- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Mochtar Riady Tawarkan Gagasan Urunan Investasi kepada Pengusaha Tionghoa


TS
zhouxian
Mochtar Riady Tawarkan Gagasan Urunan Investasi kepada Pengusaha Tionghoa
Mangupura - Chairman Lippo Group Mochtar Riady mengajak pengusaha Tionghoa untuk tidak ragu berinvestasi di Indonesia meski situasi ekonomi dunia saat ini tengah mengalami keterpurukan. Bila perlu, pengusaha Tionghoa melakukan kerja sama dengan mengumpulkan modal bersama dalam berinvestasi.
“Ini merupakan gagasan yang saya tawarkan kepada pengusaha Tionghoa kalau mereka ingin berinvestasi di Indonesia. Kalau mereka mau tentu sangat bagus karena investasi di Indonesia masih punya prospek bagus," ujar Mochtar saat tampil sebagai pembicara dalam Konferensi ke-13 Pengusaha Tionghoa Sedunia, di Nusa Dua, Mangupura, Badung, Bali, Sabtu (26/9).
Menurutnya, gagasan urunan investasi ditawarkan, selain untuk meningkatkan kerja sama di antara para pengusaha Tionghoa, juga untuk mengumpulkan modal lebih besar. Dengan modal dari urunan itu memudahkan pula dalam investasi. “Indonesia sekarang ini kan membutuhkan investasi yang besar untuk membangkitkan perekonomian,” katanya.
Dalam gagasan yang disampaikan secara singkat itu, Mochtar sempat menyampaikan soal properti yang mempunyai daya untuk menggerakkan ekonomi suatu bangsa. Ia mendeskripsikan, besarnya pengaruh sektor properti terhadap perekonomian negara adalah saat raksasa ekonomi dunia, Amerika Serikat, limbung pada 2008 karena sektor propertinya mengalami kesulitan.
Tak hanya memberi contoh negari Paman Sam, Mochtar pun mengambil satu nama negara besar lainnya yakni Tiongkok. Negara tersebut mengalami kesulitan serius saat sektor propertinya dalam kondisi over supply dan over capacity. Ledakan propertinya tak terbendung, yang didorong tingginya gross domestic product (GDP) dengan nilai US$ 10.000 per kapita.
Mochtar mengibaratkan konstelasi ekonomi dunia saat ini, yang diwarnai gonjang-ganjing nilai tukar mata uang, dalam frasa the world is flat. Seluruh negara saling ketergantungan satu sama lain, tidak bisa berdiri sendiri atau stand alone. Indonesia, kata Mochtar, jelas sangat terpengaruh kondisi Tiongkok.
“Apa yang saya sampaikan ini mudah-mudahan direspon oleh teman-teman pengusaha Tionghoa yang sekarang hadir di Bali ini,” kata Mochtar.
Hal yang disampaikan Mochtar tersebut mendapat respons positif dari pengusaha Tionghoa, seperti Ketua Perhimpunan Pengusaha Indonesia Tionghoa (Perpit) Kiki Barki.
Kiki mengundang investor keturunan Tiongkok di seluruh dunia berinvestasi di Indonesia, yang merupakan negara dengan potensi besar dalam jangka panjang.
"Untuk jangka panjang, Indonesia memiliki potensi besar. Ini peluang, saya sarankan kepada pengusaha Tionghoa, datanglah ke Indonesia," kata Kiki.
Saat ini, menurut dia, sedikitnya terdapat 3.000 pengusaha keturunan Tionghoa yang tersebar di seluruh dunia. Kiki, yang juga ketua Konferensi ke-13 Pengusaha Tionghoa Sedunia itu, memaparkan bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan besar memiliki sejumlah potensi yang masih perlu dimanfaatkan di sejumlah daerah, di antaranya pertambangan seperti batubara dan properti.
"Kalau tiga tahun lalu datang ke Indonesia dengan US$ 2, maka hari ini dengan US$ 1 sudah bisa. Investasi properti, tambang batubara dan tambang lainnya adalah harga yang paling rendah saat ini," ujarnya, seraya menambahkan hal itu merupakan momentum emas untuk berinvestasi di Indonesia.
Kiki menambahkan, potensi investasi di Tanah Air tidak hanya di kawasan Jakarta dan Bali, melainkan di daerah lain yang memiliki potensi besar seperti Sulawesi, Kalimantan, dan Sumatera.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Luhut Binsar Pandjaitan membuka konferensi tersebut mewakili Presiden Joko Widodo. Sebelum membuka acara, Luhut mempresentasikan peluang investasi di Indonesia dari berbagai sektor, di antaranya kelistrikan dan infrastruktur tol laut.
Acara konferensi juga dihadiri Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri, Ketua MPR Zulkifli Hasan, sejumlah menteri Kabinet Kerja, di antaranya Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi, serta Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komisaris Jenderal Pol Budi Waseso.
Suara Pembaruan
I Nyoman Mardika/LIS
Suara Pembaruan
http://www.beritasatu.com/ekonomi/31...-tionghoa.html
gagasan gan
0
919
4


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan