TS
fujianto2102
Kumpulan Kisah Inspiratif Pendek Yang Sangat Bagus
Quote:
Quote:
Semoga Tread Ini gak Repost
Quote:
Halo agan agan dan sist, , selamat pagi , siang dan malam, ini adalah pertama kalinya ane buat tread di kaskus , padahal daftar dan join mah udah sekitar 2 bulan yang lalu , dan pada kesempatan ini yang dimana ini adalah pertama kali nya ane buat tread dan masih nerves gan
Quote:
pada tread ini ane mau berbagi sharing kisah kisah inspiratif yang pendek tapi sangat menyentuh gan , yang ane dapetin dari salah satu akun facebook temen ane, nama nya Elisa Putri, cantik gan orang nya, jadi di status doi isi nya kisah inspiratif semua gan, ane juga gak tau si doi dapetin kisah kisah itu dari mana, saking cerita sangat menarik ane pun udah baca semua status nya yang penuh kisah inspiratif itu sampe akar akar nya
Agan Penasaran Gimana cerita cerita inspiratif nya , berikut ini ane kutip ditread ini
Spoiler for Rahasia Di Balik Seorang Ayah:
Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja di perantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya, pasti akan sering merasa kangen sekali dengan ibunya.
Lalu bagaimana dengan Ayah? Mungkin karena Ibu lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari, tapi tahukah Anda, jika ternyata Ayahlah yang mengingatkan Ibu untuk menelepon Anda?
Mungkin dulu sewaktu Anda kecil, Ibulah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau mendongeng. Tapi tahukah Anda, bahwa sepulang Ayah bekerja meski dengan wajah lelah Ayah selalu menanyakan pada Ibu tentang kabar Anda dan apa yang Anda lakukan seharian?
Pada saat Anda masih seorang anak perempuan kecil, Ayah biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda. Dan setelah Ayah menganggap Anda bisa, Ayah akan melepaskan roda bantu di sepeda. Tapi, Ibu mengatakan, “Jangan, Yah, jangan dilepas dulu roda bantunya.”
Ibu takut putri manisnya terjatuh lalu terluka. Tapi sadarkah Anda? Bahwa Ayah dengan yakin akan membiarkan Anda, menatap Anda, dan menjaga Anda mengayuh sepeda dengan saksama karena dia tahu putri kecilnya pasti bisa.
Pada saat Anda menangis merengek meminta boneka atau mainan baru, Ibu menatap dengan penuh iba. Tetapi Ayah dengan tegas mengatakan, “Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang.” Tahukah Anda, Ayah melakukan itu karena ia tidak ingin Anda menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu harus dipenuhi?
Lalu saat Anda sakit, Ayah yang terlalu khawatir, berbeda dengan Ibu yang memperhatikan dan menasihati dengan lembut. Ketahuilah, saat itu Ayah benar-benar mengkhawatirkan keadaan Anda.
Ketika Anda sudah beranjak remaja, Anda mulai menuntut pada Ayah untuk dapat izin keluar malam dan dengan tegas Ayah mengatakan, “Tidak boleh!”
Tahukah Anda, Ayah berbuat itu untuk menjaga Anda? Karena bagi Ayah, Anda adalah sangat luar biasa berharga. Setelah...
Lalu bagaimana dengan Ayah? Mungkin karena Ibu lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari, tapi tahukah Anda, jika ternyata Ayahlah yang mengingatkan Ibu untuk menelepon Anda?
Mungkin dulu sewaktu Anda kecil, Ibulah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau mendongeng. Tapi tahukah Anda, bahwa sepulang Ayah bekerja meski dengan wajah lelah Ayah selalu menanyakan pada Ibu tentang kabar Anda dan apa yang Anda lakukan seharian?
Pada saat Anda masih seorang anak perempuan kecil, Ayah biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda. Dan setelah Ayah menganggap Anda bisa, Ayah akan melepaskan roda bantu di sepeda. Tapi, Ibu mengatakan, “Jangan, Yah, jangan dilepas dulu roda bantunya.”
Ibu takut putri manisnya terjatuh lalu terluka. Tapi sadarkah Anda? Bahwa Ayah dengan yakin akan membiarkan Anda, menatap Anda, dan menjaga Anda mengayuh sepeda dengan saksama karena dia tahu putri kecilnya pasti bisa.
Pada saat Anda menangis merengek meminta boneka atau mainan baru, Ibu menatap dengan penuh iba. Tetapi Ayah dengan tegas mengatakan, “Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang.” Tahukah Anda, Ayah melakukan itu karena ia tidak ingin Anda menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu harus dipenuhi?
Lalu saat Anda sakit, Ayah yang terlalu khawatir, berbeda dengan Ibu yang memperhatikan dan menasihati dengan lembut. Ketahuilah, saat itu Ayah benar-benar mengkhawatirkan keadaan Anda.
Ketika Anda sudah beranjak remaja, Anda mulai menuntut pada Ayah untuk dapat izin keluar malam dan dengan tegas Ayah mengatakan, “Tidak boleh!”
Tahukah Anda, Ayah berbuat itu untuk menjaga Anda? Karena bagi Ayah, Anda adalah sangat luar biasa berharga. Setelah...
Spoiler for Rahasia Di Balik Seorang Ayah:
Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja di perantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya, pasti akan sering merasa kangen sekali dengan ibunya.
Lalu bagaimana dengan Ayah? Mungkin karena Ibu lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari, tapi tahukah Anda, jika ternyata Ayahlah yang mengingatkan Ibu untuk menelepon Anda?
Mungkin dulu sewaktu Anda kecil, Ibulah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau mendongeng. Tapi tahukah Anda, bahwa sepulang Ayah bekerja meski dengan wajah lelah Ayah selalu menanyakan pada Ibu tentang kabar Anda dan apa yang Anda lakukan seharian?
Pada saat Anda masih seorang anak perempuan kecil, Ayah biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda. Dan setelah Ayah menganggap Anda bisa, Ayah akan melepaskan roda bantu di sepeda. Tapi, Ibu mengatakan, “Jangan, Yah, jangan dilepas dulu roda bantunya.”
Ibu takut putri manisnya terjatuh lalu terluka. Tapi sadarkah Anda? Bahwa Ayah dengan yakin akan membiarkan Anda, menatap Anda, dan menjaga Anda mengayuh sepeda dengan saksama karena dia tahu putri kecilnya pasti bisa.
Pada saat Anda menangis merengek meminta boneka atau mainan baru, Ibu menatap dengan penuh iba. Tetapi Ayah dengan tegas mengatakan, “Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang.” Tahukah Anda, Ayah melakukan itu karena ia tidak ingin Anda menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu harus dipenuhi?
Lalu saat Anda sakit, Ayah yang terlalu khawatir, berbeda dengan Ibu yang memperhatikan dan menasihati dengan lembut. Ketahuilah, saat itu Ayah benar-benar mengkhawatirkan keadaan Anda.
Ketika Anda sudah beranjak remaja, Anda mulai menuntut pada Ayah untuk dapat izin keluar malam dan dengan tegas Ayah mengatakan, “Tidak boleh!”
Tahukah Anda, Ayah berbuat itu untuk menjaga Anda? Karena bagi Ayah, Anda adalah sangat luar biasa berharga. Setelah...
Lalu bagaimana dengan Ayah? Mungkin karena Ibu lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari, tapi tahukah Anda, jika ternyata Ayahlah yang mengingatkan Ibu untuk menelepon Anda?
Mungkin dulu sewaktu Anda kecil, Ibulah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau mendongeng. Tapi tahukah Anda, bahwa sepulang Ayah bekerja meski dengan wajah lelah Ayah selalu menanyakan pada Ibu tentang kabar Anda dan apa yang Anda lakukan seharian?
Pada saat Anda masih seorang anak perempuan kecil, Ayah biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda. Dan setelah Ayah menganggap Anda bisa, Ayah akan melepaskan roda bantu di sepeda. Tapi, Ibu mengatakan, “Jangan, Yah, jangan dilepas dulu roda bantunya.”
Ibu takut putri manisnya terjatuh lalu terluka. Tapi sadarkah Anda? Bahwa Ayah dengan yakin akan membiarkan Anda, menatap Anda, dan menjaga Anda mengayuh sepeda dengan saksama karena dia tahu putri kecilnya pasti bisa.
Pada saat Anda menangis merengek meminta boneka atau mainan baru, Ibu menatap dengan penuh iba. Tetapi Ayah dengan tegas mengatakan, “Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang.” Tahukah Anda, Ayah melakukan itu karena ia tidak ingin Anda menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu harus dipenuhi?
Lalu saat Anda sakit, Ayah yang terlalu khawatir, berbeda dengan Ibu yang memperhatikan dan menasihati dengan lembut. Ketahuilah, saat itu Ayah benar-benar mengkhawatirkan keadaan Anda.
Ketika Anda sudah beranjak remaja, Anda mulai menuntut pada Ayah untuk dapat izin keluar malam dan dengan tegas Ayah mengatakan, “Tidak boleh!”
Tahukah Anda, Ayah berbuat itu untuk menjaga Anda? Karena bagi Ayah, Anda adalah sangat luar biasa berharga. Setelah...
Spoiler for Selalu Ada Matahari di Balik Awan:
Danu, duduk di kursi roda Ia mengidap penyakit yang mematikan dan tinggal menunggu waktu. Dia lebih banyak diam dan meratapi nasibnya.
Suatu hari dilihatnya beberapa anak kecil yang berlarian. Anak-anak itu tertawa riang dan tak terlihat raut kesedihan di wajah mereka. Seorang anak menendang bola dan masuk ke dalam kamar Danu. Anak itu berlari menemui Danu untuk meminta bolanya.
“Hai, aku ingin bolaku,” kata anak itu.
“Aku Danu, aku tak bisa cepat mengambilkan bolamu karena aku ada di atas kursi roda.”
“Panggil aku Damar. Kau sakit Danu?”
“Ya, dokter bilang umurku tidak lama lagi.”
“Kau sedih karena kau akan mati?”
“Tentu saja.”
“Nikmatilah hidupmu seperti aku menikmati hidupku. Kau tidak bertanya mengapa kepalaku botak?”
“Oh, aku baru saja menyadarinya. Ada apa dengan kepalamu, Damar?”
“Aku mengidap kanker otak. Aku akan mati, dokter bilang itu setahun yang lalu. Tapi nyatanya aku masih bisa tertawa hingga saat ini. Pasrah saja kepada Tuhan Danu. Karena hidup dan mati hanya di tangan-Nya. Bersyukurlah bila kita masih bisa bernapas pada hari ini dan bergembiralah bersama kami.”
Ada aliran hangat di tubuh Danu. Ada kekuatan baru untuk bangkit dari kursi roda. Danu menatap senyumnya sendiri di depan cermin dan ia mendapati dirinya yang dulu telah kembali lagi. Kini Danu lebih bisa bersyukur karena masih bisa melihat matahari setiap pagi.
“Aku juga ingin bahagia,” doa Danu.
Selalu ada jawaban di setiap persoalan. Selalu ada matahari di balik awan hitam. Selalu ada tangan yang kuat ketika beban yang kita pikul terasa berat.
Selalu ada kebahagiaan ketika kita mampu untuk bersyukur.
Suatu hari dilihatnya beberapa anak kecil yang berlarian. Anak-anak itu tertawa riang dan tak terlihat raut kesedihan di wajah mereka. Seorang anak menendang bola dan masuk ke dalam kamar Danu. Anak itu berlari menemui Danu untuk meminta bolanya.
“Hai, aku ingin bolaku,” kata anak itu.
“Aku Danu, aku tak bisa cepat mengambilkan bolamu karena aku ada di atas kursi roda.”
“Panggil aku Damar. Kau sakit Danu?”
“Ya, dokter bilang umurku tidak lama lagi.”
“Kau sedih karena kau akan mati?”
“Tentu saja.”
“Nikmatilah hidupmu seperti aku menikmati hidupku. Kau tidak bertanya mengapa kepalaku botak?”
“Oh, aku baru saja menyadarinya. Ada apa dengan kepalamu, Damar?”
“Aku mengidap kanker otak. Aku akan mati, dokter bilang itu setahun yang lalu. Tapi nyatanya aku masih bisa tertawa hingga saat ini. Pasrah saja kepada Tuhan Danu. Karena hidup dan mati hanya di tangan-Nya. Bersyukurlah bila kita masih bisa bernapas pada hari ini dan bergembiralah bersama kami.”
Ada aliran hangat di tubuh Danu. Ada kekuatan baru untuk bangkit dari kursi roda. Danu menatap senyumnya sendiri di depan cermin dan ia mendapati dirinya yang dulu telah kembali lagi. Kini Danu lebih bisa bersyukur karena masih bisa melihat matahari setiap pagi.
“Aku juga ingin bahagia,” doa Danu.
Selalu ada jawaban di setiap persoalan. Selalu ada matahari di balik awan hitam. Selalu ada tangan yang kuat ketika beban yang kita pikul terasa berat.
Selalu ada kebahagiaan ketika kita mampu untuk bersyukur.
Spoiler for Pelajaran dari Ular:
Seorang pria berada di dalam rumahnya yang kecil di tengah badai mengerikan ketika ia mendengar ketukan lemah di pintu. Ia membukanya, dan melihat seekor ular menggigil di depan pintu mengemis memintanya membiarkan masuk.
Orang itu berkata kepada ular, “Aku tidak akan membiarkanmu masuk! Kau adalah ular berbisa dan mungkin saja kau akan menggigitku!”
“Tidak, aku tidak akan menggigitmu,” desis ular. “Biarkan saya masuk dan berikan aku kehangatan. Aku akan menjadi temanmu.”
Akhirnya pria itu membiarkan ular masuk dan beristirahat di atas dadanya yang hangat. Namun, ketika pria itu benar-benar merasa nyaman ular menggigit leher pria tersebut.
Saat sedang sekarat, pria itu berkata, “Kau berjanji tidak akan menggigitku dan akan menjadi temanku seumur hidup.”
Ular itu dengan tenang menjawab, “Tapi kau tahu aku adalah seekor ular ketika kau membiarkanku masuk.”
Tidak pernah ada kata terlambat untuk belajar dari pengalaman hidup, terutama jika itu bisa menyelamatkan kehidupan.
Orang itu berkata kepada ular, “Aku tidak akan membiarkanmu masuk! Kau adalah ular berbisa dan mungkin saja kau akan menggigitku!”
“Tidak, aku tidak akan menggigitmu,” desis ular. “Biarkan saya masuk dan berikan aku kehangatan. Aku akan menjadi temanmu.”
Akhirnya pria itu membiarkan ular masuk dan beristirahat di atas dadanya yang hangat. Namun, ketika pria itu benar-benar merasa nyaman ular menggigit leher pria tersebut.
Saat sedang sekarat, pria itu berkata, “Kau berjanji tidak akan menggigitku dan akan menjadi temanku seumur hidup.”
Ular itu dengan tenang menjawab, “Tapi kau tahu aku adalah seekor ular ketika kau membiarkanku masuk.”
Tidak pernah ada kata terlambat untuk belajar dari pengalaman hidup, terutama jika itu bisa menyelamatkan kehidupan.
Spoiler for Bagaimana Tentukan Jalan yang Benar?:
Seorang Guru sedang berjalan-jalan melalui ladang gandum ketika seorang murid datang kepadanya, dan bertanya, “Aku tidak bisa mengatakan mana yang merupakan jalan yang benar. Apa rahasianya?”
“Apa artinya cincin di tangan kananmu itu?” tanya Sang Guru.
“Ayahku memberikannya kepadaku sebelum meninggal.”
“Yah, berikan itu padaku.”
Murid itu mematuhinya, dan Guru itu melemparkan cincin ke tengah ladang gandum.
“Sekarang apa?!” teriak murid itu, “Sekarang saya harus berhenti melakukan semua yang saya lakukan untuk mencari cincin itu! Itu sangat penting buatku!”
“Ketika kau menemukannya, ingatlah ini: Engkau sendiri menjawab pertanyaan yang kau ajukan padaku. Itulah bagaimana memberitahumu jalan yang benar: Hal ini lebih penting dari yang lain.”
Ketika kita melakukan hal yang yang menurut kita lebih penting daripada yang lain, saat itulah kita melakukan yang menurut kita benar.
“Apa artinya cincin di tangan kananmu itu?” tanya Sang Guru.
“Ayahku memberikannya kepadaku sebelum meninggal.”
“Yah, berikan itu padaku.”
Murid itu mematuhinya, dan Guru itu melemparkan cincin ke tengah ladang gandum.
“Sekarang apa?!” teriak murid itu, “Sekarang saya harus berhenti melakukan semua yang saya lakukan untuk mencari cincin itu! Itu sangat penting buatku!”
“Ketika kau menemukannya, ingatlah ini: Engkau sendiri menjawab pertanyaan yang kau ajukan padaku. Itulah bagaimana memberitahumu jalan yang benar: Hal ini lebih penting dari yang lain.”
Ketika kita melakukan hal yang yang menurut kita lebih penting daripada yang lain, saat itulah kita melakukan yang menurut kita benar.
Spoiler for Perjalanan Dua Malaikat:
Dua malaikat sedang bepergian, lalu berhenti untuk bermalam di rumah keluarga kaya.
Keluarga itu dengan kasar dan menolak untuk membolehkan para malaikat itu menginap di kamar tamu rumah itu. Sebaliknya, para malaikat itu diberi ruang kecil di ruang bawah tanah yang dingin.
Ketika mereka hendak tidur di lantai yang keras, malaikat yang lebih tua melihat sebuah lubang di dinding yang sedang diperbaiki. Malaikat yang lebih muda bertanya mengapa, malaikat yang lebih tua menjawab, “Ini tidak selalu apa yang tampak.”
Malam berikutnya, kedua malaikat itu memutuskan untuk beristirahat di rumah seorang petani dan istrinya yang sangat miskin, tapi sangat ramah.
Setelah berbagi sedikit makanan yang mereka punya, pasangan petani itu membiarkan kedua malaikat itu tidur di tempat tidur mereka tempat mereka biasa beristirahat malam. Ketika matahari datang keesokan harinya, kedua malaikat menemukan petani dan istrinya menangis. Sapi mereka satu-satunya, yang menjadi pendapatan mereka dari memerah susunya, mati di lapangan.
Malaikat yang lebih muda memarahi malaikat yang lebih tua, “Bagaimana kau bisa membiarkan ini terjadi? Pria pertama yang memiliki segalanya, kau bantu. Tapi keluarga ini hanya memiliki sedikit tapi bersedia berbagi segala sesuatu dan kau membiarkan sapi keluarga ini mati.”
Malaikat yang lebih tua hanya menjawab, “Hal-hal ini tidak selalu apa yang tampak.”
“Ketika menginap di ruang bawah tanah keluarga kaya, aku melihat ada emas yang disimpan di dalam lubang di dinding. Karena pemilik rumah begitu terobsesi dengan keserakahan dan tidak mau berbagi nasib baiknya, aku menutup dinding sehingga ia tidak akan menemukannya. Lalu tadi malam saat tidur di tempat tidur petani, malaikat maut datang untuk menjemput istri petani itu. Aku memberinya sapi sebagai gantinya. Hal-hal yang terjadi tidak selalu apa yang tampak.”
Kadang-kadang itulah yang terjadi ketika hal-hal terjadi tidak sesuai dengan rencana. Kita hanya perlu mempercayai...
Keluarga itu dengan kasar dan menolak untuk membolehkan para malaikat itu menginap di kamar tamu rumah itu. Sebaliknya, para malaikat itu diberi ruang kecil di ruang bawah tanah yang dingin.
Ketika mereka hendak tidur di lantai yang keras, malaikat yang lebih tua melihat sebuah lubang di dinding yang sedang diperbaiki. Malaikat yang lebih muda bertanya mengapa, malaikat yang lebih tua menjawab, “Ini tidak selalu apa yang tampak.”
Malam berikutnya, kedua malaikat itu memutuskan untuk beristirahat di rumah seorang petani dan istrinya yang sangat miskin, tapi sangat ramah.
Setelah berbagi sedikit makanan yang mereka punya, pasangan petani itu membiarkan kedua malaikat itu tidur di tempat tidur mereka tempat mereka biasa beristirahat malam. Ketika matahari datang keesokan harinya, kedua malaikat menemukan petani dan istrinya menangis. Sapi mereka satu-satunya, yang menjadi pendapatan mereka dari memerah susunya, mati di lapangan.
Malaikat yang lebih muda memarahi malaikat yang lebih tua, “Bagaimana kau bisa membiarkan ini terjadi? Pria pertama yang memiliki segalanya, kau bantu. Tapi keluarga ini hanya memiliki sedikit tapi bersedia berbagi segala sesuatu dan kau membiarkan sapi keluarga ini mati.”
Malaikat yang lebih tua hanya menjawab, “Hal-hal ini tidak selalu apa yang tampak.”
“Ketika menginap di ruang bawah tanah keluarga kaya, aku melihat ada emas yang disimpan di dalam lubang di dinding. Karena pemilik rumah begitu terobsesi dengan keserakahan dan tidak mau berbagi nasib baiknya, aku menutup dinding sehingga ia tidak akan menemukannya. Lalu tadi malam saat tidur di tempat tidur petani, malaikat maut datang untuk menjemput istri petani itu. Aku memberinya sapi sebagai gantinya. Hal-hal yang terjadi tidak selalu apa yang tampak.”
Kadang-kadang itulah yang terjadi ketika hal-hal terjadi tidak sesuai dengan rencana. Kita hanya perlu mempercayai...
Spoiler for Mundur untuk Meloncat Lebih Tinggi:
Suatu hari seorang murid dan Gurunya berjalan menuruni gunung menuju ke kota. Di dalam perjalanan, mereka menemukan anak sungai yang aliran airnya tidak terlalu deras. Saat itu Sang Guru melangkahi sungai dengan sangat mudahnya meski sungai tersebut cukup lebar.
Sang murid yang melihat hal tersebut sangat kagum dengan gurunya. Gurupun memintanya untuk mengikuti langkahnya. Murid itu merasa tidak mampu melangkahi sungai tersebut hanya dengan satu langkah lebar, maka ia pun berjalan mundur dua langkah dan berlari kecil melompati sungai tersebut. Hap! Ia pun berhasil melompati sungai tersebut.
Semakin jauh perjalanan, rintangan yang dihadapi pun semakin berat. Murid itu mengikuti gurunya di belakang dengan sangat hati-hati.
Tibalah mereka di sebuah jurang yang cukup terjal, namun tidak terlalu lebar. Di ujung jurang tersebut Sang Guru melangkahkan kaki dengan yakin dan pasti berhasil menyeberangi jurang. Sang murid yang melihatnya sangat terkejut, Guru pun berkata.
“Ayo melangkahlah menuju sisi jurang ini. Lebar jurang ini sama seperti sungai yang kita lalui sebelumnya.”
Murid itu menunjukkan raut keraguan di wajahnya. Dengan seksama ia memperhatikan lebar jurang serta kedalamannya dan melihat ke belakang.
Dengan pasti ia mengambil lima langkah ke belakang dan bersiap menyeberangi jurang tersebut dengan berlari dan meloncat sekuat tenaga. Tepat sekali perhitungannya. Ia pun berhasil menyeberangi jurang berkar kecerdikannya.
Sesampainya di seberang jurang, Sang Guru mengelus lembut kepala muridnya sambil berkata, “Wahai muridku, tahukah engkau yang membedakan loncatanmu saat di sungai dan di tepi jurang? Walaupun dengan lebar yang sama, namun kau dapat melihat rintangan yang berbeda dari kedua hal. Karena itu kau mengambil langkah mundur yang lebih banyak saat loncat di tepi jurang untuk memastikan keselamatanmu.
Begitu juga dengan kehidupan. Saat tantangan hidup di depanmu lebih besar, kau harus melangkah mundur sedikit...
Sang murid yang melihat hal tersebut sangat kagum dengan gurunya. Gurupun memintanya untuk mengikuti langkahnya. Murid itu merasa tidak mampu melangkahi sungai tersebut hanya dengan satu langkah lebar, maka ia pun berjalan mundur dua langkah dan berlari kecil melompati sungai tersebut. Hap! Ia pun berhasil melompati sungai tersebut.
Semakin jauh perjalanan, rintangan yang dihadapi pun semakin berat. Murid itu mengikuti gurunya di belakang dengan sangat hati-hati.
Tibalah mereka di sebuah jurang yang cukup terjal, namun tidak terlalu lebar. Di ujung jurang tersebut Sang Guru melangkahkan kaki dengan yakin dan pasti berhasil menyeberangi jurang. Sang murid yang melihatnya sangat terkejut, Guru pun berkata.
“Ayo melangkahlah menuju sisi jurang ini. Lebar jurang ini sama seperti sungai yang kita lalui sebelumnya.”
Murid itu menunjukkan raut keraguan di wajahnya. Dengan seksama ia memperhatikan lebar jurang serta kedalamannya dan melihat ke belakang.
Dengan pasti ia mengambil lima langkah ke belakang dan bersiap menyeberangi jurang tersebut dengan berlari dan meloncat sekuat tenaga. Tepat sekali perhitungannya. Ia pun berhasil menyeberangi jurang berkar kecerdikannya.
Sesampainya di seberang jurang, Sang Guru mengelus lembut kepala muridnya sambil berkata, “Wahai muridku, tahukah engkau yang membedakan loncatanmu saat di sungai dan di tepi jurang? Walaupun dengan lebar yang sama, namun kau dapat melihat rintangan yang berbeda dari kedua hal. Karena itu kau mengambil langkah mundur yang lebih banyak saat loncat di tepi jurang untuk memastikan keselamatanmu.
Begitu juga dengan kehidupan. Saat tantangan hidup di depanmu lebih besar, kau harus melangkah mundur sedikit...
Spoiler for Perpisahan, Awal Bagi yang Baru:
Suatu hari seorang anak muda bertanya kepada Sang Guru, “Guru, ceritakan padaku tentang perpisahan.”
Mendengar pertanyaan itu Guru tersenyum. Setelah duduk, meletakkan tongkatnya, dan menghela napas, dengan bijaksana Guru mulai bercerita.
“Perpisahan adalah awal bagi yang baru. Seperti burung elang saat meninggalkan anak-anaknya. Seperti ular yang membuang kulit luarnya di musim panas. Juga seperti letupan dalam buih, setiap hentakan perpisahan selalu melahirkan pencerahan yang akan terbekal dalam waktu selanjutnya.
Tidak perlu benci, tidak perlu dendam, tidak perlu pembalasan. Seperti air yang selalu mengalir ke bawah, perpisahan adalah alami. Meninggalkan dan ditinggalkan selalu menjadi bagian hidup anak manusia. Sebab, kelak setiap orang pasti akan meninggalkanmu. Atau justru kamu yang akan meninggalkan mereka.
Tidak ada kebersamaan yang abadi. Bumi selalu berputar. Pagi selalu hadir sebagai titik pisah antara malam dan siang. Seperti anak panah yang melesat dari busurnya, anak panah itu akan berlari menuju sasaran, dan busur pun kembali siap menjadi pelontar bagi yang lain. Itulah proses. Itulah roda. Itulah waktu.
Perpisahan pasti berbekas. Setiap keratan dan sayatannya adalah hasil dari pisau-pisau tajam kehidupan yang mengukir lembut setiap jengkal tubuhmu. Terima dan resapi itu, kelak karena perpisahan engkau akan menjumpai bahwa setiap helai hatimu telah menjadi lebih indah dari sebelumnya. Bukankah benang sari harus meninggalkan tangkainya, lalu memeluk erat putik bunga, untuk menjadi buah?”
Setelah beberapa waktu meresapi kata-kata gurunya, aura cerah memancar dari wajah anak muda itu. Ia pun undur diri dan mulai melangkah melanjutkan hidupnya
Mendengar pertanyaan itu Guru tersenyum. Setelah duduk, meletakkan tongkatnya, dan menghela napas, dengan bijaksana Guru mulai bercerita.
“Perpisahan adalah awal bagi yang baru. Seperti burung elang saat meninggalkan anak-anaknya. Seperti ular yang membuang kulit luarnya di musim panas. Juga seperti letupan dalam buih, setiap hentakan perpisahan selalu melahirkan pencerahan yang akan terbekal dalam waktu selanjutnya.
Tidak perlu benci, tidak perlu dendam, tidak perlu pembalasan. Seperti air yang selalu mengalir ke bawah, perpisahan adalah alami. Meninggalkan dan ditinggalkan selalu menjadi bagian hidup anak manusia. Sebab, kelak setiap orang pasti akan meninggalkanmu. Atau justru kamu yang akan meninggalkan mereka.
Tidak ada kebersamaan yang abadi. Bumi selalu berputar. Pagi selalu hadir sebagai titik pisah antara malam dan siang. Seperti anak panah yang melesat dari busurnya, anak panah itu akan berlari menuju sasaran, dan busur pun kembali siap menjadi pelontar bagi yang lain. Itulah proses. Itulah roda. Itulah waktu.
Perpisahan pasti berbekas. Setiap keratan dan sayatannya adalah hasil dari pisau-pisau tajam kehidupan yang mengukir lembut setiap jengkal tubuhmu. Terima dan resapi itu, kelak karena perpisahan engkau akan menjumpai bahwa setiap helai hatimu telah menjadi lebih indah dari sebelumnya. Bukankah benang sari harus meninggalkan tangkainya, lalu memeluk erat putik bunga, untuk menjadi buah?”
Setelah beberapa waktu meresapi kata-kata gurunya, aura cerah memancar dari wajah anak muda itu. Ia pun undur diri dan mulai melangkah melanjutkan hidupnya
Spoiler for Kabar Baik atau Kabar Buruk?:
Kabar baik atau kabar buruk? Tergantung dari sisi mana kita memandangnya. Kita bisa saja merasa pahit setelah ditipu. Tapi kita masih bisa memlih untuk melanjutkan hidup. Kisah berikut ini menggambarkan maksud tadi.
Robert De Vincenzo, pegolf besar Argentina, setelah memenangkan sebuah turnamen, dan menerima cek kemenangan serta tersenyum di depan kamera, bersiap pergi untuk merayakan kemenangan. Ia berjalan sendirian ke mobilnya di tempat parkir dan didekati oleh seorang wanita muda.
Wanita itu mengucapkan selamat kepada Vincenzo atas kemenangannya dan kemudian mengatakan padanya bahwa anaknya sakit parah dan hampir mati. Ia tidak tahu bagaimana bisa membayar tagihan dokter dan biaya rumah sakit.
Vincenzo merasa tersentuh oleh kisah wanita muda itu. Ia pun mengambil pena dan menulis pada cek kemenangannya untuk pembayaran wanita itu. “Buatlah agar bayimu lebih baik,” katanya sambil menandatangani ceknya.
Minggu berikutnya, ketika ia sedang makan siang di sebuah restoran, pengurus Asosiasi Golf Profesional mendatangi mejanya. “Minggu lalu, beberapa anak laki-laki di tempat parkir bilang bahwa kau bertemu dengan seorang wanita muda setelah memenangkan turnamen itu.”
Vincenzo mengangguk. “Yah…,” kata pengurus golf itu, “Aku punya berita untuk Anda. Wanita itu penipu. Ia tidak memiliki bayi, menikah pun belum. Ia menipu Anda, temanku.”
“Maksudmu, berarti tidak ada bayi yang sekarat?” tanya Vincenzo.
“Benar,” kata pengurus golf itu lagi.
“Itu kabar terbaik yang pernah kudengar sepanjang minggu ini,” kata Vincenzo.
Robert De Vincenzo, pegolf besar Argentina, setelah memenangkan sebuah turnamen, dan menerima cek kemenangan serta tersenyum di depan kamera, bersiap pergi untuk merayakan kemenangan. Ia berjalan sendirian ke mobilnya di tempat parkir dan didekati oleh seorang wanita muda.
Wanita itu mengucapkan selamat kepada Vincenzo atas kemenangannya dan kemudian mengatakan padanya bahwa anaknya sakit parah dan hampir mati. Ia tidak tahu bagaimana bisa membayar tagihan dokter dan biaya rumah sakit.
Vincenzo merasa tersentuh oleh kisah wanita muda itu. Ia pun mengambil pena dan menulis pada cek kemenangannya untuk pembayaran wanita itu. “Buatlah agar bayimu lebih baik,” katanya sambil menandatangani ceknya.
Minggu berikutnya, ketika ia sedang makan siang di sebuah restoran, pengurus Asosiasi Golf Profesional mendatangi mejanya. “Minggu lalu, beberapa anak laki-laki di tempat parkir bilang bahwa kau bertemu dengan seorang wanita muda setelah memenangkan turnamen itu.”
Vincenzo mengangguk. “Yah…,” kata pengurus golf itu, “Aku punya berita untuk Anda. Wanita itu penipu. Ia tidak memiliki bayi, menikah pun belum. Ia menipu Anda, temanku.”
“Maksudmu, berarti tidak ada bayi yang sekarat?” tanya Vincenzo.
“Benar,” kata pengurus golf itu lagi.
“Itu kabar terbaik yang pernah kudengar sepanjang minggu ini,” kata Vincenzo.
Spoiler for Korbankan Segalanya Untuk Terima Berlimpah:
Seorang pria tersesat di gurun pasir. Ia hampir mati kehausan. Akhirnya, ia tiba di sebuah rumah kosong. Di depan rumah tua tanpa jendela dan hampir roboh itu, terdapat sebuah pompa air. Segera ia menuju pompa itu dan mulai memompa sekuat tenaga. Tapi, tidak ada sedikit pun air yang keluar.
Lalu, ia melihat sebuah kendi kecil di sebelah pompa itu yang mulutnya tertutup gabus dan tertempel kertas dengan tulisan: “Sahabat, percayalah, pompa ini harus dipancing dengan air dahulu. Setelah Anda mendapatkan airnya, mohon jangan lupa mengisi kendi ini lagi sebelum Anda pergi”. Pria itu mencabut gabusnya dan ternyata benar kendi itu berisi penuh air.
Pria itu mulai berpikir, “Apakah air ini harus dipergunakan untuk memancing pompa? Bagaimana kalau tidak berhasil? Tidak ada air lagi. Bukankah lebih aman kalau saya minum airnya dulu daripada mati kehausan kalau ternyata pompanya tidak berfungsi? Untuk apa menuangkannya ke pompa karatan hanya karena instruksi di atas kertas kumal yang belum tentu benar ini?”
Untunglah suara hatinya mengatakan bahwa ia harus percaya pada nasihat yang tertera di kertas itu, sekali pun berisiko. Ia menuangkan seluruh isi kendi itu ke dalam pompa yang karatan itu dan dengan sekuat tenaga memompanya.
Benar! Air keluar dengan melimpah. Pria itu pun minum sepuasnya.
Setelah istirahat memulihkan tenaga, ia hendak meninggalkan tempat itu. Sebelumnya, ia mengisi kembali kendi itu sampai penuh, menutupkan gabusnya dan menambahkan beberapa kata di bawah pesan pada kertas kumal tadi. “Saya telah melakukannya dan berhasil. Engkau harus mengorbankan semuanya terlebih dahulu sebelum bisa menerima kembali secara melimpah. Percayalah! Tuhan begitu baik mengatur segalanya ini agar kita percaya. Dia selalu ada mendampingi kita.”
Lalu, ia melihat sebuah kendi kecil di sebelah pompa itu yang mulutnya tertutup gabus dan tertempel kertas dengan tulisan: “Sahabat, percayalah, pompa ini harus dipancing dengan air dahulu. Setelah Anda mendapatkan airnya, mohon jangan lupa mengisi kendi ini lagi sebelum Anda pergi”. Pria itu mencabut gabusnya dan ternyata benar kendi itu berisi penuh air.
Pria itu mulai berpikir, “Apakah air ini harus dipergunakan untuk memancing pompa? Bagaimana kalau tidak berhasil? Tidak ada air lagi. Bukankah lebih aman kalau saya minum airnya dulu daripada mati kehausan kalau ternyata pompanya tidak berfungsi? Untuk apa menuangkannya ke pompa karatan hanya karena instruksi di atas kertas kumal yang belum tentu benar ini?”
Untunglah suara hatinya mengatakan bahwa ia harus percaya pada nasihat yang tertera di kertas itu, sekali pun berisiko. Ia menuangkan seluruh isi kendi itu ke dalam pompa yang karatan itu dan dengan sekuat tenaga memompanya.
Benar! Air keluar dengan melimpah. Pria itu pun minum sepuasnya.
Setelah istirahat memulihkan tenaga, ia hendak meninggalkan tempat itu. Sebelumnya, ia mengisi kembali kendi itu sampai penuh, menutupkan gabusnya dan menambahkan beberapa kata di bawah pesan pada kertas kumal tadi. “Saya telah melakukannya dan berhasil. Engkau harus mengorbankan semuanya terlebih dahulu sebelum bisa menerima kembali secara melimpah. Percayalah! Tuhan begitu baik mengatur segalanya ini agar kita percaya. Dia selalu ada mendampingi kita.”
Quote:
Nah itulah gan beberapa kisah insfiratif nyang sangat menyentuh banget gan sekian tread ane yang pertama ini , semoga bermanfaat kisah kisah nya untuk kehidupan agan kedepan nya semoga pada termotivasi semua untuk menjalani keras nya hidup ini
Quote:
Quote:
Gimana gan, kisah nya ??
Kaskuser yg baik selalu meninggalkan jejak
Kalau berkenan boleh ane ditimpuk atau dikasih
Mohon ane jangan ditimpuk pake kentongan , thanks gan
Kaskuser yg baik selalu meninggalkan jejak
Kalau berkenan boleh ane ditimpuk atau dikasih
Mohon ane jangan ditimpuk pake kentongan , thanks gan
Diubah oleh fujianto2102 10-04-2014 05:22
0
9.9K
Kutip
8
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan