suheri.kw11Avatar border
TS
suheri.kw11
Benarkah masyarakat Amerika bersifat Individualistik dan Kapitalistik
Pada Mitos dan Fakta Kehidupan di Amerika Serikat (1) dan (2) diuraikan mengenai mitos dan fakta sekolah gratis, uang cuma-cuma dari sosial security dan free sex. Dalam artikel yang ke tiga ini akan diuraikan mitos dan fakta mengenai sikap indivisualistik dan kapitalistik di Amerika Serikat (AS). Artikel ini tidak bermaksud untuk membela pihak atau memojokkan pihak tertentu. Dengan pengalaman dan kehidupan di dua dunia, yaitu di Indonesia dan di Amerika, kiranya cukup bagiku untuk menilai secara pribadi bagaimana sesungguhnya fakta kehidupan masyarakat Amerika secara umum dalam dua hal ini.

Mitos Individualistik dan Kapitalistik

Orang Amerika sangat individualistik dan kapitalistik. Pengertian umum yang ditangkap dari kata individualiatik adalah bahwa orang yang termasuk golongan ini mempunyai sifat yang egois, tidak suka saling menolong atau gotong-royong dan tidak bersifat kekeluargaan. Agaknya kata individualistik ini seiring dengan pengertian umum tentang kapitalistik. Dikatakan kapitalistik jika seseorang hanya mengutamakan keuntungan semata dalam hubungannya dengan mahluk sesama atau mahluk lain. Karena sifat yang selalu mencari untung ini, mereka cenderung menjadi oportunis dan melupakan sisi kemanusiaan.

Mitos kehidupan orang Amerika yang individualistik dan kapitalistik di kalangan masyarkat Indonesia sudah tertanam di dalam benakku sejak dari Sekolah Menengah Pertama (SMP), atau mungkin dari Sekolah Dasar (SD). Di sekolah, ketika guru menerangkan bahwa ideologi Pancasila bukan suatu edeologi yang berkiblat pada komunisme dan juga bukan suatu ideologi yang mengarah pada kapitalisme atau individualisme. Dalam keterangan itu dijelaskan bahwa ideologi kapitalisme/individualisme adalah milik orang barat, termasuk orang Amerika Serikat. Kapitalisme/individualisme dan pengikutnya selalu digambarkan sebagai sesuatu yang jelek. Salah satu tulisan mengenai hal ini bisa dibaca di Kompas.com, 27 Juni 2006).

Fakta

Memang tidak bisa disangkal bahwa untuk batas tertentu, mitos mengenai individualistik dan kapitalistik adalah benar. Hal seperti ini bukan hanya ditemukan di AS, tetapi juga dengan mudah ditemukan di lingkungan di mana saja kita bergaul dan tinggal.

Untuk melihat lebih jelas mengenai fakta yang berkaitan dengan mitos kehidupan yang individualistik dan kapitalistik, marilah kita melihat secara dekat kehidupan kehidupan sehari-hari masyrakat di Amerika Serikat dari sisi di bawah ini.

Pertama, individualistik sering dikaitkan dengan sifat individu Amerika yang egois, tidak suka saling menolong atau gotong-royong, ignorance (tidak peduli) dan tidak punya sifat kekeluargaankan. Dalam kehidupan sehari-hari, termasuk tingkah laku orang Amerika di tempat umum di AS banyak ditemukan persetujuan yang tidak tertulis dan tidak disadari oleh mereka sendiri. Persetujuan tingkah laku ini memperlihatkan kebalikan dari sifat egois. Banyak tingkah laku yang terjadi di tempat umum mencerminkan sifat saling menolong, gotong royong dan malah bersifat kekeluargaan. Contohnya sebagai berikut.

Dalam hal lalu lintas berjalan baik dengan kendaraan ataupun pejalan kaki. Di setiap perempatan yang tidak ada lampu lalu lintas, dengan sendirinya para pengendara mobil akan berhenti dan menunggu giliran. Sulit ditemukan orang yang main menyelonong. Jika macet, tidak ada bunyi klakson nyaring yang Cumiakan dendang telinga. Hampir tidak ada yang memaksa untuk menggunakan bahu jalan. Jika ada pejalan kaki, pengendara mobil hampir selalu mengalah terhadap mereka.

Sebagai pejalan kaki, sudah menjadi kebiasaan mereka untuk berjalan di sebelah kanan jalan. Begitu juga pada saat menggunakan tangga umum dan escalator, seperti tangga di mall-mall. Jika seseorang menggunakan escalator dan tidak berjalan, maka orang tersebut akan berdiri di pinggir sebelah kanan escalator untuk memberi jalan pada orang lain di belakang melewati mereka melalui sebelah kiri.

Contoh lain adalah masuk keluar pintu. Pada umumnya orang Amerika akan membiarkan orang untuk keluar dulu, baru dia masuk. Jika di belakangnya atau di depannya ditemukan ada orang lain yang hendak keluar masuk, maka pengguna pintu pertama biasanya akan menahan pintu untuk orang tersebut masuk atau keluar. Orang yang masuk dan keluar tersebut dengan otomatis mengucapkan, “Thank you.”

Hal lain yang sering ditemukan di daerah parawisata adalah tawaran dari orang Amerika untuk menjepret pasangan yang sedang liburan. Jangan kwatir, mereka tidak akan membawa lari kamera kita.

Di kota aku tinggal, ada organisasi nonformal yang membantu dan memberi informasi bagi para tetangga yang baru pindah ke kota kami, yaitu New Comers Club. Ada juga Moms Club dan juga tidak ketinggalan organisasi sukarela untuk menjaga keamanan yang disebut Neighborhood Watch dan STAR program. STAR program adalah kerja sukarela khusus bagi pensiunan yang membantu Sjariff untuk menjaga keamanan lingkungan. Aku sendiri mengajarkan Tae Kwon Do dengan cuma-cuma setiap hari Sabtu pagi di taman.

Masih contoh di kota aku tinggal, banyak dari kami di sini yang mengadakan blok parti, yaitu kumpul makan-makan secara berkala dan bergantian di antara tetangga. Sesama tetangga, hanya kami yang orang Asia, yang lainnya adalah bule, saling tukar nomer telepon dan berjanji untuk untuk memberi tahu jika ada sesuatu yang tidak beres dan perlu bantuan.

Kedua, mitos kapitalistik yang selalu dikaitkan dengan para pemilik modal yang kegiatannya hanya mencari keuntungan semata, tanpa memperhatikan sisi kemanusiaan, ternyata tidak semuanya benar. Hampir di setiap perusahaan menengah dan besar di Amerika pasti mempunyai program sosial. Contoh yang bisa aku ambil dari perusahaan di mana aku pernah bekerja, yaitu Nordstrom dan Wellsfargo. Di Nordstrom, setiap tahun perusahaan selalu menganjurkan agar karyawannya beramal dan perusahaan sendiri dan men-match berapa yang karyawan kasih. Beberapa tahun yang lalu aku pernah ditunnjuk menjadi spoke person untuk kegiatan ini. Di sini aku bermitra dengan perusahaan dan United Way untuk mencari dana guna membantu organisasi non profit di bawah United Way.

Begitu juga ketika aku bekerja di Wellsfargo. Sebagai karyawan dan perusahaan memberikan sumbangan, baik tahunan ataupun bulanan kepada organisai nonprofit lokal.

Perlu diingat juga bahwa proposi tax yang ditarik oleh pemerintah dari karyawan dan pungusaha juga dijadikan dana tunjangan bagi penganguran dan orang tidak mampu.

Masih ingat sumbangan dari Warren Buffett yang legendaris itu? Ia menyumbang US $ 30.000.000.000 pada the Bill and Melinda Gates Foundation dan US $ 6.000.000 pada empat Buffett Foundation. Begitu juga dengan pengusaha besar lainnya, seperti Bill Gates. Mereka menyumbangkan uang dalam jumlah besar pada nonprofit oranization yang bermisi kemanusiaan. Sumbangan mereka bisa dibaca di The Chronicle of Philanthropy.

Adalah hal yang tidak bijaksana jika aku hanya menelan bulat-bulat apa yang diajarkan oleh guru SD dan SMP-ku. Bukan pula suatu perbuatan yang bijaksana untuk menjelekan yang lain dan meninggikan kita sendiri. Tetapi carilah dan kembangkanlah terus kelebihan yang dimiliki oleh bangsa kita sendiri
0
2.8K
26
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan