Kaskus

News

basshitsAvatar border
TS
basshits
Oknum Ojek Digital yang Kebablasan
Oknum Ojek Digital yang Kebablasan

Jakarta - Tak bisa dipungkiri, teknologi sukses meningkatkan derajat hidup para tukang ojek. Memang perjalanannya tak selalu mulus, ada pula resistensi dari rekan sejawat mereka yang masih sulit menerima ojek digital.

Pun demikian, hal ini tak lantas menghentikan tukang ojek digital untuk mengukir fenomena di Indonesia.

Bak cendawan di musim hujan, profesi sebagai tukang ojek digital langsung booming di mana-mana. Sampai-sampai ada rekrutmen massal untuk profesi ini sembari ada harapan untuk perubahan nasib yang lebih baik dari ribuan peminatnya.

Gayung pun bersambut, konsumen sebagai target pasar tukang ojek digital sangat menerima dengan tangan sodoran layanan antar jemput untuk menembus ruwetnya kemacetan di jalan raya ini. Apalagi dengan iming-iming tarif promosi dengan Rp 5.000 atau Rp 10.000.

Hanya saja layanan tukang ojek tak melulu berbuah cerita manis. Kini justru cerita risih nan mengganggu tengah bertebaran di media sosial akan oknum tukang ojek digital.

Yakni soal privasi pengguna. Seperti diketahui, saat Anda memesan layanan ojek digital (Go-Jek atau Grab Bike) maka si pengendara akan mengetahui nomor telepon Anda. Informasi ini sejatinya hanya digunakan untuk mengkonfirmasi alamat penjemputan.

Namun kenyataan yang terjadi di lapangan berbicara lain. Ada beberapa laporan dari pengguna bahwa selepas menggunakan jasa ojek, mereka justru kerap mendapatkan pesan tak diinginkan dari pengendara ojek digital.

Artinya, nomor tersebut disimpan oleh si pengendara. Entah apa tujuannya, bisa saja si pengendara berharap bisa mendapatkan penumpang langganan dari 'inisiatifnya' tersebut. Namun ternyata hal ini tak diamini oleh konsumen. Mereka malah merasa privasinya terganggu.

"Aduh ngapain nih abang-abangnya SMS. Seram banget sih," ujar Heni.

Ini belum seberapa, ada beberapa oknum tukang ojek digital yang berperilaku sok kenal sok deket kepada penumpangnya. "Teman saya malah di-SMS diajak kenalan, digodain," lanjutnya.

Laporan minor lainnya terkait soal review layanan. Review ini merupakan penilaian yang diberikan oleh konsumen kepada layanan yang diberikan oleh pengendara. Jadi jika review bagus maka pengendara bakal mendapat nilai positif, begitu juga sebaliknya.

Nah, tak masalah kalau review yang diberikan bagus. Namun jika review dari konsumen itu jelek dan si pengendara merasa tak terima, ini tentu jadi soal.

Lagi-lagi, si pengendara bisa saja langsung menghardik ke nomor ponsel pengguna lantaran tak terima dikasi review jelek. "Komen apaan loe boss kemaren stlh naik gojek sm gw turun di kuningan.....!!!!" demikian salah satu SMS dari oknum tukang ojek digital yang diungkap konsumennya dan telah menyebar di media sosial.

Yang harus digarisbawahi di sini adalah, tak semua tukang ojek digital yang kebablasan seperti di atas, melainkan hanya oknum. Sejatinya, masih banyak juga lho tukang ojek digital yang bisa dipercaya dan menjadi andalan saat dibutuhkan.

Meski demikian, munculnya suara-suara keluhan pengguna juga tak bisa dibiarkan begitu saja. Toh, tujuannya kan positif, untuk membuat layanan ojek digital lebih baik lagi sehingga dapat lebih mensejahterakan penggiatnya dan membuat konsumen lebih percaya.

http://m.detik.com/inet/read/2015/09...ang-kebablasan

Semua kembali ke pribadi individual masing-masing, tidak semua pengGojek seperti itu.
0
3.4K
27
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan