- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Kejadian di Kantor SAMSAT Hari Ini, Menghinakan Masyarakat yang Taat Bayar Pajak


TS
fathianhafiz
Kejadian di Kantor SAMSAT Hari Ini, Menghinakan Masyarakat yang Taat Bayar Pajak
Quote:
Assalamu'alaikum gan
Spoiler for Mukaddimah:
Sebelumnya ane minta maaf kalo trit ini kurang rapi karena ane lagi emosi. Ane juga minta maaf kalau trit ane ini menyinggung pihak tertentu. Ane cuma bercerita tentang kejadian nyata yang ane alami hari ini,
Langsung aja gan, ane mohon agan-agan sekalian menjadi pembaca yang bijak dan berkomentar yang bijak pula.
Quote:
Ane baru pertama kali mengurus sesuatu ke Samsat Kota Yogyakarta, dan ane langsung mengalami peristiwa tidak mengenakkan. Asumsi ane, ini bukan kebetulan. Melainkan memang aslinya seperti ini. Kejadian hari ini benar-benar menyadarkan ane betapa bobroknya pelayanan publik di negara ini.
Quote:
Hari Senin, tanggal 31 Agustus 2015 sekitar pukul 11 siang. Karena sudah saatnya STNK ane diperpanjang, terpaksa ane menyempatkan diri sebelum kuliah untuk mengurus perpanjangan.
Berhubung Samsat ada di rute rumah-kampus, maka ane mampir dulu.
Begitu masuk gerbang dan parkir (belum sempat copot helm), langsung ada bapak paruh baya menghampiri ane.
Oh, ini bapak calo. Karena jelas-jelas di depan tertulis "CALO DILARANG MASUK", ane menolak. Walau ane yakin tulisan itu cuma sekedar tulisan saja. Ada konspirasi lebih parah lagi mengenai dunia "calo" ini, mungkin ane sampaikan di lain waktu.
Walau demikian ini wajar kok, bukan per-calo-an ini yang ane permasalahkan. Karena basically mereka cuma "mengantrikan" dan kita mengupah mereka. Mirip seperti bapak yang nyuruh anaknya "nak, tolong uruskan ya, ntar bapak kasih jajan". Wajar bagi ane.
Berhubung Samsat ada di rute rumah-kampus, maka ane mampir dulu.
Spoiler for Samsat:

Begitu masuk gerbang dan parkir (belum sempat copot helm), langsung ada bapak paruh baya menghampiri ane.
Quote:
"Urusan apa mas? Pajak? Perpanjangan? Tak uruske wae (ane uruskan saja) mas, cuma nambah 10ribu".
Oh, ini bapak calo. Karena jelas-jelas di depan tertulis "CALO DILARANG MASUK", ane menolak. Walau ane yakin tulisan itu cuma sekedar tulisan saja. Ada konspirasi lebih parah lagi mengenai dunia "calo" ini, mungkin ane sampaikan di lain waktu.
Walau demikian ini wajar kok, bukan per-calo-an ini yang ane permasalahkan. Karena basically mereka cuma "mengantrikan" dan kita mengupah mereka. Mirip seperti bapak yang nyuruh anaknya "nak, tolong uruskan ya, ntar bapak kasih jajan". Wajar bagi ane.
Quote:
Setelah menolak beberapa calo lagi, ane masuk dan mengambil "Loket Cepat/Khusus" di pojok kanan (sesuai instruksi om ane yang sering mengurus sesuatu ke samsat). Kemudian ane mengambil nomor antrian. Antrian nomor 144, dan langsung dipanggil 5 menit kemudian. Namanya juga loket cepat.
Di loket sebelah kanan ada petugas polisi berwajah ramah yang meminta ane untuk menyerahkan STNK asli, BPKB asli, dan KTP asli. Okay, sembari tersenyum ane serahkan ke bapaknya.
"Langsung ke loket sebelah mas".
Di loket sebelah kiri ada ibu-ibu berkerudung dengan dandanan yang sedikit menor. Wajahnya sama sekali tidak ramah. Okay. Ane masih menganggap ini biasa saja walaupun sedikit membuat tidak nyaman. Mungkin emang wajahnya aja yang kayak gitu.
"Fa....Fathi...Fathian Hafiz?"
"Iya."
Ane melirik monitor komputer yang dioperasikan si ibu. Tertera 186.500 rupiah. Seketika ane mengeluarkan dompet dan mengambil uang.
"188.500", kata si ibu.
Eh. Ane melirik lagi monitor, karena seingat ane tadi 186.500 rupiah. Hmm okelah, mungkin 2000 buat sesuatu, pikir ane. Kemudian ane menyerahkan 190.000 rupiah ke si ibu.
1500 rupiah gan. Ingat-ingat.
Ane diberi tanda bukti perpanjangan STNK, kemudian ada kertas bertuliskan dana bantuan something gitu sebesar 2000. Oh, berarti 2000nya buat ini ya. Walau si ibu tidak meminta konfirmasi terlebih dahulu (which is salah), tapi karena ini buat amal ya nggak papa dong.
Ane masih berdiri di depan loket sambil menunggu kembalian.
Lalu si ibu menyodorkan uang 1000 yang sudah lusuh tanpa berkata apapun (dan ekspresi wajah kayak tadi). Kemudian si ibu lanjut mengerjakan sesuatu di mejanya, masih tidak berkata apapun.
Disini ane mulai bingung. Si ibu tidak terlihat mencari recehan. Doi malah ngerjain sesuatu. Lagian, kalo memang tidak ada recehan, seharusnya si ibu bilang.
Or something. Ini si ibu diam aja. Ane masih berdiri di loket, menunggu. Ane mulai membatin dalam hati.
Ane mulai menatap ibu itu walau dia jelas-jelas mengacuhkan ane. Hampir satu menit berlalu, ane yakin si ibu tau ane disana, dia cuma pura-pura tidak tau. Ane hendak mengingatkan ibu itu, tapi karena doi sedang berbicara dengan orang di sebelahnya, ane cuma nunggu saja.
Ane mulai memelototi ibu itu. Finally, si ibu melihat ke ane.
Agan-agan tau tidak, apa yang dia bilang?
Gitu. Dengan wajah kesal doi bilang gitu ke ane.
What the fuck?
Ane kaget. Ane sering bertemu petugas yang tidak ramah, tapi ini yang paling mengganggu ane.
Di loket sebelah kanan ada petugas polisi berwajah ramah yang meminta ane untuk menyerahkan STNK asli, BPKB asli, dan KTP asli. Okay, sembari tersenyum ane serahkan ke bapaknya.
"Langsung ke loket sebelah mas".
Quote:
Ane langsung ke loket sebelah kiri, yaitu loket pembayaran. Disini kejadian tidak mengenakkan itu terjadi. Oh gosh, ane masih emosi kalau ingat.
Di loket sebelah kiri ada ibu-ibu berkerudung dengan dandanan yang sedikit menor. Wajahnya sama sekali tidak ramah. Okay. Ane masih menganggap ini biasa saja walaupun sedikit membuat tidak nyaman. Mungkin emang wajahnya aja yang kayak gitu.
"Fa....Fathi...Fathian Hafiz?"
"Iya."
Ane melirik monitor komputer yang dioperasikan si ibu. Tertera 186.500 rupiah. Seketika ane mengeluarkan dompet dan mengambil uang.
"188.500", kata si ibu.
Eh. Ane melirik lagi monitor, karena seingat ane tadi 186.500 rupiah. Hmm okelah, mungkin 2000 buat sesuatu, pikir ane. Kemudian ane menyerahkan 190.000 rupiah ke si ibu.
Quote:
Kalo uang ane segitu, berarti kembaliannya 190000-188500 = 1500 to?
1500 rupiah gan. Ingat-ingat.
Ane diberi tanda bukti perpanjangan STNK, kemudian ada kertas bertuliskan dana bantuan something gitu sebesar 2000. Oh, berarti 2000nya buat ini ya. Walau si ibu tidak meminta konfirmasi terlebih dahulu (which is salah), tapi karena ini buat amal ya nggak papa dong.
Spoiler for 2000:

Ane masih berdiri di depan loket sambil menunggu kembalian.
Lalu si ibu menyodorkan uang 1000 yang sudah lusuh tanpa berkata apapun (dan ekspresi wajah kayak tadi). Kemudian si ibu lanjut mengerjakan sesuatu di mejanya, masih tidak berkata apapun.
Quote:
Ane mengambil uang itu, lalu masih menunggu. Apa yang tunggu? Karena kembalian yang seharusnya ane terima adalah 1500, sedangkan si ibu baru memberi 1000 rupiah. Tentu saja ane tunggu dong yang 500 rupiah.
Disini ane mulai bingung. Si ibu tidak terlihat mencari recehan. Doi malah ngerjain sesuatu. Lagian, kalo memang tidak ada recehan, seharusnya si ibu bilang.
Quote:
"Waduh mas, nggak ada recehan ini. Mas punya 500 an?"
"Tunggu ya mas, ane cari dulu 500 nya".
"Tunggu ya mas, ane cari dulu 500 nya".
Or something. Ini si ibu diam aja. Ane masih berdiri di loket, menunggu. Ane mulai membatin dalam hati.
Quote:
"Apa maksud ibu ini sih? Lupa, atau gimana?"
Ane mulai menatap ibu itu walau dia jelas-jelas mengacuhkan ane. Hampir satu menit berlalu, ane yakin si ibu tau ane disana, dia cuma pura-pura tidak tau. Ane hendak mengingatkan ibu itu, tapi karena doi sedang berbicara dengan orang di sebelahnya, ane cuma nunggu saja.
Ane mulai memelototi ibu itu. Finally, si ibu melihat ke ane.
Agan-agan tau tidak, apa yang dia bilang?
Quote:
"Opo neh?" (apa lagi?)
Gitu. Dengan wajah kesal doi bilang gitu ke ane.
What the fuck?
Ane kaget. Ane sering bertemu petugas yang tidak ramah, tapi ini yang paling mengganggu ane.
Quote:
Oh yes, I get it now. Dari awal, si ibu memang sama sekali tidak berniat mengembalikan uang ane yang 500 rupiah. Makanya dengan menyerahkan 1000 rupiah tadi, dia menganggap urusannya dengan ane sudah selesai, seakan-akan 500 rupiah tadi tidak pernah ada di dunia ini.
Ane membalas dengan wajah ketus, dan wajah si ibu lebih ketus dari ane. Obviously.
Kalau agan-agan orang Jawa, pasti tau yang namanya unggah-ungguh. Kalau berbicara dengan orang yang belum kenal (apalagi pelanggan), seharusnya menggunakan bahasa kromo (bahasa jawa halus). Ane yang masih muda saja tau. Masa si ibu tidak tau?
Ibu itu diam, kemudian menghela napas. Dengan ekspresi wajah yang benar-benar menyebalkan, dia bilang gini:
Sambil terpaksa si ibu berdiri dan mengambil tempat recehan yang ada disitu (fuck, berarti dari awal ada recehan) sambil geleng-geleng kepala.
What the fuck is wrong with this woman?
Ternyata ini yang ada dipikiran si ibu sejak awal:
Ini kan cuma 500. Udahlah ikhlasin aja. Mata duitan banget si ente, uang 500 aja ditagih.
Maybe untuk menunjukkan rasa sebalnya, dia membunyi-bunyikan recehan yang ada di alam wadah. Krincing krincing krincing. Setelah itu dia mengambil 3 buah uang 100 dan 1 buah uang 200.
Dia menyodorkan recehan itu ke ane sambil bilang sesuatu. Tahukah agan apa yang dia bilang?
Agan yang orang jawa maupun bukan pasti tau apa maksud dari ekspresi ini.
Ane terbelalak. Gila, ibu ini kelewatan. Nggak punya sopan santun. Ane cuma bisa mengumpat dalam hati.
"I'M YOUR CUSTOMER YOU ******* *****".
Ane masih punya sopan santun makanya ane diam saja. Ane cuma bisa menahan amarah, mengambil recehan itu, dan meninggalkan loket itu tanpa berterima kasih. Petugas macam itu tidak pantas dapat terima kasih. Ane segera bergegas meninggalkan tempat terkutuk itu.
Fuck. I'm outta here.
Ane membalas dengan wajah ketus, dan wajah si ibu lebih ketus dari ane. Obviously.
Quote:
"Kembaliannya bu. Kurang", kata ane sambil mencoba bersabar.
"Duite piro mau?" (uang nya berapa tadi?)
"Duite piro mau?" (uang nya berapa tadi?)
Kalau agan-agan orang Jawa, pasti tau yang namanya unggah-ungguh. Kalau berbicara dengan orang yang belum kenal (apalagi pelanggan), seharusnya menggunakan bahasa kromo (bahasa jawa halus). Ane yang masih muda saja tau. Masa si ibu tidak tau?
Quote:
"Seratus sembilan puluh bu."
Si ibu hendak menjawab, tetapi ane sudah berbicara terlebih dahulu.
"....kembaliannya 1500 to? Masih kurang 500", kata ane.
Si ibu hendak menjawab, tetapi ane sudah berbicara terlebih dahulu.
"....kembaliannya 1500 to? Masih kurang 500", kata ane.
Ibu itu diam, kemudian menghela napas. Dengan ekspresi wajah yang benar-benar menyebalkan, dia bilang gini:
Quote:
"YO WEEES, TAK GOLEKKEEEEE......" (YA UDAAAH, TAK CARIKAAAN)
Sambil terpaksa si ibu berdiri dan mengambil tempat recehan yang ada disitu (fuck, berarti dari awal ada recehan) sambil geleng-geleng kepala.
What the fuck is wrong with this woman?
Ternyata ini yang ada dipikiran si ibu sejak awal:
Ini kan cuma 500. Udahlah ikhlasin aja. Mata duitan banget si ente, uang 500 aja ditagih.
Maybe untuk menunjukkan rasa sebalnya, dia membunyi-bunyikan recehan yang ada di alam wadah. Krincing krincing krincing. Setelah itu dia mengambil 3 buah uang 100 dan 1 buah uang 200.
Spoiler for duid:

Dia menyodorkan recehan itu ke ane sambil bilang sesuatu. Tahukah agan apa yang dia bilang?
Quote:
"NYOHH."
Agan yang orang jawa maupun bukan pasti tau apa maksud dari ekspresi ini.
Ane terbelalak. Gila, ibu ini kelewatan. Nggak punya sopan santun. Ane cuma bisa mengumpat dalam hati.
"I'M YOUR CUSTOMER YOU ******* *****".
Ane masih punya sopan santun makanya ane diam saja. Ane cuma bisa menahan amarah, mengambil recehan itu, dan meninggalkan loket itu tanpa berterima kasih. Petugas macam itu tidak pantas dapat terima kasih. Ane segera bergegas meninggalkan tempat terkutuk itu.
Fuck. I'm outta here.
-----------------------------------------------------------------------------------
Quote:
Setelah sampai di kampus, ane menghubungi om ane untuk memberitahu bahwa proses perpanjangan STNK sudah selesai. Sekalian ane curhat tentang apa yang terjadi disana. Ternyata, om ane (yang sering ke samsat, btw pekerjaan doi berhubungan sama tempat itu).
Ini percakapan antara ane dengan om ane.
Iya. Ternyata di loket cepat/khusus tersebut, memang dibegitukan dari dulu (ane kurang tau loket yang lain). Oh Gosh. Parah banget.
Mungkin agan-agan akan bilang:
Ingatkah agan-agan tentang ulah mini market yang mengembalikan dengan berupa permen? Kalau agan ingat, pasti juga tau betapa booming nya hal tersebut, dibahas dimana-mana. Di koran, di TV, di social media. Sampai sekarang minimarket sudah memperbaiki pelayanannya dengan mengembalikan berupa duit, walau itu recehan yang sulit.
Kalo minimarket aja di booming-booming kan, kenapa yang ini tidak, sedangkan ini lebih parah? Ditambah lagi pelayanannya yang sama sekali tidak pantas, jauh lebih hina dari mbak-mbak kasir yang ramah? Kalo melawan minimarket agan berani, kenapa yang ini tidak? Padahal ini pelayanan publik lho. Ingat gan, kalo kita diam, justru pelayanan publik macam ini nggak akan maju-maju.
Ane sudah pernah ke minimarket dan diberi kembalian permen.
Ane juga pernah isi bensin dan di bulatkan ke atas saat membayar.
Tapi kejadian di Samsat hari ini adalah yang paling menyakiti hati ane, dan membuat ane begitu terhina sebagai seorang warga negara yang berusaha taat hukum dengan membayar pajak.
Minimarket wins.
Sudahlah, ane capek.
Ini percakapan antara ane dengan om ane.
Spoiler for percakapan:

Iya. Ternyata di loket cepat/khusus tersebut, memang dibegitukan dari dulu (ane kurang tau loket yang lain). Oh Gosh. Parah banget.
Mungkin agan-agan akan bilang:
Quote:
"Alah cuma 500 juga diributin."
"Wah berani juga agan ini cerita beginian, nggak takut ditangkap?"
"Wah berani juga agan ini cerita beginian, nggak takut ditangkap?"
Ingatkah agan-agan tentang ulah mini market yang mengembalikan dengan berupa permen? Kalau agan ingat, pasti juga tau betapa booming nya hal tersebut, dibahas dimana-mana. Di koran, di TV, di social media. Sampai sekarang minimarket sudah memperbaiki pelayanannya dengan mengembalikan berupa duit, walau itu recehan yang sulit.
Kalo minimarket aja di booming-booming kan, kenapa yang ini tidak, sedangkan ini lebih parah? Ditambah lagi pelayanannya yang sama sekali tidak pantas, jauh lebih hina dari mbak-mbak kasir yang ramah? Kalo melawan minimarket agan berani, kenapa yang ini tidak? Padahal ini pelayanan publik lho. Ingat gan, kalo kita diam, justru pelayanan publik macam ini nggak akan maju-maju.
Ane sudah pernah ke minimarket dan diberi kembalian permen.
Ane juga pernah isi bensin dan di bulatkan ke atas saat membayar.
Tapi kejadian di Samsat hari ini adalah yang paling menyakiti hati ane, dan membuat ane begitu terhina sebagai seorang warga negara yang berusaha taat hukum dengan membayar pajak.
Minimarket wins.
Sudahlah, ane capek.
Quote:
Pesan ane : AGAN-AGAN YANG HENDAK MENGURUS SESUATU DI SAMSAT KOTA YOGYAKARTA ATAU DIMANAPUN, HINDARI CALO DAN BAYARLAH DENGAN UANG PAS.
Quote:
PS : Kalo ada petugas samsat atau anggota polisi yang bisa menjelaskan hal ini, tolong ane diingatkan. Ane hanyalah mahasiswa ingusan yang merasa terdzolimi. Forget that freakin' 500 (ane juga tidak menuduh adanya korupsi), tapi pelayanan si ibu itu sangat tidak pantas untuk dihadapi oleh pelanggan yang berusaha menjadi warga negara yang baik dengan membayar pajak. Saran saya sebagai rakyat jelata : diganti, atau diberi peringatan.
Quote:
UUD 1945 dalam pasal 28E yang berbunyi : Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.
Astaghfirullahal adzim.
Terima kasih.
Sumur gambar :
Foto TS
Diubah oleh fathianhafiz 31-08-2015 11:45
0
16.4K
Kutip
146
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan