- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Dolar Naik, Perajin Batik Terancam Gulung Tikar


TS
cikolord
Dolar Naik, Perajin Batik Terancam Gulung Tikar
Selasa, 15 September 2015 - 14:59 wib
SUKABUMI – Para perajin batik di Kota Sukabumi, kini terancam gulung tikar karena kesulitan memperoleh bahan baku, yang merupakan dampak menguatnya nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap rupiah.
Bahan baku dasar yang sulit diperoleh pembatik tidak hanya kain mori atau kain putih. Sejak dua bulan terakhir ini mereka juga sulit untuk mendapatkan kain katun super, kain paris, sutera hingga kain dobi. Begitupun air keras, sangat sulit dicari di toko-toko karena persedian sudah kosong.
“Sejak nilai dolar Amerika naik, kita kesulitan mendapatkan bahan baku. Terutama semua jenis kain mori yang merusakan bahan dasar membatik. Apalagi ada beberapa jenis kain yang harus diimpor dari luar negeri. Termasuk dari Negara Singapura,” kata pemilik Batik Kenari, Irma Silvya R, Selasa (15/9/2015).
Selain sulit untuk memperoleh bahan baku, kata Irma, perajin kini dibayangi-bayangi permintaan kenaikan gaji para pekerjanya. Karena terbentur keterbatasan sumber daya manusia, permohonan kenaikan gaji tidak dihindarkan.
Menurut Irma, para pekerja awalnya hanya diberi honor di kisaran Rp50.000 per hari. Kini setelah dolar naik, mereka menuntut bayaran Rp70.000 per hari.
“Dampaknya tentu terhadap harga jual batik kepada para konsumen. Kendati harga batik tiak naik signifikan, tetapi terjadi kenaikan,” ucapnya.
Beruntung meski harga jual batik naik, lanjut dia, tingkat penjualan masih relatif normal. Apalagi animo warga membeli kain batik karena selera penggunanya.
“Rata-rata mereka tidak mempersoalkan kenaikan harga batik. Karena yang penting oke dan sesuai dengan seleranya,” tambahnya.
Untuk menunjang tingkat penjualan, kata dia, para pembatik harus mengikuti berbagai kegiatan dan pameran. Tidak hanya kegiatan di tingkat kota, provinsi. Tetapi para pembatik harus dituntut untuk mengikuti kegiatan ditingkat nasional. Bahkan pameran harus di ikuti di tingkat internasional.
“Selain menjadi ajang sosialisasi produk kita, juga meningkatkan penjualan. Misalnya sesuai mengikuti pameran di Bogor, dari pemkab setempat langsung memesan batik dengan khas daerah itu tapi pembuatannya di Sukabumi. Termasuk permohonan pengiriman paket batik keluar negeri,” tuturnya.
Setiap kali mengikuti ajang pameran, katanya, respons dari para pengunjung cukup bagus. Setidaknya bisa mengenalkan Kota Sukabumi yang tidak hanya terkenal dengan dengan kulinernya. Tetapi memperkenalkan kegiatan ekonomi kreatif.
“Apalagi Kota Sukabumi memiliki motif khasnya di antaranya yakni daun pisang kole dan buah pala,” ujarnya.
Kepala Sub Bidang Promosi dan Kerja Sama, Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu (BPMPT) Kota Sukabumi, Emi Supartini mengatakan kegiatan promosi yang difasilitasi BPMPT kepada para pelaku UKM ternyata berdampak positif.
“Ternyata keiikutsertaan para pelaku untuk mengikuti berbagai kegiatan dapat mendorong kinerja kearah lebih baik,” katanya.
Selain memfasilitasi para pelaku UKM, kata Emi Supartini, BPMPT mempromosikan produk para pelaku usaha ke berbagai daerah. Kegiatan rutin lakukan setelah para pelaku UKM dianggap mampu untuk mengikuti kegiatan itu.
“Mereka mengaku sangat terbantu dengan diikutsertakannya dalam kegiatan pameran. Bahkan Oktober ini, seluruh pelaku UKM akan ikutsertakan dalam pameran Hari Jadi Provinsi Jabar di Bandung. Diharapkan tidak hanya produk ekonomi kreatif, tetapi pelaku usaha dibidang kuliner dapat ikut serta,” katanya.
sumber waras
SUKABUMI – Para perajin batik di Kota Sukabumi, kini terancam gulung tikar karena kesulitan memperoleh bahan baku, yang merupakan dampak menguatnya nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap rupiah.
Bahan baku dasar yang sulit diperoleh pembatik tidak hanya kain mori atau kain putih. Sejak dua bulan terakhir ini mereka juga sulit untuk mendapatkan kain katun super, kain paris, sutera hingga kain dobi. Begitupun air keras, sangat sulit dicari di toko-toko karena persedian sudah kosong.
“Sejak nilai dolar Amerika naik, kita kesulitan mendapatkan bahan baku. Terutama semua jenis kain mori yang merusakan bahan dasar membatik. Apalagi ada beberapa jenis kain yang harus diimpor dari luar negeri. Termasuk dari Negara Singapura,” kata pemilik Batik Kenari, Irma Silvya R, Selasa (15/9/2015).
Selain sulit untuk memperoleh bahan baku, kata Irma, perajin kini dibayangi-bayangi permintaan kenaikan gaji para pekerjanya. Karena terbentur keterbatasan sumber daya manusia, permohonan kenaikan gaji tidak dihindarkan.
Menurut Irma, para pekerja awalnya hanya diberi honor di kisaran Rp50.000 per hari. Kini setelah dolar naik, mereka menuntut bayaran Rp70.000 per hari.
“Dampaknya tentu terhadap harga jual batik kepada para konsumen. Kendati harga batik tiak naik signifikan, tetapi terjadi kenaikan,” ucapnya.
Beruntung meski harga jual batik naik, lanjut dia, tingkat penjualan masih relatif normal. Apalagi animo warga membeli kain batik karena selera penggunanya.
“Rata-rata mereka tidak mempersoalkan kenaikan harga batik. Karena yang penting oke dan sesuai dengan seleranya,” tambahnya.
Untuk menunjang tingkat penjualan, kata dia, para pembatik harus mengikuti berbagai kegiatan dan pameran. Tidak hanya kegiatan di tingkat kota, provinsi. Tetapi para pembatik harus dituntut untuk mengikuti kegiatan ditingkat nasional. Bahkan pameran harus di ikuti di tingkat internasional.
“Selain menjadi ajang sosialisasi produk kita, juga meningkatkan penjualan. Misalnya sesuai mengikuti pameran di Bogor, dari pemkab setempat langsung memesan batik dengan khas daerah itu tapi pembuatannya di Sukabumi. Termasuk permohonan pengiriman paket batik keluar negeri,” tuturnya.
Setiap kali mengikuti ajang pameran, katanya, respons dari para pengunjung cukup bagus. Setidaknya bisa mengenalkan Kota Sukabumi yang tidak hanya terkenal dengan dengan kulinernya. Tetapi memperkenalkan kegiatan ekonomi kreatif.
“Apalagi Kota Sukabumi memiliki motif khasnya di antaranya yakni daun pisang kole dan buah pala,” ujarnya.
Kepala Sub Bidang Promosi dan Kerja Sama, Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu (BPMPT) Kota Sukabumi, Emi Supartini mengatakan kegiatan promosi yang difasilitasi BPMPT kepada para pelaku UKM ternyata berdampak positif.
“Ternyata keiikutsertaan para pelaku untuk mengikuti berbagai kegiatan dapat mendorong kinerja kearah lebih baik,” katanya.
Selain memfasilitasi para pelaku UKM, kata Emi Supartini, BPMPT mempromosikan produk para pelaku usaha ke berbagai daerah. Kegiatan rutin lakukan setelah para pelaku UKM dianggap mampu untuk mengikuti kegiatan itu.
“Mereka mengaku sangat terbantu dengan diikutsertakannya dalam kegiatan pameran. Bahkan Oktober ini, seluruh pelaku UKM akan ikutsertakan dalam pameran Hari Jadi Provinsi Jabar di Bandung. Diharapkan tidak hanya produk ekonomi kreatif, tetapi pelaku usaha dibidang kuliner dapat ikut serta,” katanya.
sumber waras
0
892
10


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan