- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
[CERPEN] Berkomitmen Bersama


TS
ichsantrueblue
[CERPEN] Berkomitmen Bersama
Minta pendapatnya gan, gimana nihh hasil cerpen buatan temen saya ?? 
Suasana saat ini semakin rumit. Perasaan Nayla yang semakin tidak menentu, menjadikan ia bingung memilih langkahnya. Ia menyukai seorang laki-laki yang menurutnya bisa membimbing langkahnya. Sekarang ia duduk di kelas 2 di SMA Bina Luhur, dan ia termasuk murid yang dinilai baik dan pintar oleh guru-gurunya. Laki-laki yang ia sukai bernama Andre, laki-laki yang cukup tampan dan hamper menjadi idola dari setiap kelas di sekolah.
Pada pagi hari, ia pun datang dengan langkah yang tergesa-gesa karena melihat jam yang menunjukan pukul 07.00 WIB, waktu masuk sekolah. Sebelum masuk, ia pun melewati gerbang dan ternyata terlihat sosok laki-laki itu yang sedang sibuk mengawasi siswa-siswi dalam berpakaian. Dalam hatinya ia berkata “itu dia… andai saja aku bisa berbicara dengannya,” sambil senyum ia melanjutkan langkahnya menuju kelas.
Sesampainya ia di kelas, teman-temannya pun menanyakan penyebab mengapa ia terlihat senang sekali. Datanglah Nina, Aliya dan Putri menghampirinya.
“Hai Nay… Sepertinya kamu senang sekali, ada apa ?” Tanya Aliya sambil menarik tangan Nayla.
“Aku hanya sedang senang saja hari ini, entah kenapa” sambil menahan senyum malu.
“Ayo cerita pada kami, kami ingin tahu. Ayo…” teriak Nina dan Putri sambil merayu Nayla.
“Jadi seperti ini, tadi aku bertemu ia sedang mengawasi siswa-siswi dalam berpakaian. Lalu aku sempat melihatnya dan begitu juga pun ia, aku senang.” Sambil senyum.
“Wah! Akhirnya kamu mempunyai kesempatan bertemu dengannya. Lalu apa langkah kamu selanjutnya agar ia tahu kamu suka dengannya ?” Aliya menambahkan percakapan itu dengan serius.
“Entah lah, aku belum siap berkata jujur seperti itu kepadanya. Aku takut untuk memulainya.” Nayla pun menjawab dengan nada yang sendu.
Bel pun berbunyi, tanda pelajaran dimulai. Nayla pun memulai pelajarannya dengan lancer dan menyenangkan. Disatu sisi ia memikirkan pertanyaan yang dilontarkan oleh sahabatnya, Aliya. Aliya, Nina dan Putri adalah sahabat karib Nayla di kelas. Nayla bimbang dengan apa yang ia rasakan. “Apa yang harus aku lakukan ?” teriak Nayla dalam batinnya.
Tak terasa bel pulang pun berbunyi. Ini adalah hari yang ditunggunya, ia akan bertemu sosok laki-laki itu lagi dalam suatu organisasi yaitu ekstrakulikuler Band. Ia pun langsung datang lebih awal di depan ruang Band dan ternyata benar, Andre telah ada di ruangan itu. Andre pun menyuruh Nayla agar masuk kedalam ruang Band tersebut. Andre yang berperilaku kaku itu pun, akhirnya hanya diam saja. Tak lama, banyak anggota ekstrakulikuler Band itu memasuki ruangan. Selama dua jam tak terasa, akhirnya jam pun menunjukkan pukul 17.00 WIB dan itu waktunya pulang.
Sepanjang jalan ia pun memikirkan kejadian hari ini. Ia tak menyangka bahwa hari ini telah banyak berinteraksi dengan Andre. “Apa arti dari semua ini ? Apa yang sebenarnya aku rasa ?” Ia merintih dalam hatinya. Ia tidak tahu harus pada siapa ia menceritakan ini semua.
Dan akhirnya, pagi ini di sekolah ia mulai bercerita pada salah satu temannya yang dekat dengan Andre dan bahkan entah mengapa ada saja yang tahu bahwa ia sedang menyukai sosok laki-laki itu. Bahkan hamper satu kelasnya tahu. “Mengapa ini terjadi ? Satu kelasku mengetahui bahwa aku suka dengannya ?” Yang menjadi pertanyaan ia sampai sekarang ialah mengapa bisa teman-teman satu kelasnya mengetahui itu.
Kini tiba pelajaran yang ia tidak suka yaitu Sosiologi. Ia pasti tidak akan pernah focus dengan pelajaran ini, hal ini disebabkan karena guru yang mengajar ialah guru yang membosankan apalagi ditambah dengan masalah yang ia pikirkan tadi. Nia adalah temannya yang juga menjadi teman Andre, berniat untuk membantu menjadi penghubung antara mereka berdua dan hal ini pun akhirnya disetujui Nayla.
Hari-hari dilewatinya dengan harap dan cemas. “Dapatkah Nia mendekatiku dengannya ? Yasudah ini hanya harapan semata, bagaimana mungkin laki-laki sepertinya ingin kenal dengan perempuan sepertiku ?” keluh batinnya. Ia makin penasaran dengan sosok laki-laki itu, meskipun ia mendengar laki-laki itu sedang menyukai teman sekelasnya, hal itu bukan penghalang menurutnya. Banyak tekanan dimana-mana, terutama dari teman sekelas yang berbicara tidak enak didengar kepadanya.
“Nay, bagaimana kamu bisa menyukai laki-laki seperti Andre ? Bahkan sampai mengejarnya. Kamu itu bisa dapat yang lebih baik darinya. Aku piker, kamu pun tak perlu sampai mengaguminya.” Tanya Opi, teman sekelas Nayla yang menjadi rekan Osis Andre. “Entah mengapa, sampai sekarang pun aku tidak tahu alasanku menyukainya. Aku punya pandangan sendiri untuk menilainya. Lagipula aku tidak mengejar cintanya, hanya ingin dekat dan tahu seperti apakah ia.” Jawabnya dengan tenang. “Iya aku paham, tetapi aku masih penasaran saja mengapa itu terjadi. Kamu yang sangat aktif, ceria dan bahkan pintar bersosialisasi, berbanding terbalik dengan sifatnya yang pasif, kalau senyum hanya seperlunya saja dan bersosialisasi pun kalau ada perlunya saja. Aku bingung denganmu.” Sambung Opi. “Biar Allah yang mengatur.” Jawab Nayla singkat sambil senyum dan meninggalkan Opi.
Ia menyusuri lorong sekolahnya dan berhenti karena melihat seorang guru dan ia menyalami guru tersebut. Langkahnya pun dilanjutkan kembali dan ia berbisik dalam hatinya. “Tak terasa telah dua bulan aku menyukai sosok sepertinya, tetapi apa dayaku ? Taka da perkembangan sampai saat ini.” Lagi-lagi keluh dalam batinnya. Dari belakangnya Nia mengagetkan ia yang sedang melamun.
“Hai Nay… Kamu sedang apa ? Oh iya, aku punya kabar untukmu.” Dengan nada gembira.
“Hai Nia… Aku sedang berjalan saja, kabar apa Nia ?” dengan ekspresi yang terlihat masih kaget.
“Jadi begini, aku sudah bicara padanya kalau kamu menyukainya dan dia tidak percaya” menjelaskan.
“Bagaimana kamu bisa sejujur itu padanya ? Aku takut dia tidak terima dengan pernyataanmu dan bahkan nanti menjauhiku.” Jawabnya sambil menahan tangis.
“Iya aku jujur padanya. Lagipula ia bukan orang yang seperti kamu piker. Bahkan ia ingin mengenal siapa dirimu. Kamu tahu tidak ? Beberapa hari kedepan ada Pentas Seni di sekolah ini ? Dan biasanya anak ekstrakulikuler Band itu ikut partisipasi. Itu kesempatan kamu dekat dengannya.” Sambil memotivasi Nayla.
“Iya aku tahu. Namun, bagaimana bisa ? Aku tidak mungkin mengajukan diri menjadi bagian suara di Band, pasti ada Rere perempuan yang disukai Andre yang akan mengisi bagian suara di Band.” Jawabnya pesimis.
“Namun, bukannya suara Rere tidak sebagus suaramu ya ? Coba ikut audisinya saja, kata Andre ia membuka audisi pencarian bagian-bagian Band.” Menyemangatinya.
“Ya sudah nanti kucoba, tetapi aku tidak yakin.” Jawab pesimis sambil memalingkan wajah.
Bel pulang pun berbunyi, dengan langkah yang tergesa-gesa ia pun menuju ruang Band untuk mengikuti audisi. Ia bimbang akan menyanyikan lagu apa ? Akhirnya nama ia pun terpanggil dan dengan spontan menyanyikan lagu Aku Mau – Ari Lasso. Setelah semua selesai, inilah saat yang ditunggu-tunggu dan ternyata nama ialah yang lolos audisi. Perasaan yang sangat gembira itupun membuatnya masih tidak menyangka jika ia lolos audisi.
Kemudia tidak terasa, ruangan Band pun terlihat sepi dan ia pun siap-siap untuk pulang. Tak lama kakinya melangkah, terdengar suara yang memanggilnya dan itu adalah Andre.
“Hai, kamu Nayla yang tadi lulus audisi ya ? Selamat ya, nanti kita mulai latihannya setiap pulang sekolah. Oh iya, perkenalkan aku Andre, nanti aku yang menjadi pemain gitarnya. Suaramu bagus, aku harap kita dapat bekerjasama ya ?” semangat.
“Hai, iya aku Nayla. Iya lulus audisi tadi, terima kasih ucapannya. Iya-iya nanti kita latihan setiap pulang sekolah, dan semoga kita dapat bekerja sama. Aku pulang ya, sudah ditunggu ayah, Assalamualaikum.” Jawabnya gugup.
“Iya hati-hati dijalan, Waalaikumsalam.” Jawabnya singkat.
Disepanjang jalan Nayla memikirkan hal itu. “Akhirnya aku dapat berbicara dengannya!” teriak senang dalam hatinya.
Esoknya di sekolah ia pun bercerita kepada ketiga sahabatnya dan Nia bahwa selama perjalanan menyukai sosok laki-laki itu, inilah kemajuan yang sangat pesat. Ekspresi mereka pun bahagia dan semakin semangat mendukungnya.
Saat yang ditunggu akhirnya datang, hari-hari ia dan Andre selalu berlatih bersama dan bahkan tidak pernah terlepaskan satu sama lain. Banyak pendapat yang terdengar dari teman sekelasnya dan sekelas Andre bahwa mereka pacaran. Hal itu jelas-jelas ditolak oleh mereka.
Dan puncak acaranya pun terlaksana, ekstrakulikuler Band pun menampilkan penamppilan terbaiknya. Acara Pentas Seni itu pun berlangsung meriah karena itu bertepatan dengan Sabtu malam. Seusai acara tersebut, kami pun rapi-rapi untuk pulang. Sebelum itu, Andre pun menghampirinya dan membuat janji untuk bertemu dengan ia esok hari di taman kota. Ia pun menyetujui hal tersebut dan berpamitan pulang terlebih dulu kepada Andre. “Apa yang ingin ia bicarakan ?” Tanya batinnya.
Keesokan harinya, ia pun datang ketaman kita yang disepakati mereka. Disana telah duduk seorang laki-laki yang memakai celana jeans kaos dan jaket telah menunggu kehadirannya. Ia pun menghampiri laki-laki itu.
“Hay Ndre, maaf aku telat. Kamu sudah lama menunggu ?” tanyanya panik.
“Hay Nay, iya tidak apa-apa. Tidak, aku baru datang. Sini duduk.” Jawabnya tenang.
Suasana yang hening dan ia yang memilih duduk berjauhan dengan Andre dan hanya dibatasi tas kecil yang dibawanya. Dan ia pun memulai percakapan tersebut.
“Sebenarnya ada apa ? Apa yang mau kamu bicarakan ?” Tanya penasarannya.
“Aku mau pengakuan dari dirimu. Aku telat tahu semua tentangmu dari teman-temanmu, bahkan aku sering melihat perkembangan yang ada di dalam dirimu dalam mdia social milikmu.” Serius.
“Iya, aku menyukaimu sejak awal aku masuk ekskul Band. Aku penasaran dengan dirimu. Dan semua yang diceritakan tengang aku dari Nia itu benar. Dan sudah lama aku memendam rasa ini karena aku takut kamu tidak bisa menerimanya apalagi saat ini kamu sedang menyukai Rere yang jauh lebih baik dariku. Apa lagi yang perlu aku beritahu ?” jawab sambil menundukan kepala.
“Cukup pengakuan itu. Aku hanya ingin meluruskan. Sekarang telah banyak yang tahu kedekatan kita, yang perlu kamu ketahui aku mau fokus belajar dan tidak mau pacaran. Bagaimana menurutmu ? Aku mulai menyukaimu saat kita selalu berdekatan saat latihan Band kemarin. Dan aku ingin berkomitmen denganmu.” Ungkap Andre dengan serius.
“Menurutku kita tidak perlu pacaran, untuk kenal dan dekat denganmu itu sudah membuatku senang. Tapi bagaimana menghadapi persepsi teman-teman ?” jawab dia dengan senyum cemas.
“Aku busa menyebutnya Kita itu teman, tetapi lebih dari teman. Tidak pacaran, tetapi saling dekat. Berkomitmen untuk saling menjaga hati. Bagaimana ? Kita hadapi bersama pertanyaan teman-teman dengan kalimat itu.” Menjawab dengan senyum. Ia pun hanya mengangguk dan tersenyum mendengar pernyataan tersebut.
Setelah pernyataan itu, mereka pun menjalani kehidupannya yang lebih ceria. Ia membawa pengaruh positif dan begitu juga Andre. Dan mereka percaya, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini dan semuanya memang butuh proses untuk menjalani.

Spoiler for Berkomitmen Bersama:
Berkomitmet Bersama
Suasana saat ini semakin rumit. Perasaan Nayla yang semakin tidak menentu, menjadikan ia bingung memilih langkahnya. Ia menyukai seorang laki-laki yang menurutnya bisa membimbing langkahnya. Sekarang ia duduk di kelas 2 di SMA Bina Luhur, dan ia termasuk murid yang dinilai baik dan pintar oleh guru-gurunya. Laki-laki yang ia sukai bernama Andre, laki-laki yang cukup tampan dan hamper menjadi idola dari setiap kelas di sekolah.
Pada pagi hari, ia pun datang dengan langkah yang tergesa-gesa karena melihat jam yang menunjukan pukul 07.00 WIB, waktu masuk sekolah. Sebelum masuk, ia pun melewati gerbang dan ternyata terlihat sosok laki-laki itu yang sedang sibuk mengawasi siswa-siswi dalam berpakaian. Dalam hatinya ia berkata “itu dia… andai saja aku bisa berbicara dengannya,” sambil senyum ia melanjutkan langkahnya menuju kelas.
Sesampainya ia di kelas, teman-temannya pun menanyakan penyebab mengapa ia terlihat senang sekali. Datanglah Nina, Aliya dan Putri menghampirinya.
“Hai Nay… Sepertinya kamu senang sekali, ada apa ?” Tanya Aliya sambil menarik tangan Nayla.
“Aku hanya sedang senang saja hari ini, entah kenapa” sambil menahan senyum malu.
“Ayo cerita pada kami, kami ingin tahu. Ayo…” teriak Nina dan Putri sambil merayu Nayla.
“Jadi seperti ini, tadi aku bertemu ia sedang mengawasi siswa-siswi dalam berpakaian. Lalu aku sempat melihatnya dan begitu juga pun ia, aku senang.” Sambil senyum.
“Wah! Akhirnya kamu mempunyai kesempatan bertemu dengannya. Lalu apa langkah kamu selanjutnya agar ia tahu kamu suka dengannya ?” Aliya menambahkan percakapan itu dengan serius.
“Entah lah, aku belum siap berkata jujur seperti itu kepadanya. Aku takut untuk memulainya.” Nayla pun menjawab dengan nada yang sendu.
Bel pun berbunyi, tanda pelajaran dimulai. Nayla pun memulai pelajarannya dengan lancer dan menyenangkan. Disatu sisi ia memikirkan pertanyaan yang dilontarkan oleh sahabatnya, Aliya. Aliya, Nina dan Putri adalah sahabat karib Nayla di kelas. Nayla bimbang dengan apa yang ia rasakan. “Apa yang harus aku lakukan ?” teriak Nayla dalam batinnya.
Tak terasa bel pulang pun berbunyi. Ini adalah hari yang ditunggunya, ia akan bertemu sosok laki-laki itu lagi dalam suatu organisasi yaitu ekstrakulikuler Band. Ia pun langsung datang lebih awal di depan ruang Band dan ternyata benar, Andre telah ada di ruangan itu. Andre pun menyuruh Nayla agar masuk kedalam ruang Band tersebut. Andre yang berperilaku kaku itu pun, akhirnya hanya diam saja. Tak lama, banyak anggota ekstrakulikuler Band itu memasuki ruangan. Selama dua jam tak terasa, akhirnya jam pun menunjukkan pukul 17.00 WIB dan itu waktunya pulang.
Sepanjang jalan ia pun memikirkan kejadian hari ini. Ia tak menyangka bahwa hari ini telah banyak berinteraksi dengan Andre. “Apa arti dari semua ini ? Apa yang sebenarnya aku rasa ?” Ia merintih dalam hatinya. Ia tidak tahu harus pada siapa ia menceritakan ini semua.
Dan akhirnya, pagi ini di sekolah ia mulai bercerita pada salah satu temannya yang dekat dengan Andre dan bahkan entah mengapa ada saja yang tahu bahwa ia sedang menyukai sosok laki-laki itu. Bahkan hamper satu kelasnya tahu. “Mengapa ini terjadi ? Satu kelasku mengetahui bahwa aku suka dengannya ?” Yang menjadi pertanyaan ia sampai sekarang ialah mengapa bisa teman-teman satu kelasnya mengetahui itu.
Kini tiba pelajaran yang ia tidak suka yaitu Sosiologi. Ia pasti tidak akan pernah focus dengan pelajaran ini, hal ini disebabkan karena guru yang mengajar ialah guru yang membosankan apalagi ditambah dengan masalah yang ia pikirkan tadi. Nia adalah temannya yang juga menjadi teman Andre, berniat untuk membantu menjadi penghubung antara mereka berdua dan hal ini pun akhirnya disetujui Nayla.
Hari-hari dilewatinya dengan harap dan cemas. “Dapatkah Nia mendekatiku dengannya ? Yasudah ini hanya harapan semata, bagaimana mungkin laki-laki sepertinya ingin kenal dengan perempuan sepertiku ?” keluh batinnya. Ia makin penasaran dengan sosok laki-laki itu, meskipun ia mendengar laki-laki itu sedang menyukai teman sekelasnya, hal itu bukan penghalang menurutnya. Banyak tekanan dimana-mana, terutama dari teman sekelas yang berbicara tidak enak didengar kepadanya.
“Nay, bagaimana kamu bisa menyukai laki-laki seperti Andre ? Bahkan sampai mengejarnya. Kamu itu bisa dapat yang lebih baik darinya. Aku piker, kamu pun tak perlu sampai mengaguminya.” Tanya Opi, teman sekelas Nayla yang menjadi rekan Osis Andre. “Entah mengapa, sampai sekarang pun aku tidak tahu alasanku menyukainya. Aku punya pandangan sendiri untuk menilainya. Lagipula aku tidak mengejar cintanya, hanya ingin dekat dan tahu seperti apakah ia.” Jawabnya dengan tenang. “Iya aku paham, tetapi aku masih penasaran saja mengapa itu terjadi. Kamu yang sangat aktif, ceria dan bahkan pintar bersosialisasi, berbanding terbalik dengan sifatnya yang pasif, kalau senyum hanya seperlunya saja dan bersosialisasi pun kalau ada perlunya saja. Aku bingung denganmu.” Sambung Opi. “Biar Allah yang mengatur.” Jawab Nayla singkat sambil senyum dan meninggalkan Opi.
Ia menyusuri lorong sekolahnya dan berhenti karena melihat seorang guru dan ia menyalami guru tersebut. Langkahnya pun dilanjutkan kembali dan ia berbisik dalam hatinya. “Tak terasa telah dua bulan aku menyukai sosok sepertinya, tetapi apa dayaku ? Taka da perkembangan sampai saat ini.” Lagi-lagi keluh dalam batinnya. Dari belakangnya Nia mengagetkan ia yang sedang melamun.
“Hai Nay… Kamu sedang apa ? Oh iya, aku punya kabar untukmu.” Dengan nada gembira.
“Hai Nia… Aku sedang berjalan saja, kabar apa Nia ?” dengan ekspresi yang terlihat masih kaget.
“Jadi begini, aku sudah bicara padanya kalau kamu menyukainya dan dia tidak percaya” menjelaskan.
“Bagaimana kamu bisa sejujur itu padanya ? Aku takut dia tidak terima dengan pernyataanmu dan bahkan nanti menjauhiku.” Jawabnya sambil menahan tangis.
“Iya aku jujur padanya. Lagipula ia bukan orang yang seperti kamu piker. Bahkan ia ingin mengenal siapa dirimu. Kamu tahu tidak ? Beberapa hari kedepan ada Pentas Seni di sekolah ini ? Dan biasanya anak ekstrakulikuler Band itu ikut partisipasi. Itu kesempatan kamu dekat dengannya.” Sambil memotivasi Nayla.
“Iya aku tahu. Namun, bagaimana bisa ? Aku tidak mungkin mengajukan diri menjadi bagian suara di Band, pasti ada Rere perempuan yang disukai Andre yang akan mengisi bagian suara di Band.” Jawabnya pesimis.
“Namun, bukannya suara Rere tidak sebagus suaramu ya ? Coba ikut audisinya saja, kata Andre ia membuka audisi pencarian bagian-bagian Band.” Menyemangatinya.
“Ya sudah nanti kucoba, tetapi aku tidak yakin.” Jawab pesimis sambil memalingkan wajah.
Bel pulang pun berbunyi, dengan langkah yang tergesa-gesa ia pun menuju ruang Band untuk mengikuti audisi. Ia bimbang akan menyanyikan lagu apa ? Akhirnya nama ia pun terpanggil dan dengan spontan menyanyikan lagu Aku Mau – Ari Lasso. Setelah semua selesai, inilah saat yang ditunggu-tunggu dan ternyata nama ialah yang lolos audisi. Perasaan yang sangat gembira itupun membuatnya masih tidak menyangka jika ia lolos audisi.
Kemudia tidak terasa, ruangan Band pun terlihat sepi dan ia pun siap-siap untuk pulang. Tak lama kakinya melangkah, terdengar suara yang memanggilnya dan itu adalah Andre.
“Hai, kamu Nayla yang tadi lulus audisi ya ? Selamat ya, nanti kita mulai latihannya setiap pulang sekolah. Oh iya, perkenalkan aku Andre, nanti aku yang menjadi pemain gitarnya. Suaramu bagus, aku harap kita dapat bekerjasama ya ?” semangat.
“Hai, iya aku Nayla. Iya lulus audisi tadi, terima kasih ucapannya. Iya-iya nanti kita latihan setiap pulang sekolah, dan semoga kita dapat bekerja sama. Aku pulang ya, sudah ditunggu ayah, Assalamualaikum.” Jawabnya gugup.
“Iya hati-hati dijalan, Waalaikumsalam.” Jawabnya singkat.
Disepanjang jalan Nayla memikirkan hal itu. “Akhirnya aku dapat berbicara dengannya!” teriak senang dalam hatinya.
Esoknya di sekolah ia pun bercerita kepada ketiga sahabatnya dan Nia bahwa selama perjalanan menyukai sosok laki-laki itu, inilah kemajuan yang sangat pesat. Ekspresi mereka pun bahagia dan semakin semangat mendukungnya.
Saat yang ditunggu akhirnya datang, hari-hari ia dan Andre selalu berlatih bersama dan bahkan tidak pernah terlepaskan satu sama lain. Banyak pendapat yang terdengar dari teman sekelasnya dan sekelas Andre bahwa mereka pacaran. Hal itu jelas-jelas ditolak oleh mereka.
Dan puncak acaranya pun terlaksana, ekstrakulikuler Band pun menampilkan penamppilan terbaiknya. Acara Pentas Seni itu pun berlangsung meriah karena itu bertepatan dengan Sabtu malam. Seusai acara tersebut, kami pun rapi-rapi untuk pulang. Sebelum itu, Andre pun menghampirinya dan membuat janji untuk bertemu dengan ia esok hari di taman kota. Ia pun menyetujui hal tersebut dan berpamitan pulang terlebih dulu kepada Andre. “Apa yang ingin ia bicarakan ?” Tanya batinnya.
Keesokan harinya, ia pun datang ketaman kita yang disepakati mereka. Disana telah duduk seorang laki-laki yang memakai celana jeans kaos dan jaket telah menunggu kehadirannya. Ia pun menghampiri laki-laki itu.
“Hay Ndre, maaf aku telat. Kamu sudah lama menunggu ?” tanyanya panik.
“Hay Nay, iya tidak apa-apa. Tidak, aku baru datang. Sini duduk.” Jawabnya tenang.
Suasana yang hening dan ia yang memilih duduk berjauhan dengan Andre dan hanya dibatasi tas kecil yang dibawanya. Dan ia pun memulai percakapan tersebut.
“Sebenarnya ada apa ? Apa yang mau kamu bicarakan ?” Tanya penasarannya.
“Aku mau pengakuan dari dirimu. Aku telat tahu semua tentangmu dari teman-temanmu, bahkan aku sering melihat perkembangan yang ada di dalam dirimu dalam mdia social milikmu.” Serius.
“Iya, aku menyukaimu sejak awal aku masuk ekskul Band. Aku penasaran dengan dirimu. Dan semua yang diceritakan tengang aku dari Nia itu benar. Dan sudah lama aku memendam rasa ini karena aku takut kamu tidak bisa menerimanya apalagi saat ini kamu sedang menyukai Rere yang jauh lebih baik dariku. Apa lagi yang perlu aku beritahu ?” jawab sambil menundukan kepala.
“Cukup pengakuan itu. Aku hanya ingin meluruskan. Sekarang telah banyak yang tahu kedekatan kita, yang perlu kamu ketahui aku mau fokus belajar dan tidak mau pacaran. Bagaimana menurutmu ? Aku mulai menyukaimu saat kita selalu berdekatan saat latihan Band kemarin. Dan aku ingin berkomitmen denganmu.” Ungkap Andre dengan serius.
“Menurutku kita tidak perlu pacaran, untuk kenal dan dekat denganmu itu sudah membuatku senang. Tapi bagaimana menghadapi persepsi teman-teman ?” jawab dia dengan senyum cemas.
“Aku busa menyebutnya Kita itu teman, tetapi lebih dari teman. Tidak pacaran, tetapi saling dekat. Berkomitmen untuk saling menjaga hati. Bagaimana ? Kita hadapi bersama pertanyaan teman-teman dengan kalimat itu.” Menjawab dengan senyum. Ia pun hanya mengangguk dan tersenyum mendengar pernyataan tersebut.
Setelah pernyataan itu, mereka pun menjalani kehidupannya yang lebih ceria. Ia membawa pengaruh positif dan begitu juga Andre. Dan mereka percaya, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini dan semuanya memang butuh proses untuk menjalani.
Diubah oleh ichsantrueblue 05-10-2015 05:07


anasabila memberi reputasi
1
1.1K
Kutip
3
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan