- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Kebijakan ekonomi Najib Razak terbukti lebih ampuh dibanding Jokowi


TS
andry..
Kebijakan ekonomi Najib Razak terbukti lebih ampuh dibanding Jokowi

Merdeka.com - Perekonomian Indonesia maupun Malaysia kini diterpa masalah sebagai dampak ketidakpastian ekonomi global.
Melemahnya pertumbuhan ekonomi China serta rendahnya harga komoditi global menghantam ekonomi kedua negara ini.
Bahkan, nilai tukar mata uang Indonesia maupun Malaysia anjlok parah terhadap dolar Amerika (USD). Nilai tukar Ringgit Malaysia bahkan menyentuh titik terendah dalam 17 tahun terakhir dan menyandang gelar mata uang berkinerja terburuk di Asia.
Perdagangan 10 September lalu, Ringgit Malaysia menyentuh level terendah terhadap dolar Singapura di level RM 3,0771 per dolar Singapura. Pelemahan Ringgit dipicu penurunan peringkat utang Brasil oleh Standard & Poor (S&P).
Dilansir dari Channel News Asia, nilai tukar Ringgit juga mencapai titik terendah dalam 17 tahun terakhir terhadap dolar Amerika atau RM 4,379 per USD.
Tidak lebih baik dari Ringgit, nilai tukar Rupiah juga anjlok parah terhadap USD. Penutupan perdagangan kemarin saja, nilai tukar Rupiah anjlok menyentuh titik Rp 14.408 per USD.
Mengobati pelemahan ekonomi, Presiden Joko Widodo maupun Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Najib Tun Razak mengeluarkan paket kebijakan penyelamatan ekonomi.
Kebijakan Presiden Jokowi cuma pangkas aturan.
Presiden Joko Widodo secara resmi telah mengumumkan paket kebijakan penyelamatan ekonomi pada Rabu (9/9).
Namun, tidak ada kebijakan baru yang disampaikan Presiden Jokowi. Paket kebijakan yang disampaikan merupakan hasil deregulasi atau pemangkasan kebijakan sebelumnya.
"Pemerintah meluncurkan paket kebijakan yang dibagi tiga tahap.
Kali ini tahap I. Nanti ada paket II dan III konsisten kita lakukan terus," ujar Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Rabu (9/9).
Kebijakan Jokowi direspon negatif banyak pihak. Misalnya, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia yang meminta pemerintah menyelamatkan dunia usaha dalam negeri dari kebangkrutan.
Setidaknya dengan memberikan stimulus tepat bagi sektor industri.
Deregulasi dalam paket kebijakan ekonomi September I belum cukup.
Wakil Ketua Umum Kadin Suryani SF Motik menuturkan, pengusaha dalam negeri banyak terbebani biaya produksi yang tinggi, tarif listrik dan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Karena itu pengusaha berharap pemerintah menurunkan tarif listrik dan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Pengusaha meyakini, dengan penurunan tarif listrik dan harga BBM akan menolong industri sekaligus mendorong daya beli masyarakat. Sehingga menciptakan mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
"Mudah-mudahan paket kebijakan yang kedua nanti berisi penurunan tarif listrik dan harga BBM," jelas dia.
Berbeda dengan Jokowi, Perdana Menteri Malaysia Najib Razak mengambil kebijakan lebih agresif.
http://m.merdeka.com/uang/kebijakan-...ng-jokowi.html
Sabar ya gan... ada prosesnya..
tungguin aja Jurus ke 2 - 3 dari yg Mulia Sang Cahaya Asia kita tercinta....

0
2.2K
25


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan