- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
[PAKET EKONOMI JILID II] IHSG naik 1,41% merespons paket ekonomi jilid II


TS
bonbenk
[PAKET EKONOMI JILID II] IHSG naik 1,41% merespons paket ekonomi jilid II
![[PAKET EKONOMI JILID II] IHSG naik 1,41% merespons paket ekonomi jilid II](https://dl.kaskus.id/photo.kontan.co.id/photo/2015/08/27/1438940471p.jpg)
KONTAN
Quote:
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat signifikan saat pemerintah mengumumkan paket ekonomi jilid II pada penutupan, Selasa (29/9). Data RTI menunjukkan indeks naik 1,41% atau 57,90 poin ke level 4.178,40.
Tercatat, 156 saham bergerak turun, 111 saham bergerak naik, dan 74 saham stagnan. Pada perdagangan hari ini melibatkan 7,7 miliar lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 5,45 triliun.
Secara indeks sektoral, delapan dari 10 indeks sektoral menghijau. Sektor barang konsumsi naik 4,89%, manufaktur naik 3,k05%, dan aneka industri naik 1,86%.
Sementara, dua indeks sektoral yang memerah antara lain industri dasar turun 0,51%, dan agrikultur turun 0,49%.
Meski naik, aksi jual asing masih mewarnai perdagangan. Aksi jual asing sekitar Rp 1,6 triliun dan aksi beli asing sekitar Rp 1,1 triliun. Sehingga sekitar Rp 500 miliar.
Asal tahu saja, pemerintah baru saja mengumumkan paket ekonomi Jilid II. Dan pasar pun sepertinya merespon positif. Padahal, IHSG sempat menyentuh level 4.000.
Seperti diketahui, bursa global tengah memerah dilanda aksi jual. Indeks MSCI Asia Pacific mundur 3,1% menjadi 120,94 pada 03:57 waktu Hong Kong, di jalur untuk 17 % kemerosotan kuartal ini.
"Perlambatan di China menyebar ke negara lain di Asia, Brasil dan Australia, dan perlambatan di negara-negara berkembang bisa bergema di seluruh ekonomi dunia secara keseluruhan. Kami masih belum tahu kapan ketakutan pasar terhadap perlambatan China akan berakhir, dan investor kini beralih ke uang tunai dan aset yang aman,” kata Toshihiko Matsuno, kepala strategi di SMBC Friend Securities Co di Tokyo.
Sementara itu, indeks Topix Jepang anjlok 4,4%. Indeks Hang Seng Hong Kong turun 2,9% ke level terendah sejak Juli 2013.
Indeks Shanghai Composite melemah 2%. Indeks S&P/ASX 200 Australia turun 3,8% dan indeks NZX 50 Selandia Baru turun 1,5%.
Editor: Yudho Winarto.
Tercatat, 156 saham bergerak turun, 111 saham bergerak naik, dan 74 saham stagnan. Pada perdagangan hari ini melibatkan 7,7 miliar lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 5,45 triliun.
Secara indeks sektoral, delapan dari 10 indeks sektoral menghijau. Sektor barang konsumsi naik 4,89%, manufaktur naik 3,k05%, dan aneka industri naik 1,86%.
Sementara, dua indeks sektoral yang memerah antara lain industri dasar turun 0,51%, dan agrikultur turun 0,49%.
Meski naik, aksi jual asing masih mewarnai perdagangan. Aksi jual asing sekitar Rp 1,6 triliun dan aksi beli asing sekitar Rp 1,1 triliun. Sehingga sekitar Rp 500 miliar.
Asal tahu saja, pemerintah baru saja mengumumkan paket ekonomi Jilid II. Dan pasar pun sepertinya merespon positif. Padahal, IHSG sempat menyentuh level 4.000.
Seperti diketahui, bursa global tengah memerah dilanda aksi jual. Indeks MSCI Asia Pacific mundur 3,1% menjadi 120,94 pada 03:57 waktu Hong Kong, di jalur untuk 17 % kemerosotan kuartal ini.
"Perlambatan di China menyebar ke negara lain di Asia, Brasil dan Australia, dan perlambatan di negara-negara berkembang bisa bergema di seluruh ekonomi dunia secara keseluruhan. Kami masih belum tahu kapan ketakutan pasar terhadap perlambatan China akan berakhir, dan investor kini beralih ke uang tunai dan aset yang aman,” kata Toshihiko Matsuno, kepala strategi di SMBC Friend Securities Co di Tokyo.
Sementara itu, indeks Topix Jepang anjlok 4,4%. Indeks Hang Seng Hong Kong turun 2,9% ke level terendah sejak Juli 2013.
Indeks Shanghai Composite melemah 2%. Indeks S&P/ASX 200 Australia turun 3,8% dan indeks NZX 50 Selandia Baru turun 1,5%.
Editor: Yudho Winarto.
DetikFinance
IHSG Lompat 1,4%, Satu-satunya yang Positif di Asia
Quote:
Jakarta -Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melompat hingga lebih dari satu persen dan jadi satu-satunya yang menguat di antara pasar saham Asia. Investor domestik paling banyak beli saham.
Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat di posisi Rp 14.460 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu di Rp 14.695 per dolar AS.
Mengawali perdagangan pagi tadi, jatuh 49,922 poin (1,21%) ke level 4.070,580 terseret sentimen negatif pasar saham global dan regional. Indeks pun kembali ke level 4.000-an.
Aksi jual sudah ramai sejak pembukaan perdagangan, menyeret IHSG jatuh ke zona merah. Saham-saham unggulan jadi sasaran aksi jual.
Pada penutupan perdagangan Sesi, IHSG melemah 32,403 poin (0,79%) ke level 4.088,099 akibat maraknya tekanan jual. Pelemahan IHSG ini kompakan dengan bursa-bursa Asia.
Posisi IHSG yang sudah jenuh jual dimanfaatkan investor domestik untuk berburu saham. Jelang penutupan perdagangan, IHSG langsung melesat tinggi.
Mengakhiri perdagangan, Selasa (29/9/2015), IHSG ditutup melonjak 57,906 poin (1,41%) ke level 4.178,408. Sementara Indeks LQ45 ditutup menanjak 16,403 poin (2,41%) ke level 696,706.
Investor asing masih terus melepas saham. Transaksi investor hingga sore hari ini tercatat melakukan penjualan bersih (foreign net sell) senilai Rp 522,836 miliar di seluruh pasar.
Perdagangan hari ini berjalan moderat dengan frekuensi transaksi sebanyak 256.634 kali dengan volume 7,705 miliar lembar saham senilai Rp 5,335 triliun. Sebanyak 111 saham naik, 156 turun, dan 74 saham stagnan.
Bursa-bursa regional hingga siang ini masih kompak melemah. Koreksinya malah semakin dalam, ada yang sampai lebih dari tiga persen.
Berikut situasi dan kondisi bursa regional sore hari ini:
Indeks Nikkei 225 menukik 714,27 poin (4,05%) ke level 16.930,84.
Indeks Hang Seng anjlok 629,72 poin (2,97%) ke level 20.556,60.
Indeks Komposit Shanghai jatuh 62,62 poin (2,02%) ke level 3.038,14.
Indeks Straits Times melemah 12,60 poin (0,45%) ke level 2.779,32.
Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers di antaranya adalah Gudang Garam (GGRM) naik Rp 2.250 ke Rp 42.750, Unilever (UNVR) naik Rp 1.900 ke Rp 38.000, Mitra Keluarga (MIKA) naik Rp 1.350 ke Rp 30.000, dan Indofood CBP (ICBP) naik Rp 1.050 ke Rp 12.300.
Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain HM Sampoerna (HMSP) turun Rp 750 ke Rp 75.650, Maskapai Reasuransi (MREI) turun Rp 500 ke Rp 5.500, Saratoga (SRTG) turun Rp 465 ke Rp 4.230, dan Indocement (INTP) turun Rp 325 ke Rp 16.300.
(ang/dnl)
Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat di posisi Rp 14.460 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu di Rp 14.695 per dolar AS.
Mengawali perdagangan pagi tadi, jatuh 49,922 poin (1,21%) ke level 4.070,580 terseret sentimen negatif pasar saham global dan regional. Indeks pun kembali ke level 4.000-an.
Aksi jual sudah ramai sejak pembukaan perdagangan, menyeret IHSG jatuh ke zona merah. Saham-saham unggulan jadi sasaran aksi jual.
Pada penutupan perdagangan Sesi, IHSG melemah 32,403 poin (0,79%) ke level 4.088,099 akibat maraknya tekanan jual. Pelemahan IHSG ini kompakan dengan bursa-bursa Asia.
Posisi IHSG yang sudah jenuh jual dimanfaatkan investor domestik untuk berburu saham. Jelang penutupan perdagangan, IHSG langsung melesat tinggi.
Mengakhiri perdagangan, Selasa (29/9/2015), IHSG ditutup melonjak 57,906 poin (1,41%) ke level 4.178,408. Sementara Indeks LQ45 ditutup menanjak 16,403 poin (2,41%) ke level 696,706.
Investor asing masih terus melepas saham. Transaksi investor hingga sore hari ini tercatat melakukan penjualan bersih (foreign net sell) senilai Rp 522,836 miliar di seluruh pasar.
Perdagangan hari ini berjalan moderat dengan frekuensi transaksi sebanyak 256.634 kali dengan volume 7,705 miliar lembar saham senilai Rp 5,335 triliun. Sebanyak 111 saham naik, 156 turun, dan 74 saham stagnan.
Bursa-bursa regional hingga siang ini masih kompak melemah. Koreksinya malah semakin dalam, ada yang sampai lebih dari tiga persen.
Berikut situasi dan kondisi bursa regional sore hari ini:
Indeks Nikkei 225 menukik 714,27 poin (4,05%) ke level 16.930,84.
Indeks Hang Seng anjlok 629,72 poin (2,97%) ke level 20.556,60.
Indeks Komposit Shanghai jatuh 62,62 poin (2,02%) ke level 3.038,14.
Indeks Straits Times melemah 12,60 poin (0,45%) ke level 2.779,32.
Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers di antaranya adalah Gudang Garam (GGRM) naik Rp 2.250 ke Rp 42.750, Unilever (UNVR) naik Rp 1.900 ke Rp 38.000, Mitra Keluarga (MIKA) naik Rp 1.350 ke Rp 30.000, dan Indofood CBP (ICBP) naik Rp 1.050 ke Rp 12.300.
Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain HM Sampoerna (HMSP) turun Rp 750 ke Rp 75.650, Maskapai Reasuransi (MREI) turun Rp 500 ke Rp 5.500, Saratoga (SRTG) turun Rp 465 ke Rp 4.230, dan Indocement (INTP) turun Rp 325 ke Rp 16.300.
(ang/dnl)
Well, ada juga yang naik...biarpun nggak meroket






gw harap sih baik penastak maupun penasbung juga sama2 merespon positif paket 2 ini,
toh tinggal di negara yang sama
Ada 4 gan pointnya :
1. membebaskan PPN untuk industri galangan kapal
2. ngurangin pajak deposito DHE
3. tax holiday hingga 20 tahun, prosesnya 45 hari
4. memangkas habis-habisan proses perizinan investasi di dalam kawasan industri
Apakah akan sukses dalam mengatasi pelemahan rupiah, menjaga daya beli masyarakat, dan menggairahkan dunia usaha??
ya liat aja nanti
silahkan komentarnya gan

tolong jangan marah2, dan pake bahasa kasar ya di tret gw ini

Komen kaskuser pilihan TS

Spoiler for komen:
Quote:
Original Posted By cobainmain►
efek jangka panjangnya bakal kerasa kok, memang secara luarnya kt bilang pajak kok turun? penghasilan dr pajak kok menurun?
tapi liat efek jangka panjangnya ke depan, dengan masuknya investasi asing dan tax coorperation yang murah:
1. bakal banyak perusahaan / usaha yang dibentuk, bisa dari dalam negeri maupun luar negeri.
2. bakal menyerap lebih banyak tenaga kerja atau dengan kata lain wajib pajak pun bertambah.
Keliatannya sih kaya memang defisitnya bertambah, makanya sekarang subsidi dikurangin juga, tujuannya buat "mengganjal" supaya defisit ga terlalu besar. Tapi setelah masuk investor dan bertambah wajib pajak, penerimaan dari sektor pajak dengan sendirinya juga bakal bertambah.
belum klo industrinya tambah maju, seiring dengan bertambahnya industri dan wajib pajak, daya beli masyarakat juga bakla naek, en akhirnya PPN en PBB en pajak2 lainnya juga bakal bertambah.
efek jangka panjangnya bakal kerasa kok, memang secara luarnya kt bilang pajak kok turun? penghasilan dr pajak kok menurun?
tapi liat efek jangka panjangnya ke depan, dengan masuknya investasi asing dan tax coorperation yang murah:
1. bakal banyak perusahaan / usaha yang dibentuk, bisa dari dalam negeri maupun luar negeri.
2. bakal menyerap lebih banyak tenaga kerja atau dengan kata lain wajib pajak pun bertambah.
Keliatannya sih kaya memang defisitnya bertambah, makanya sekarang subsidi dikurangin juga, tujuannya buat "mengganjal" supaya defisit ga terlalu besar. Tapi setelah masuk investor dan bertambah wajib pajak, penerimaan dari sektor pajak dengan sendirinya juga bakal bertambah.
belum klo industrinya tambah maju, seiring dengan bertambahnya industri dan wajib pajak, daya beli masyarakat juga bakla naek, en akhirnya PPN en PBB en pajak2 lainnya juga bakal bertambah.
Quote:
Original Posted By ademinkaskus►
Mau ga mau disaat ekonomi melemah gini jangan dulu ngejar pajak,udah pada bisa ngga PHK aja dah untung itu perusahaan
Tar kalo dah stabil naikin sedikit demi sedikit aja
Soal pajak2 ini keknya jokowi baca artikel Dahlan iskan kemaren2
,sama persis usul2nya DI 
Mau ga mau disaat ekonomi melemah gini jangan dulu ngejar pajak,udah pada bisa ngga PHK aja dah untung itu perusahaan
Tar kalo dah stabil naikin sedikit demi sedikit aja
Soal pajak2 ini keknya jokowi baca artikel Dahlan iskan kemaren2


Quote:
Original Posted By baraku►
itu teorinya braay, tapi prakteknya tetep aja fulus, fulus dan fulus, ada fulus urusan mulus dari yang biasanya bulan jadi minggu, dari yang biasanya minggu bisa jadi hari
itu teorinya braay, tapi prakteknya tetep aja fulus, fulus dan fulus, ada fulus urusan mulus dari yang biasanya bulan jadi minggu, dari yang biasanya minggu bisa jadi hari
Quote:
Original Posted By lulusanlesotho►Mudah mudahan berdambak positif
amin
satu lagi yang terpenting
kurangi kisruh politik or any sort of action leading to that
amin
satu lagi yang terpenting
kurangi kisruh politik or any sort of action leading to that
Quote:
Original Posted By kodok.jigong►Yang paling penting itu setelahnya jeblok lagi apa ngga.
Kalo jeblok jgn nyalahin eksternal aja.
Kalo jeblok nyalahin eksternal kalo lagi bagus bilangnya efek kebijakan.
Momod nastak peka banget kalo yg bagus2in joko tuh trid the lounge yg jadi HT.
Pret lah
Kalo jeblok jgn nyalahin eksternal aja.
Kalo jeblok nyalahin eksternal kalo lagi bagus bilangnya efek kebijakan.
Momod nastak peka banget kalo yg bagus2in joko tuh trid the lounge yg jadi HT.
Pret lah
Quote:
Original Posted By kabei►Pajak dipangkas, artinya penerimaan pajak semakin ga tercapai.
Pilihannya memangkas belanja atau nambah utang
Pilihannya memangkas belanja atau nambah utang

Quote:
Original Posted By fathkids►
Biasanya klo kaum troler datang ya otomatis keluar penghuni bonbinnya
Btw paket kebijakan ini lebih pada penguatan visi negara industri yg udah lama dijalankan, sehingga iklim investasi yg kondusif diharapkan mampu menahan migrasi investor ke negara lain, hanya saja pemangkasan birokrasi ijin hanya berdampak pada calon investor, sedang yg sudah jalan usahanya masih banyak hambatan usaha yg dihadapi, diantaranya tumpang tindih aturan dan belum adanya kepastian hukum yg membuat pelaku usaha sering berhadapan dg masalah yg seharusnya tdk ada, contoh konkrit ketenagakerjaan.
Selain itu fokus industri kita juga belum mantap, masih terlalu banyak industri setengah jadi yg mengekplorasi SDA tetapi tidak banyak nilai tambah yg dihasilkan, ketegasan soal smelter saja masih banyak dipertanyakan, sehingga pelaku usaha juga ragu bila membuka industri substitusi bila kelonggaran ini tetap terjadi.
Khusus industri padat modal ane rasa masih sulit berkembang dimari karena rezim politik masih belum memberi greenlight mengingat kebutuhan lapangan kerja yg masih tinggi, sehingga klo mo kejar korea agak susah.
Stimulan penting yg dilupakan utk mengurangi dampak penurunan mata uang tentu koreksi harga bbm, proyek2 padat karya, dan percepatan serapan APBN yg sepertinya masih jalan ditempat.
Ane cuma berharap kegaduhan cepat berlalu dan semua fokus ke tupoksi masing2, dan yg terbaik utk Indonesia
Biasanya klo kaum troler datang ya otomatis keluar penghuni bonbinnya

Btw paket kebijakan ini lebih pada penguatan visi negara industri yg udah lama dijalankan, sehingga iklim investasi yg kondusif diharapkan mampu menahan migrasi investor ke negara lain, hanya saja pemangkasan birokrasi ijin hanya berdampak pada calon investor, sedang yg sudah jalan usahanya masih banyak hambatan usaha yg dihadapi, diantaranya tumpang tindih aturan dan belum adanya kepastian hukum yg membuat pelaku usaha sering berhadapan dg masalah yg seharusnya tdk ada, contoh konkrit ketenagakerjaan.
Selain itu fokus industri kita juga belum mantap, masih terlalu banyak industri setengah jadi yg mengekplorasi SDA tetapi tidak banyak nilai tambah yg dihasilkan, ketegasan soal smelter saja masih banyak dipertanyakan, sehingga pelaku usaha juga ragu bila membuka industri substitusi bila kelonggaran ini tetap terjadi.
Khusus industri padat modal ane rasa masih sulit berkembang dimari karena rezim politik masih belum memberi greenlight mengingat kebutuhan lapangan kerja yg masih tinggi, sehingga klo mo kejar korea agak susah.
Stimulan penting yg dilupakan utk mengurangi dampak penurunan mata uang tentu koreksi harga bbm, proyek2 padat karya, dan percepatan serapan APBN yg sepertinya masih jalan ditempat.
Ane cuma berharap kegaduhan cepat berlalu dan semua fokus ke tupoksi masing2, dan yg terbaik utk Indonesia

Quote:
Original Posted By fathkids►
Soal bbm bukan disubsidi lagi, tapi hitungannya dibenerin jangan sampai persepsi masyarakat negara menangguk untung akibat turunnya harga minyak dunia, apalagi sempat ada blunder pernyataan klo keuntungan saat ini utk menutup kerugian masa lalu, nah komoditi ini kan menyangkut hajat hidup orang banyak jadi mesti hati2 mengelolanya, jangan disamakan seperti komoditi biasa sehingga ketika ada margin untung dibuat opportunity apalagi saat gaduh seperti sekarang, perhitungan harga yg bener, transparan dan menguntungkan rakyat akan menambah optimisme pelaku ekonomi
Stabilitas harga kebutuhan pokok ane rasa udah diupayakan, hanya saja sering terkendala logistik yg blm memadai, peran aparat hukum dibawah belum seperti yg diharapkan, gebrakan masih top not down, yg enih ga tau kapan bisa dibenahi
Perputaran uang dilevel bawah perlu ditingkatkan ditengah rumah tangga mengetatkan anggaran belanjanya, padat karya melalui dana desa klo segera direalisasi cukup signifikan membantu perputaran ditingkat bawah
Soal bbm bukan disubsidi lagi, tapi hitungannya dibenerin jangan sampai persepsi masyarakat negara menangguk untung akibat turunnya harga minyak dunia, apalagi sempat ada blunder pernyataan klo keuntungan saat ini utk menutup kerugian masa lalu, nah komoditi ini kan menyangkut hajat hidup orang banyak jadi mesti hati2 mengelolanya, jangan disamakan seperti komoditi biasa sehingga ketika ada margin untung dibuat opportunity apalagi saat gaduh seperti sekarang, perhitungan harga yg bener, transparan dan menguntungkan rakyat akan menambah optimisme pelaku ekonomi

Stabilitas harga kebutuhan pokok ane rasa udah diupayakan, hanya saja sering terkendala logistik yg blm memadai, peran aparat hukum dibawah belum seperti yg diharapkan, gebrakan masih top not down, yg enih ga tau kapan bisa dibenahi

Perputaran uang dilevel bawah perlu ditingkatkan ditengah rumah tangga mengetatkan anggaran belanjanya, padat karya melalui dana desa klo segera direalisasi cukup signifikan membantu perputaran ditingkat bawah

Quote:
Original Posted By Terazana►
Lanjut lagi ya..pada prinsipnya gue juga ga setuju ada subsidi, tapi sayangnya kita bisa lihat sendiri habis dicabut subsidi BBM daya beli masyarakat langsung KO. Ini juga gue rasakan sendiri sebagai pelaku UKMikro-Menengah. Imbas dari kurangnya daya beli ini sudah jelas akan membuat semakin lumpuh dunia usaha walaupun mainannya domestik sekalipun, ujung-ujungnya pertumbuhan ekonomi melambat.
Ada baiknya subsidi tetap di lakukan, tapi bukan berupa komoditinya tapi orangnya. Jadi dipilah mana yang berhak dan mana yang tidak, tidak main pukul rata. Emang sich kesulitan pasti ada seperti siapa yg berhak menerima, berapa dan konten apa saja yg disubsidi, jadi grass root ga terlalu terpukul dan masih bisa memutar sisi konsumtifnya.
Kalau saya lihat kebijakan jilid II ini lebih menyentuh kepada sisi Industri atas saja bukan pada industri menengah kebawah yang notabene menjadi tulang punggung kenapa sampai saat ini kita bisa bertahan dari 1998-2015. Lihat saja berita-berita pabrik garmen, makanan, logistik tutup atau melakukan PHK. Nah industri-industri menengah-bawah ini yang harusnya buru-buru diperhatikan karena termasuk padat karya. Jangan sampai kita menjaring ikan yang besar tapi lupa budidaya anakan ikannya. Ketika habis ikan yang besar, tak ada pula bibit ikannya
Lanjut lagi ya..pada prinsipnya gue juga ga setuju ada subsidi, tapi sayangnya kita bisa lihat sendiri habis dicabut subsidi BBM daya beli masyarakat langsung KO. Ini juga gue rasakan sendiri sebagai pelaku UKMikro-Menengah. Imbas dari kurangnya daya beli ini sudah jelas akan membuat semakin lumpuh dunia usaha walaupun mainannya domestik sekalipun, ujung-ujungnya pertumbuhan ekonomi melambat.
Ada baiknya subsidi tetap di lakukan, tapi bukan berupa komoditinya tapi orangnya. Jadi dipilah mana yang berhak dan mana yang tidak, tidak main pukul rata. Emang sich kesulitan pasti ada seperti siapa yg berhak menerima, berapa dan konten apa saja yg disubsidi, jadi grass root ga terlalu terpukul dan masih bisa memutar sisi konsumtifnya.
Kalau saya lihat kebijakan jilid II ini lebih menyentuh kepada sisi Industri atas saja bukan pada industri menengah kebawah yang notabene menjadi tulang punggung kenapa sampai saat ini kita bisa bertahan dari 1998-2015. Lihat saja berita-berita pabrik garmen, makanan, logistik tutup atau melakukan PHK. Nah industri-industri menengah-bawah ini yang harusnya buru-buru diperhatikan karena termasuk padat karya. Jangan sampai kita menjaring ikan yang besar tapi lupa budidaya anakan ikannya. Ketika habis ikan yang besar, tak ada pula bibit ikannya

Diubah oleh bonbenk 30-09-2015 11:55
0
13K
Kutip
157
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan