- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Menengok goyahnya kerajaan bisnis Anthony Salim pemilik Indomie


TS
fr91
Menengok goyahnya kerajaan bisnis Anthony Salim pemilik Indomie
Quote:
Merdeka.com - Kerajaan bisnis milik dua pengusaha terkaya di Asia Tenggara, terpuruk lantaran dolar Amerika Serikat terus menguat. Anthony Salim, konglomerat terkaya nomor lima di Indonesia pemilik First Pacific dan T Ananda Krishnan pemegang saham utama operator telepon selular Malaysia Maxis Bhd, merasakan dampak anjloknya Rupiah dan Ringgit yang sama-sama terburuk sejak krisis keuangan Asia 1998.
Berdasarkan data Bloomberg yang dilansir The Star, Kamis (17/9), dua perusahaan ini sama-sama memiliki utang besar dalam mata uang asing, khususnya dolar AS. Anthony Salim memiliki utang USD 3,8 miliar sedangkan Ananda memiliki utang USD 2,3 miliar.
Beruntung, keduanya mengambil pelajaran berharga dari krisis 1998. Kedua taipan ini telah menerapkan lindung nilai mata uang dan berusaha menyeimbangkan arus keuangan dan utang luar negeri agar tak membebani saham dan obligasi perusahaan. Saham First Pacific yang diperdagangkan di bursa Hong Kong, turun 38 persen tahun ini. Kondisinya bisa semakin buruk jika bank sentral AS, The Fed benar-benar menaikkan suku bunganya awal pekan depan.
"Tanpa manajemen risiko valuta asing yang bijaksana, pembayaran bunga akan semakin tinggi, profil kredit memburuk dan biaya lindung nilai meningkat," kata Mark Yu, seorang manajer uang di Atlanta berbasis Invesco Penasihat Inc seperti dilansir The Star.
Sejak pemerintah China sengaja melemahkan mata uang Yuan pada Agustus lalu, ringgit melemah hingga 7,6 persen dan didaulat menjadi mata uang dengan performa terburuk di Asia. Jauh lebih buruk dibanding rupiah yang turun 6,1 persen, Peso Filipina yang melemah 4,3 persen.
Laporan internal menunjukkan, per 30 Juni 2015, First Pacific (pembuat mi PT Indofood Sukses Makmur dan perusahaan telekomunikasi Philippine Long Distance Telephone Co) yang bermarkas di Hong Kong memiliki utang dalam bentuk mata uang asing sebesar USD 1,8 miliar.
"Perusahaan telah secara proaktif mengatur dana pinjaman mata uang lokal," ujar pejabat hubungan investor First Pacific di Hong Kong, Sara Cheung.
Pendapatan utama perusahaan disumbang dari hasil dividen anak usahanya yakni PT Indofood Sukses Makmur dan Philippine Long Distance Telephone (PLDT). Tahun lalu PLDT menyumbang pendapatan lebih dari USD 700 juta. Sedangkan Indofood USD 400 juta.
Berbeda dengan Anthony Salim, utang luar negeri perusahaan milik konglomerat Malaysia yakni Ananda Krishnan lebih banyak pinjaman bank. Eu Jin Song, juru bicara Bumi Armada Bhd, salah satu perusahaan Ananda, mengatakan utang dolar perusahaannya digunakan untuk proyek-proyek jangka panjang yang menghasilkan pendapatan dolar AS.
Shamaila Khan, pengelola keuangan AllianceBernstein menuturkan, yang perlu mendapat perhatian adalah perusahaan berbasis ekspor.
"Pandangan kami selama tiga tahun terakhir adalah bahwa kita akan mengalami penguatan dolar, jadi yang menjadi perhatian adalah para eksportir dan perusahaan-perusahaan dan juga perbankan yang fokus membiayai ekspor di mana pertumbuhan ekonomi dunia tidak akan luar biasa, namun hanya stabil saja," kata Shamaila.
Berdasarkan data Bloomberg, harga surat utang First Pacific yang akan berakhir pada tahun 2019 senilai USD 400 juta telah turun dari 108,057 sen dolar pada bulan April menjadi 105,506 dolar sen saat ini.
Surat utang tersebut dijual kepada investor dengan harga 100 sen dolar pada Juni 2012. Sementara itu surat utang Philipe Long Distance Telephone yang akan berakhir pada 2017 dijual pada level 108,402 sen, lebih rendah dibanding 113,517 sen pada awal tahun 2012. Cignal IV Inc, perusahaan milik PLTD secara tidak langsung, telah memulai menyiarkan saluran televisi di Filipina di bawah izin dari Bloomberg LP, induk usaha Bloomberg News.
Saham First Pacific diperdagangkan dengan diskon 38 persen untuk nilai aktiva bersih. Saham PLDT turun 18 persen tahun ini, sementara saham Indofood Sukses Makmur jatuh 21,1 persen.
"First Pacific diperdagangkan dengan diskon yang signifikan untuk nilai aktiva bersih," ujar Crispin Francis, seorang analis situasi khusus di Smartkarma Inovasi Pte yang berbasis di Singapura.
"Itu terkait dengan mata uang, mereka terkena karena pasar negara berkembang. Saya pikir mereka akan bertahan hidup dan melakukannya dengan baik. Ini adalah perusahaan besar dengan bisnis yang sangat beragam."
Hingga pertengahan tahun ini, utang luar negeri First Pacific menembus USD 3,83 miliar. Sekitar 10 persen yang dilindung nilai. Jumlah itu termasuk USD 534,5 juta utang di perusahaan pembuat mi instan milik Salim, Indofood Sukses Makmur yang memiliki utang 3,44 kali laba operasional.
Perusahaan milik konglomerat Malaysia, Ananda Krishnan memiliki utang dalam bentuk mata uang asing lebih dari USD 2,3 miliar. Perusahaan operator tv berbayar, Astro Malaysia Holding Bhd memiliki utang USD 296 juta. Perusahaan lain, penyedia jasa minyak Bumi Armada, memiliki utang USD 1,2 miliar.
Perusahaan lain milik Ananda, operator telepon seluler Maxis memiliki utang luar negeri USD 829 juta.
Sumber
makanya Indomie nya di ekspor atau dijadikan manisan gitu, atau pindah profesi aja jualan kerang, pengusaha jangan manja, cuman ngeluh aja bisanya

0
14.9K
Kutip
91
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan