http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/...alam-10-tahun/
Quote:
Jakarta, CNN Indonesia -- Sensus Rumah Tangga dan Perusahaan Pertanian Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah rumah tangga di Indonesia yang menjalani profesi sebagai petani turun 5 juta atau 16,32 persen menjadi 26,14 juta rumah tangga dibandingkan pada akhir 2003.
Sementara jumlah perusahaan pertanian justru meningkat 4,98 persen menjadi 4,21 juta perusahaan dari sebelumnya 4,01 juta perusahaan di 2003.
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS Adi Lumaksono menjelaskan penurunan terbesar terjadi pada petani gurem yang rata-rata memiliki areal pertanian kurang dari setengah hektar.
"Hasil panen para petani gurem tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup dan biaya produksi. Akhirnya banyak yang menjual sawah, kemudian beralih kerja ke sektor lain,” jelas Adi pada Seminar Nasional Ikatan Perstatistikan Indonesia di Jakarta, Jumat (18/9).
Adi menyebutkan rata-rata pendapatan rumah tangga petani sekitar Rp 12 juta atau sekitar Rp 1 juta per bulan. Pendapatan tersebut tidak mencukupi karena di bawah rata-rata upah minimum yang ideal.
Data sensus BPS mencatat rata-rata pendapatan rumah tangga petani sebesar Rp 26,56 juta per tahun, namun, hanya 47 persen atau sekitar Rp 12,41 juta yang berasal dari hasil bertani, selebihnya merupakan hasil dari berdagang.
"Pemerintah harus memperbaiki infrastruktur dasar seperti irigasi dan akses jalan sehingga dapat meningkatkan produktivitas pertanian. Masyarakat juga harus dirangsang lagi untuk kembali bertani dengan memberikan kepastian akan harga jual, pasokan bibit dan pupuk, dan dibukakan pasar," tegasnya.
Sebelumnya Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin meminta presiden terpilih Joko Widodo untuk dapat menindak tegas perusahaan pengembang properti yang membeli lahan subur pertanian untuk dijadikan lahan tinggal atau perumahan.
"Pembangunan perumahan jangan lagi menggunakan daerah lahan subur. Pemerintah baru harus membuat peraturan yang melarang lahan subur digunakan sebagai lahan perumahan. Berikan tindakan tegas bagi yang melanggar," kata Suryamin.
Hal tersebut menurutnya merupakan salah satu jalan keluar untuk dapat menekan konversi lahan pertanian yang dalam jangka panjang bisa mengurangi impor beras Indonesia.
Suryamin mencatat konversi lahan pertanian menjadi lahan tinggal atau perumahan terus meningkat setiap tahun dan ini berkorelasi dengan penurunan luas lahan panen sebesar 1,92 persen untuk komoditas padi menjadi 265.310 hektar pada 2013 dibanding tahun sebelumnya. Sementara produktivitas seluruh lahan tersebut hanya meningkat sebesar 0,06 persen menjadi 0,03 kuintal per hektar dibandingkan tahun 2012.
Sepanjang 2013, Indonesia mengimpor beras sebanyak 472.000 ton senilai US$ 246 juta. Vietnam menjadi pengimpor beras terbanyak ke Indonesia dengan jumlah 171.286 ton atau senilai US$ 97,3 juta atau sekitar 36,3 persen. Diikuti oleh Thailand sebanyak 194.633 ton, India sebanyak 107.538 ton, Pakistan sebanyak 75.813 ton, dan Myanmar dengan jumlah 18.450 ton. (gen/yns)
Kutipan miris:
Adi menyebutkan rata-rata pendapatan rumah tangga petani sekitar Rp 12 juta atau sekitar Rp 1 juta per bulan. Pendapatan tersebut tidak mencukupi karena di bawah rata-rata upah minimum yang ideal.
Katanya paket ekonomi Jokowi jilid 2 akan memberikan insentif yang mensejahterakan petani,
semoga saja terwujud .....