- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
[BISA2 NYEKER] Dampak Dollar, Perusahaan Alas Kaki PHK 30.000 Karyawan


TS
cingeling
[BISA2 NYEKER] Dampak Dollar, Perusahaan Alas Kaki PHK 30.000 Karyawan
Produsen alas kaki di Indonesia sedang terkena dampak perlambatan ekonomi. Kondisi ini ditambah turunnya permintaan dan naiknya biaya produksi karena bahan baku harus diimpor.
Akibatnya, produsen alas kaki Indonesia mulai menempuh langkah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) untuk mengurangi beban biaya tenaga kerja.
Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), Eddy Widjanarko mencatat sedikitnya 70 perusahaan alas kaki melakukan PHK karyawannya dari awal tahun 2015 sampai saat ini. PHK tercatat sudah mencapai 10% dari total tenaga kerja dari perusahaan di bawah Aprisindo.
"Sampai saat ini ada sekitar 30.000 orang yang di-PHK dari bulan Januari. PHK terpaksa dilakukan 70 perusahaan dari total 400an perusahaan," Kata Eddy kepada detikFinance, Senin (28/9/2015).
Penyebab utama perusahaan alas kaki terpaksa melakukan PHK karena beban biaya impor bahan baku yang makin mahal. Dolar yang menguat membuat biaya yang dikeluarkan semakin bertambah. Untuk itu, Aprisindo berharap ada penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar.
"Kenaikan kurs jual-beli kami harap bisa terjaga. Kami lagi menunggu efek paket kebijakan I. Semoga dalam 1-2 bulan kondisi nilai tukar rupiah bisa stabil di level yang masih aman bagi kami kisaran Rp 13.500-Rp 13.800. Ini pembuktian kekuatan pemerintah untuk mengintervensi pasar," terangnya.
Perusahaan yang masih bisa bertahan saat ini, ujar Eddy, merupakan produsen alas kaki yang memiliki orientasi pasar ekspor. Sedangkan, produsen alas kaki yang pangsa pasarnya ke dalam negeri yang paling terkena dampak negatif pelemahan mata uang karena transaksi memakai rupiah sedangkan biaya operasi menggunakan dolar.
"Kebutuhan bahan baku banyak yang masih impor, saat ini mahal, sementara produk yang orientasinya pasar lokal dijual dengan harga Rupiah," imbuhnya.
Saat ini, pengusaha mengalami kesulitan untuk membeli bahan baku. Suplier tidak mau melayani pembelian dengan cara hutang.
"Semua maunya kontan. Sementara hitungan pengusaha nggak masuk kalau kontan," keluh Eddy.
Sudah jatuh tertimpa tangga. Sudah sulit beli bahan baku, jualan produknya pun susah. Daya beli masyarakat saat ini menurun.
"Januari-September daya beli ngga ada. Spending pemerintah kecil. Agustus-September yang katanya ekonomi meroket buktinya nggak ada," sebut Eddy.
http://finance.detik.com/read/2015/0...ejak-awal-2015
ANJOYYYY...ALAS KAKI GAK DI PRODUKSI, BISA2 KEMANA2 NYEKER
ANJOYYYY...MIRIS BENER PUNYA PEMIMPIN GAK BISA NANGANIN RUPIAH, MALAH KESANNNYA MEMBIARKAN
ANJOYYYY...MAKIN TUMBANG PABRIK, MAKIN BANYAK PENGANGGUR, MAKIN BANYAK KRIMINALITAS
ANJ (ING)OOYYYYYYY
0
2.4K
44


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan