TEMPO.CO, Jakarta - CEO Go-Jek Indonesia, Nadiem Makarim, mengatakan sudah lebih dari 1 juta pengguna ponsel pintar yang mengunduh aplikasi Go-Jek. Selain itu, jumlah pengemudi pun bertambah. Sudah ada hampir 200 ribu pengemudi untuk memenuhi kebutuhan pengguna Go-Jek.

Namun, hal itu dinilai tak cukup memuaskan. Salah seorang pelanggan Go-Jek, Ajeng, mengaku kecewa dengan aplikasi transportasi ini. Dua minggu lalu, deposit kreditnya sebesar Rp 150 ribu hilang. Dia sudah melapor kepada Go-Jek lewat email customer service, tapi belum ada tindak lanjutnya.

"Saya tak pesan Go-Jek, tapi pas saya iseng cek kreditnya malah jadi nol," kata dia kepada Tempo, Jumat, 18 September 2015.

Menurut Ajeng, dirinya dirugikan karena seharusnya dia tak perlu mengeluarkan uang tunai lagi saat memesan Go-Jek. Adapun, kredit itu dia dapat dari penukaran poin provider telekomunikasi yang bekerja sama dengan Go-jek. Provider tersebut pun, katanya, tak tahu soal hangusnya kredit Ajeng.




Customer service GoJek, Rudi, mengatakan keluhan kredit yang hangus ini akan masuk dalam catatan GoJek. Memang, beberapa minggu terakhir sistem aplikasi Go-Jek sedang error. Melalui media sosialnya, GoJek Indonesia minta maaf soal aplikasinya yang sedang dalam proses penyempurnaan.

"Segala keluhan soal kredit hilang, pelanggan yang tak bisa pesan Go-Jek, dan aplikasi yang error adalah bagian dari penyempurnaan sistem Go-Jek," cuitnya.

Tapi, tak hanya soal deposit yang dikeluhkan pelanggan. Salah seorang pelanggan lain, Singgih Rahadi, mengatakan dirinya sudah tiga kali mendapat pelayanan tak memuaskan dari tiga pengemudi GoJek yang berbeda. Ketiga pengemudi GoJek itu selalu beralasan ban bocor sehingga tak bisa menjemput Singgih.

"Padahal, dalam aplikasi saya tertera pengemudi sedang menuju lokasi penjemputan," kata Singgih.

Namun, sekitar 5-10 menit setelah keterangan tersebut, pengemudi GoJek mengirimkan pesan singkat bahwa dirinya tak bisa menjemput penumpang karena ban bocor. Awalnya, Singgih tak curiga. Namun, kejadian itu berulang


sumur