- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Kontroversi BBM, Beda Pendapat Jokowi, Agus Marto dan Dirut Pertamina


TS
namima
Kontroversi BBM, Beda Pendapat Jokowi, Agus Marto dan Dirut Pertamina
Quote:

JAKARTA - Harga BBM menjadi hal yang paling krusial bagi setiap negara. Jika mengalami kenaikan sedikit, imbasnya akan merembet dengan cepat kepada harga-harga di pasaran. Lalu bagaimana jika harganya mengalami penurunan? Tentunya diharapkan juga bisa terkendali.
Situasi inilah yang diharapakan oleh Presiden Jokowi. Jokowi meminta PT Pertamina (Persero) menghitung ulang harga BBM, khususnya jenis Premium agar dapat diturunkan dari harga Rp7.600 per liter. Nantinya, penurunan harga BBM ini direncanakan masuk ke dalam paket kebijakan ekonomi tahap III yang saat ini masih digodok.
Namun keinginan Jokowi itu perlu dipertimbangkan masak-masak. Pasalnya ada sejumlah perhitungan yang perlu dilakukan dengan cermat. Jika tidak justru akan menjadi boomerang. Bahkan Gubernur Bank Indonesia (BI) sempat mengeluarkan saran tajam, agar penurunan harga BBM dilakukan secara transparan dan bukan karena popularitas.
Berikut ini rangkuman situasi mengenai harga BBM selama sepekan kemarin.
Presiden Jokowi
Jokowi menyebut keputusan soal turun atau tidaknya harga BBM akan dilaporkan kepada dirinya hari Senin, 5 Oktober. Tim Kementerian ESDM dan PT Pertamina (Persero) menghitung kembali permintaan Jokowi tersebut.
“Tolong dihitung lagi apakah masih mungkin Premium itu diturunkan, meskipun sedikit?” ujarnya di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Kamis 1 November lalu.
Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution
Di hari itu, Darmin Nasution juga angkat bicara. Dia mengatakan, dengan penurunan harga Premium yang cukup besar, akan membuat daya beli masyarakat kembali meningkat. Dengan demikian, maka akan mampu mengurangi kemiskinan.
Darmin menjelaskan, penurunan harga Premium memang menjadi pertimbangan utama pemerintah. Meski demikian, dia mengungkapkan ada kajian-kajian yang harus dilakukan seperti perkembangan harga jual minyak mentah, perkembangan kurs dan sebagainya.
"Ada beberapa faktor lain yang sebetulnya memang bisa memengaruhi. Misalnya, adanya upaya untuk menaikkan penggunaan crude kita di dalam negeri. Jadi itu tentu membuat kita tidak perlu impor lebih banyak," ujarnya di Kantor Kepresidenan, Jakarta.
Namun selang satu hari kemudian, Darmin memprediksi penurunan harga premium tidak akan signifikan. "Kita tetap memperhitungkan di Pertaminanya gimana. Masa di sananya defisit. Kemudian dibayar lagi donk nanti. Kita pasti cari titik tengah. Mungkin enggak bisa besar juga (perubahan harganya)," ujarnya di kantor Kemenko Perekonomian Jakarta.

Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto
Direktur Utama (Dirut) Pertamina Dwi Soetjipto mengaku belum dapat menurunkan harga BBM jenis Premium di bawah Rp7.000 per liter. Pasalnya, saat ini harga Premium masih berada di bawah harga keekonomian. Dwi menyatakan, pihaknya masih akan mengkaji lebih dalam jenis BBM yang akan mengalami penurunan harga.
"Belum. Ini kan kita sampaikan bahwa premium sendiri itu kan yang kita jual kemarin pada level yang di bawah tingkat ekonomi. Nanti akan kita lihat mana saja yang akan kita turunkan," kata dia saat ditemui di kantor Kementerian Koordinator (Kemenko) bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (2/10/2015).
Menurut Dwi, lain halnya dengan BBM jenis solar. Apalagi solar banyak digunakan oleh pelaku industri. "Mungkin solar yang memiliki opportunity ini yang bisa lebih kita tekan," jelas dia.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta kepada PT Pertamina (Persero) untuk menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium. Bahkan penurunan harga BBM, bakal dimasukkan dalam paket kebijakan ekonomi jilid III Jokowi.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo
Di sisi lain Agus Marto melontarkan pernyataan pedas. Bahkan Agus meminta Jokowi untuk kembali mengevaluasi wacana penurunan harga BBM dan ditentukan secara transparan.
"Kalau misalkan ada penyesuaian harga BBM yang kami recommend adalah basis perhitungannya harus transparan. Karena ini bagian dari pendidikan kepada masyarakat tetapi juga kredibilitas," papar Agus di Kompleks BI, Jakarta, Jumat (2/10/2015).
Agus menilai penghitungan yang transparan membuat masyarakat mengetahui penyesuaian harga BBM mencerminkan kondisi perekonomian. "Maksud saya jangan untuk popularitas. Tetapi harus betul-betul untuk accountability dan juga mencerminkan kondisi yang sebenarnya," kata dia.
Directur Executive Energy Watch Mamit Setiawan
Dia mengatakan apa yang ditetapkan pemerintah dalam menetapkan harga BBM masih belum transparan. Padahal, jika dihitung cost plus alfa kedua harga premium dan solar mestinya bisa turun.
Dia berpendapat harga Solar bisa turun Rp1.000 per liter dari harga sebelumnya. "Artinya harga solar mestinya Rp5.900 bukan Rp6.900 per liter. Ini kan masih sangat jauh, masih belum transparan perhitungannya," sambung dia, dalam diskusi Membedah Harga Gas Untuk Industri, Jumat 2 November.
Menurutnya, masyarakat harus segera diberikan pendidikan untuk bisa melakukan perhitungan sendiri. Dengan terdidik, masyarakat akan mampu menilai apa yang telah dilakukan pemerintah sudah tepat atau tidak dalam menentukan harga BBM. "Jadi harus transparan dan memberikan apa yang sesuai pada masyarakat," tuturnya.
Menteri ESDM Sudirman Said
Menurut Sudirman, Presiden sedang terus mencari berbagai solusi bagaimana cara menggairahkan perekonomian yang sedang melambat. Oleh karena itu, dia meminta semua menteri memikirkan stimulus ekonomi sesuai dengan bidang masing-masing.
"Kemeterian ESDM baru diminta mengkaji kemungkinan perubahan harga BBM. Tidak ada sama sekali perintah menurunkan harga," kata dia dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Sabtu 3 November.
http://economy.okezone.com/read/2015...irut-pertamina
barani kagak lo nurunin harga bensin jok..



tien212700 memberi reputasi
1
1.3K
Kutip
10
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan