, seorang mahasiswa yang akan menghadiri reuni SMA di kampung halamannya di prefektur Kochi. Sebelum berangkat, ia melihat sosok perempuan yang sekilas tampak tidak asing baginya. Dalam penerbangan ke kampung halamannya, Taku mengingat kembali kenangan yang ia alami semasa SMA. Dari sinilah cerita kemudian bergerak mundur ke dua tahun sebelumnya, saat Taku pertama kali bertatap muka dengan seorang perempuan yang tidak akan pernah ia lupakan. Namanya Rikako Muto, seorang siswi pindahan dari Tokyo.
Sumber
http://www.nausicaa.net/wiki/Only_Yesterday
http://saviramouri.blogspot.co.id/2014/03/resensi-singkat-film-grave-of-fireflies.html?m=1
foto dari berbagai sumber
Diubah oleh sukamto77 07-01-2016 09:32
0
8.9K
Kutip
54
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan