- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Alumni IPDN: Demi Merah Putih, Rela Bertaruh Nyawa


TS
yoonas
Alumni IPDN: Demi Merah Putih, Rela Bertaruh Nyawa

zonalima.com – Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) kembali menjadi sorotan. Beberapa waktu lalu, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengusulkan agar Presiden Joko Widodo (Jokowi) membubarkan kampus pencetak pamong itu. Ahok menilai, banyak alumni IPDN bertindak tak ‘senonoh’, menyuap jaksa, bahkan seleksi masuk dan kelulusannya pun tak transparan.
Pernyataan Ahok itu pun menuai tanggapan, mulai dari kalangan praktisi pemerintahan, politisi, tak terkecuali alumni IPDN. Pasalnya, penilaian Ahok terhadap kampus yang dirintis Presiden pertama RI Soekarno itu dinilai tak bijak. Terlebih, saat ini Presiden Jokowi dan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo sedang berupaya terus membenahi kampus IPDN melalui gerakan revolusi mental guna melahirkan kader-kader pelayanan pemerintahan yang siap menyukseskan gerakan reformasi birokrasi dan good government. Salah satu hal pula yang luput dari pemikiran Gubernur Ahok adalah IPDN mencetak pelayan-pelayan pemerintahan sebagai perekat NKRI.
Pengabdian tugas salah satu alumni IPDN, Elfin Elyas, di tanah Rencong, Aceh, merupakan salah satu cerita pengalaman hidup dari sekian ribu alumni IPDN yang kini mengabdikan diri di seluruh pelosok Tanah Air. Beberapa waktu lalu, zonalima.com berkesempatan mewawancarai Elfin yang kini bertugas di Jakarta.
Awal pengabdiannya dimulai saat berangkat ke Aceh pada tahun 1995 hingga 2002, ketika Aceh dilanda konflik. Di tengah situasi darurat militer, Elfin ditugaskan untuk melayani masyarakat di kantor Kecamatan Lawe Sigala Gala, Aceh Tenggara. Demi tugas negara, ia pun berangkat ke Aceh.
Di saat darurat militer, hampir seluruh kantor kecamatan di Aceh sepi, tak seorang pun berani berkantor. Oleh karena itu, tak mengherankan bila saat itu hanya alumni-alumni IPDN yang bertugas di Aceh saja yang tetap setia membuka kantor kecamatan demi memberikan pelayanan kepada masyarakat yang membutuhkan. Termasuk, memastikan ‘Merah Putih’ tetap berkibar di Aceh yang kala itu dilanda isu disintegrasi dengan berkembanganya Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
“Saya bertugas memastikan pelayanan publik ada dan bendera Merah Putih tetap tegak di Aceh,” kenang Elfin.
Selama tujuh tahun, menaikkan bendera Merah Putih di depan kantor kecamatan di pagi hari merupakan tugas rutin Elfin. Rela bertarung nyawa, demi menjalankan tugas negara serta menjaga keutuhan NKRI agar Aceh tetap berada di pelukan ibu pertiwi.
“Dulu di Aceh itu ada darurat militer sehingga yang berbau-berbau NKRI banyak masyarakat yang menghindar, daripada berisiko sama dia, berhadapan dengan gerakan separatis. Siapa yang berani lakukan itu (menaikkan bendera Merah Putih)? Kalau tidak TNI, ya anak STPDN (kini IPDN). Waktu itu, perintah bendera berkibar di sana datang dari Bupati,” tutur Elfin.
Elfin mengatakan, selain dirinya ada beberapa alumni IPDN juga yang ditugaskan mengabdi di sejumlah kantor kecamatan yang tersebar di berbagai kabupaten/kota di Aceh. Terutama, di kecamatan-kecamatan terpencil. Saat itu mereka mengemban misi menyukseskan program pengentasan desa tertinggal yang dicanangkan Presiden Soeharto kala itu.
“Tempat saya bertugas saat itu kalau dari Banda Aceh sekitar 24 jam, itu harus melalui Medan. Daerahnya pegunungan. Aceh tenggara itu di kaki gunung Leuser,” ujarnya. (Anastasia Jessica)
Sumber Berita: Alumni IPDN-Demi Merah Putih-Rela Bertaruh Nyawa
0
2.5K
29


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan