jeanyhebatAvatar border
TS
jeanyhebat
[SEJARAH] SELAMAT HARI RADIO NASIONAL 11 SEPTEMBER 2015
Quote:




Quote:




emoticon-Request

Tanggal 11 September adalah Hari Radio Nasional.

Ada pula yang menyebutnya Hari Radio Republik Indonesia (RRI), karena memang hari radio ini didasarkan pada kelahiran atau tanggal pendirian RRI 11 September 1945.




Menurut catatan sejarah, RRI didirikan para tokoh yang sebelumnya aktif mengoperasikan beberapa stasiun radio Jepang di 6 kota.

Dalam suatu Rapat utusan 6 radio tersebut didapatkanlah keputusan untuk mendirikan Radio Republik Indonesia dengan memilih Dr. Abdulrahman Salehsebagai pemimpin umum RRI yang pertama.




Bagi Indonesia, radio sangat berjasa ketika masa pra kemerdekaan dan setelah kemerdekaan.

Pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahriradalah orang pertama yang mendengarkan kabar berita kekalahan Jepang atas Sekutu pada Perang Dunia II melalui radio.

Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena nyatanya Jepang telah menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang.

Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap.

Jepang sendiri menginginkan kemerdekaan Indonesia jatuh pada tanggal 24 Agustus.




Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang secara resmi menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.




Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi.

Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.


Pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945, para golongan muda membawa Soekarno dan Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok.

Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya.

Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta.




Sesampainya di Jakarta Soekarno dan Hatta mengunjungi rumah Mayor Jenderal Nishimura. Setelah dari rumah Nishimura, Soekarno dan Hatta menuju rumah Laksamana Maeda(kini Jalan Imam Bonjol No.1) diiringi oleh Myoshi guna melakukan rapat untuk menyiapkan teks Proklamasi.

Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah, Sudiro (Mbah) dan Sayuti Melik. Myoshi yang setengah mabuk duduk di kursi belakang mendengarkan penyusunan teks tersebut.

Setelah konsep selesai disepakati, Sayuti menyalin dan mengetik naskah tersebut menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor perwakilan AL Jerman, milik Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.


Pada tanggal 16 Agustus 1945 juga komplek radio tetap dijaga ketat oleh kempetai (tentara Jepang). Siaran dalam negeri berjalan seperti biasa membawakan lagu-lagu Jepang dan Indonesia, serta berita-berita yang masih menyatakan seolah - olah Jepang telah menang dari sekutu.




Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56, tepat pukul 10:00, Pembacaan Proklamasi pun dilakukan oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks.




Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh Ibu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta saat itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.




Pada tanggal 17 Agustus 1945 saat itu juga, siaran dalam negeri terus berjalan, dan berita disiarkan dari sumber Domei (kantor Berita Jepang).

Sekitar pukul 17.30, ketika pegawai sedang sibuk dengan pekerjaannya, seorang wartawan kantor berita Jepang Syahruddinberhasil menyusup ke gedung radio dan ke ruang pemberitaan dengan membawa teks proklamasi yang diterimanya dari Adam Malik untuk disiarkan melalui radio.

Pada pukul 18.00 petugas pemberitaan, siaran dan teknik berunding di ruangan pemberitaan untuk mencari kesempatan menyiarkan teks proklamasi. Petugas teknik menginformasikan bahwa studio luar negeri yang tidak mengudara, berada dalam keadaan kosong. Studio itu dapat dipergunakan dan petugas teknik pun segera mengatur line modulasi dari sana agar bisa langsung ke pemancar 10 KW yang terletak di Tanjung Priok.




Tepat pukul 19.00 teks proklamasi dibacakan secara bergantian dalam bahasa Indonesia oleh Jusuf Ronodipoero dan dalam bahasa Inggris oleh Suprapto.

Penyiaran teks proklamasi tersebut melalui radio di Jakarta berlangsung berkali-kali selama 15 menitdan pembacaan yang sama dilakukan juga oleh Radio Bandung.

Pada pukul 20.30 WIB para kempetai (tentara jepang) datang ke ruang pemberitaan karena peristiwa penyiaran teks proklamasi telah diketahui oleh Jepang, dan menyiksa seluruh petugas radio yang menyiarkan teks proklamasi, hal yang sama juga dialami oleh Radio Bandung dihentikan pada pukul 21.00 WIB.


emoticon-Turut Berduka emoticon-Turut Berduka emoticon-Turut Berduka emoticon-Turut Berduka emoticon-Turut Berduka emoticon-Turut Berduka emoticon-Turut Berduka


Mendengar siaran berita Radio Domei/Yoshima ini, pucuk pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita tersebut dan menyatakannya sebagai kekeliruan. Namun hal ini tidak dapat menyurutkan semangat para wartawan Radio Domei untuk tetap menyiarkannya. Akibatnya pada tanggal 20 Agustus 1945 kantor berita tersebut disegel dan para pegawainya dilarang masuk.

Dengan dihentikannya siaran radio secara sepihak, masyarakat menjadi buta berita.

Yang sangat menggelisahkan masyarakat adalah tidak diketahui apa yang harus dilakukan setelah Indonesia diproklamasikan sebagai negara merdeka sejak 17 Agustus 1945.

Tentunya setelah kemerdekaan, Indonesia tidak bisa dengan gampang terbebas dari masalah - masalah yang ada disekitarnya. Dalam menyikapi masalah-masalah tersebut, jelaslah pemerintah Indonesia harus mempunyai hubungan yang cepat dan erat dengan seluruh rakyat yang akan menjadi kekuatan utama untuk bisa menyelesaikan masalah.

Satu-satunya alat komunikasi pada saat itu ialah siaran radio.

Untuk itu tidak ada jalan lain kecuali mengadakan pertemuan dengan wakil-wakil dari bekas Hoso Kyoku (Siaran Radio Jepang). Tempat yang dipilih adalah Jakarta.




Pada tanggal 11 September sore jam 17.00 tepat, delegasi radio sudah siap di bekas gedung Raad Van Indje Pejambon, diterima oleh Sekretaris Negara.

Delegasi radio yang ikut dalam pertemuan adalah : Dr. Abdulrachman Saleh, Adang kadarusman, Soehardi, Soetarji Hardjolukita, Soemarmadi, Sudomomarto, Harto dan Maladi.

Pada jam 24.00 tepat pada rapat bersejarah itu dimulai, bertempat di rumah Adang Kadarusman di Menteng Dalam.

Rapat tersebut dipimpin oleh Dr. Abdulrachman Saleh.




Dengan demikianlah bahwa radio sepeninggalnya Jepang di Indonesia diserahkan sepenuhnya kepada Republik Indonesia, dan ini merupakan cikal bakal dari berdirinya Radio Republik Indonesiadan hingga saat ini RRI terus berjuang demi eksistensinya dibidang komunikasi dengan semangat "Sekali di udara tetap diudara".




RRI berjasa besar sebagai media penyebar proklamasi kemerdekaan RI ke seluruh nusantara dan dunia. RRI juga masih berjasa besar hingga kini sebagai media informasi dan hiburan bagi masyarakat, sebagaimana radio pada umumnya.


emoticon-Selamatemoticon-Selamat emoticon-Selamat


Lalu, kenapa hari radio nasional 11 september tidak populer ya?

emoticon-Bingungemoticon-Bingung emoticon-Bingung

atau jangan - jangan agan baru tahu kalau hari ini hari radio nasional ya?

emoticon-Bingung emoticon-Bingung emoticon-Bingung




emoticon-Request


Meskipun Hari Radio Nasional 11 September tidak populer, tetap kita "wajib" ucapkan Selamat Hari Radio Nasional.

Sekali di udara tetap di udara.


Quote:




emoticon-Request

segala sumber artikel & gambar berasal
dari sini,sini, sini dan sini


0
33.4K
349
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan