RajaBolonAvatar border
TS
RajaBolon
Rupiah Digiring Persepsi Bukan Fundamental
Rupiah Digiring Persepsi Bukan Fundamental

Jakarta - Kondisi ekonomi Indonesia sekarang lebih banyak dipengaruhi oleh persepsi masyarakat ketimbang fundamentalnya. Alhasil rupiah semakin terdepresiasi (melemah) karena ekonomi Indonesia menjadi momok yang terlalu dikhawatirkan secara berlebih.

Masalah utama kita bukan fundamental, tapi lebih ke persepsi. Kita tidak kekurangan dolar, tapi eksportir tidak nyaman pegang rupiah,” kata CEO PT Maybank Kim Eng Securities Wilianto dalam media visit ke kantor Berita Satu Media Holdings di Berita Satu Plaza, Jakarta, Kamis (1/10).

Wilianto mengaku, secara fundamental kondisi ekonomi saat ini tidak mengkhawatirkan. Pasalnya, keluarnya dana asing (capital outflow) tidak separah tahun 2013 yang sempat hengkang hingga 50 persen. Tahun ini, dana yang keluar baru 30 persen saja. “Dari US$ 10 miliar dana yang masuk tahun 2010, sekarang baliknya ke US$ 7 miliar, belum ke US$ 5 miliar. Tidak separah tahun 2013," tukasnya.

Dilihat dari neraca perdagangan, juga sudah surplus. “Rupiah di harga segini, buat apa lagi beli dolar yang sudah terlalu mahal,” kata bos grup jasa keuangan terbesar di Malaysia itu.

Dia mengharapkan, pemerintah dapat memberikan rasa percaya bagi investor. Di sisi lain, investor asing saat ini masih bingung jika menarik dananya dari Indonesia. Sebab, Indonesia masih menjadi daya tarik investasi terbesar bagi asing. Jika keluar, pasti mereka akan balik lagi.

“Net buy memang belum dilihat agresif, asing sendiri ada dilema. Kalau tarik dana dari Indonesia lalu akan kemana, karena negara lain juga sama, bahkan bisa lebih buruk. Jadi ke depan, mereka bukan tanya apa yang rusak dari Indonesia, tapi kapan rupiah akan berhenti turun. Bagi asing rupiah penting, karena return (imbal hasil) mereka dihitung dalam dolar. Bagi mereka jika rupiah Rp 13.500 per dolar AS juga tidak masalah,” ucapnya.

Wilianto juga mengungkapkan, rupiah tidak selalu mempengaruhi kinerja perusahaan, khususnya usaha kecil menengah (UKM). "Memang utang pemerintah dalam dolar 30 persen dari gross domestic product (GDP), utang swastanya juga cukup tinggi, tapi UKM yang menjadi penopang ekonomi Indonesia tidak memakai dolar," kata dia.

Meyakini potensi Indonesia, Maybank menjadikan Indonesia sebagai home country bersama Singapura dan Malaysia. “Indonesia market penting bagi Maybank ke depan. "Kita optimistis 5-10 tahun lagi ekonomi Indonesia akan tumbuh pesat. Cuma dalam jangka pendek sampai 2017 akan ada volatility,” ucap Wilianto.

http://www.beritasatu.com/ekonomi/31...ndamental.html

Sudah kuduga, ternyata ini disebabkan persepsi negatif yang dihembus hembuskan pasukan sapi, kebo dan macan dongok emoticon-Belo
0
11K
136
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan