Penurunan anggaran untuk Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) sebesar Rp 5,6 triliun dalam pagu sementara Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun Anggaran 2016 akan berdampak luas.‎

Begitu dikatakan ‎Ketua Komisi X DPR RI, Teuku Riefky Harsya dalam keterangannya kepada redaksi, Senin (28/9).

‎Menurutnya, hal itu juga akan berdampak kepada pengurangan alokasi anggaran prioritas pendidikan nasional, seperti beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA), beasiswa Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Tertinggal dan Terluar (SM3T).

‎Dampak lainnya, Biaya Operasional kepada Perguruan Tinggi Negeri (BPOTN), beasiswa doses S2/S3, pendirian perguruan tinggi (PT) baru dan akademi komunitas juga akan berkurang.

‎Politikus Partai Demokrat ini tegaskan bahwa penurunan anggaran di Kemenristekdikti jelas membuktikan bahwa pemerintah tidak paham terhadap prioritas program pendidikan tinggi.

‎"Itu juga menunjukan program Nawacita yang dicanangkan Pemerintahan Jokowi-JK di bidang riset dan pendidikan tinggi ternyata hanya PHP alias pemberi harapan palsu," tegas dia.‎

Pria yang juga menjabat sebagai Wasekjen DPP Demokrat itu melanjutkan, penurunan anggaran itu diketahui saat Komisi X DPR menggelar rapat Rencana Kerja Anggaran Kementerian dan Lembaga (RKAKL) 2016.

‎Lebih jauh, Tengku menambahkan, pada 2015 pemerintah menyediakan beasiswa untuk 20.700 dosen, sedangkan di 2016 turun menjadi 7.500 dosen.

Beasiswa SM3T tahun 2015 diberikan kepada 10.400 sarjana, di 2016 ini juga turun hanya 7.000 sarjana saja. Beasiswa PPA paling drastis, dari 121.000 siswa (2015), tinggal 50.000 siswa (2016). [sam]‎

http://www.rmol.co/read/2015/09/28/2...arapan-Palsu!-