- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Kisah Sedih Icha, Mahasiswi yang Meninggal Dunia Beberapa Jam Usai Diwisuda


TS
angin26112001
Kisah Sedih Icha, Mahasiswi yang Meninggal Dunia Beberapa Jam Usai Diwisuda
ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH




WELCOME TO MY THREAD





Spoiler for Cek!:
Spoiler for Insiden:
Kisah Sedih Icha, Mahasiswi yang Meninggal Dunia Beberapa Jam Usai Diwisuda

Sebuah berita mengharukan dari Kota Yogyakarta menyebar begitu cepat di media sosial Facebook. Kabar itu mengenai kisah seorang mahasiswi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Futicha Sirrulhayati Muna atau yang akrab disapa Icha.
Kabar itu merupakan kisah pilu Icha, yang meninggal dunia hanya beberapa jam setelah mengikuti wisuda dari tempatnya berkuliah, Program Studi Biologi FMIPA UNY, Sabtu (29/8/2015).
Yang membuat para netizen semakin terharu adalah foto yang menyertai kabar duka ini. Pada foto itu, Icha tampak menerima ijazahnya saat wisuda dalam kondisi memejamkan mata.
Dikutip dari situs resmi UNY, kisah mengharukan Icha ini diumumkan pihak kampus lewat sebuah artikel berjudul "Icha yang Ceria Itu Telah Tiada".
Menurut pihak UNY, Icha meninggal sekitar pukul 17.00 WIB di Magelang, Jawa Tengah. Sementara itu, proses wisuda itu berlangsung pada Sabtu pagi. Saat wisuda, Icha harus menggunakan kursi roda karena memang sedang sakit.
Evy Yulianti, Kepala Program Studi Biologi FMIPA UNY yang juga menjadi pembimbing skripsi Icha mengatakan bahwa Icha adalah sosok mahasiswi yang rajin, ceria, dan bersemangat.
"Sebenarnya dia sudah agak lama merasa sering pusing, tetapi hal tersebut tidak membuatnya mengeluh. Icha sudah beberapa kali periksa di rumah sakit di sekitar Muntilan," lanjutnya.
Dulu, kenang Evy, sewaktu masih menjalani bimbingan skripsi dan pada waktu ujian, wajah Icha terlihat masih ceria, begitu juga saat yudisium tiba. Namun, setelah itu, kesehatannya semakin menurun. Icha beberapa kali harus dirawat di rumah sakit.
Gadis kelahiran Magelang, 30 Agustus 1993, ini berhasil menyelesaikan tugas skripsinya dalam waktu 5 bulan 8 hari. Icha mengikuti ujian tugas akhir pada 10 Juli 2015, dan mengikuti yudisium periode Juli 2015.
Icha yang tinggal di Kalibening, Dukun, Magelang, yang adalah putri seorang guru, tidak pernah mengambil cuti kuliah. Oleh karena itu, ia mampu menyelesaikan studi selama 4 tahun. Hebatnya, meski sakit, Icha meraih predikat cum laude dengan IPK 3,65.
Tak sedikit netizen yang mengaku terharu setelah mengetahui kisah sedih Icha.
"Ayo padha ndongakake Icha supaya diapura lan amal ibadahe ditampa dening Gusti Alloh. Dene anak-anaku sing isih padha ngudi ilmu ing pawiyatan luhur, semangate Icha supaya padha ditiru (Ayo kita doakan Icha supaya diterima amal dan ibadahnya oleh Gusti Allah. Untuk anak-anakku yang masih menuntut ilmu, teladanilah semangat Icha)," tulis seorang pengguna Facebook asal Rembang, Jawa Tengah, bernama Agus Wartanto.
Semangat Icha untuk tidak menyerah dan tetap menempuh studinya ini, secara berantai, menjadi sebuah inspirasi bagi banyak orang.
http://regional.kompas.com/read/2015....Usai.Diwisuda

Sebuah berita mengharukan dari Kota Yogyakarta menyebar begitu cepat di media sosial Facebook. Kabar itu mengenai kisah seorang mahasiswi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Futicha Sirrulhayati Muna atau yang akrab disapa Icha.
Kabar itu merupakan kisah pilu Icha, yang meninggal dunia hanya beberapa jam setelah mengikuti wisuda dari tempatnya berkuliah, Program Studi Biologi FMIPA UNY, Sabtu (29/8/2015).
Yang membuat para netizen semakin terharu adalah foto yang menyertai kabar duka ini. Pada foto itu, Icha tampak menerima ijazahnya saat wisuda dalam kondisi memejamkan mata.
Dikutip dari situs resmi UNY, kisah mengharukan Icha ini diumumkan pihak kampus lewat sebuah artikel berjudul "Icha yang Ceria Itu Telah Tiada".
Menurut pihak UNY, Icha meninggal sekitar pukul 17.00 WIB di Magelang, Jawa Tengah. Sementara itu, proses wisuda itu berlangsung pada Sabtu pagi. Saat wisuda, Icha harus menggunakan kursi roda karena memang sedang sakit.
Evy Yulianti, Kepala Program Studi Biologi FMIPA UNY yang juga menjadi pembimbing skripsi Icha mengatakan bahwa Icha adalah sosok mahasiswi yang rajin, ceria, dan bersemangat.
"Sebenarnya dia sudah agak lama merasa sering pusing, tetapi hal tersebut tidak membuatnya mengeluh. Icha sudah beberapa kali periksa di rumah sakit di sekitar Muntilan," lanjutnya.
Dulu, kenang Evy, sewaktu masih menjalani bimbingan skripsi dan pada waktu ujian, wajah Icha terlihat masih ceria, begitu juga saat yudisium tiba. Namun, setelah itu, kesehatannya semakin menurun. Icha beberapa kali harus dirawat di rumah sakit.
Gadis kelahiran Magelang, 30 Agustus 1993, ini berhasil menyelesaikan tugas skripsinya dalam waktu 5 bulan 8 hari. Icha mengikuti ujian tugas akhir pada 10 Juli 2015, dan mengikuti yudisium periode Juli 2015.
Icha yang tinggal di Kalibening, Dukun, Magelang, yang adalah putri seorang guru, tidak pernah mengambil cuti kuliah. Oleh karena itu, ia mampu menyelesaikan studi selama 4 tahun. Hebatnya, meski sakit, Icha meraih predikat cum laude dengan IPK 3,65.
Tak sedikit netizen yang mengaku terharu setelah mengetahui kisah sedih Icha.
"Ayo padha ndongakake Icha supaya diapura lan amal ibadahe ditampa dening Gusti Alloh. Dene anak-anaku sing isih padha ngudi ilmu ing pawiyatan luhur, semangate Icha supaya padha ditiru (Ayo kita doakan Icha supaya diterima amal dan ibadahnya oleh Gusti Allah. Untuk anak-anakku yang masih menuntut ilmu, teladanilah semangat Icha)," tulis seorang pengguna Facebook asal Rembang, Jawa Tengah, bernama Agus Wartanto.
Semangat Icha untuk tidak menyerah dan tetap menempuh studinya ini, secara berantai, menjadi sebuah inspirasi bagi banyak orang.
http://regional.kompas.com/read/2015....Usai.Diwisuda
Spoiler for Insiden:
Kisah Sedih Icha, Pagi Wisuda dan Sorenya Meninggal Dunia

Tak ada seorangpun di dunia ini yang mengerti kapan kematian datang. Mungkin hal itu pula tak pernah diduga oleh Futicha Sirrulhayati Muna. Mahasiswi UNY (Universitas Negeri Yogyakarta) itu menghembuskan nafas terakhir hanya beberapa jam usai dinyatakan diwisuda pada Sabtu (29/8) silam.
Kisah kematian perempuan kelahiran Magelang, 30 Agustus 1993 inipun menjadi bahan perbincangan netizens karena sebuah foto. Dalam foto yang beredar, kamu bisa melihat Icha mengikuti wisuda angkatan tahun 2011 dengan menggunakan kursi roda karena sakit. Icha pun terlihat begitu lemah dan hampir memejamkan mata.
Rupanya beberapa jam usai mengikuti wisuda, lulusan Prodi Biologi FMIPA UNY itu meninggal dunia pada pukul 17.00 WIB. Kematian wisudawati yang meraih predikat cumlaude dengan IPK 3,65 ini benar-benar membuat siapapun menangis. Netizens pun bertanya-tanya apa yang menyebabkan perempuan berhijab ini meninggal dunia.
"Sebenarnya Icha sudah agak lama merasa pusing-pusing tapi hal itu tidak membuatnya mengeluh. Icha sudah beberapa kali melakukan pemeriksaan di rumah sakit sekitar Muntilan. Dulu waktu masih bimbingan skripsi dan ujian wajahnya masih ceria. Waktu yudisium pun juga masih sehat. Tapi kesehatannya menurun dan beberapa kali masuk rumah sakit," cerita Evy Yulianti, S.Si., M.Sri., Kaprodi Biologi FMIPA UNY.
Evy yang juga dosen pembimbing skripsi Icha menjelaskan bahwa mahasiswi cantik itu menyelesaikan tugas akhir dalam waktu singkat. Tugas akhir Icha selesai dalam waktu 5 bulan 8 hari dan dia mengikuti ujian pada 10 Juli 2015. Diketahui selama kuliah, putri seorang guru ini tak pernah mengambil cuti kuliah sehingga lulus dalam waktu empat tahun.
Kini dengan kepergian Icha dan perjuangannya wisuda, netizens pun memperlihatkan simpati yang luar biasa.
Selamat jalan Icha, semoga rekan-rekanmu akan mengingatmu sebagai pribadi yang ceria sampai kapanpun.
http://m.kapanlagi.com/plus/kisah-se...ia-bcc2b0.html

Tak ada seorangpun di dunia ini yang mengerti kapan kematian datang. Mungkin hal itu pula tak pernah diduga oleh Futicha Sirrulhayati Muna. Mahasiswi UNY (Universitas Negeri Yogyakarta) itu menghembuskan nafas terakhir hanya beberapa jam usai dinyatakan diwisuda pada Sabtu (29/8) silam.
Kisah kematian perempuan kelahiran Magelang, 30 Agustus 1993 inipun menjadi bahan perbincangan netizens karena sebuah foto. Dalam foto yang beredar, kamu bisa melihat Icha mengikuti wisuda angkatan tahun 2011 dengan menggunakan kursi roda karena sakit. Icha pun terlihat begitu lemah dan hampir memejamkan mata.
Rupanya beberapa jam usai mengikuti wisuda, lulusan Prodi Biologi FMIPA UNY itu meninggal dunia pada pukul 17.00 WIB. Kematian wisudawati yang meraih predikat cumlaude dengan IPK 3,65 ini benar-benar membuat siapapun menangis. Netizens pun bertanya-tanya apa yang menyebabkan perempuan berhijab ini meninggal dunia.
"Sebenarnya Icha sudah agak lama merasa pusing-pusing tapi hal itu tidak membuatnya mengeluh. Icha sudah beberapa kali melakukan pemeriksaan di rumah sakit sekitar Muntilan. Dulu waktu masih bimbingan skripsi dan ujian wajahnya masih ceria. Waktu yudisium pun juga masih sehat. Tapi kesehatannya menurun dan beberapa kali masuk rumah sakit," cerita Evy Yulianti, S.Si., M.Sri., Kaprodi Biologi FMIPA UNY.
Evy yang juga dosen pembimbing skripsi Icha menjelaskan bahwa mahasiswi cantik itu menyelesaikan tugas akhir dalam waktu singkat. Tugas akhir Icha selesai dalam waktu 5 bulan 8 hari dan dia mengikuti ujian pada 10 Juli 2015. Diketahui selama kuliah, putri seorang guru ini tak pernah mengambil cuti kuliah sehingga lulus dalam waktu empat tahun.
Kini dengan kepergian Icha dan perjuangannya wisuda, netizens pun memperlihatkan simpati yang luar biasa.
Selamat jalan Icha, semoga rekan-rekanmu akan mengingatmu sebagai pribadi yang ceria sampai kapanpun.
http://m.kapanlagi.com/plus/kisah-se...ia-bcc2b0.html
Spoiler for Insiden:
Kisah Mengharukan Icha, Mahasiswi UNY yang Meninggal setelah Wisuda

Wisuda barangkali merupakan hal paling ditunggu bagi semua mahasiswa. Begitu pula bagi Futicha Sirrulhayati Muna (22), mahasiswi Univesitas Negeri Yogyakarta (UNY). Momen bahagia itu menjadi mengharukan karena Icha, panggilan Futricha, meninggal dunia beberapa jam kemudian.
Gadis manis yang akrab disapa Icha mengenyam bangku kuliah di Fakultas MIPA UNY selama 4 tahun. Kesehatannya menurun 2 bulan sebelum upacara wisudanya pada Sabtu (29/8/2015).
Dosen pembimbingnya, Evy Yulianti, menceritakan kondisi Icha masih sehat hingga yudisium pada 10 Juli yang lalu. Saat itu, beberapa teman melihat Icha sering tiduran di sela penelitiannya dan mengeluh pusing.
"Saya terakhir ketemu pas yudisium itu, masih terlihat sehat. Saya tanya temannya, Icha kalau di lab sering pusing-pusing dan tiduran," kata Evy saat dihubungi, Kamis (10/9/2015).
Setelah yudisium, kata Evy berdasarkan cerita teman-teman Icha, murid bimbingannya itu beberapa kali masuk rumah sakit. Pertama kali dirawat di sebuah rumah sakit di Muntilan, Icha didiagnosa sakit maag.
"Sempat pulang terus panas. Ke rumah sakit lagi katanya bronkitis. Terus didiagnosa lagi kena syaraf ke-6 dan penglihatannya terganggu," kata Evy.
Tak sempat menyapa langsung saat wisuda, Evy hanya bisa melihat Icha dengan kursi rodanya didorong naik ke panggung podium dari jauh. Itulah terakhir kali dia melihat Icha.
Setelah acara wisuda selesai, Evy sempat mencari Icha tapi keluarga sudah membawanya pulang ke Magelang.
"Saya duduknya jauh. Sepertinya Icha sudah nggak sadar, nggak merespons pas diberi ijazah sama pak Dekan," tuturnya.
Icha yang lahir di Magelang pada 30 Agustus 1993 itu lulus dengan predikat cumlaude dengan IPK 3,65. Dia berhasil lulus setelah 5 bulan menyelesaikan skripsinya yang berjudul 'Uji Kemampuan Isolat Bakteri Termofilik Asal Kali Gendol Atas Pasca erupsi Merapi dalam Mereduksi Logam Berat Cu (Tembaga)'.
Icha dimakamkan di TPU desa kelahirannya. Ucapan duka mengalir dari berbagai pihak, termasuk dari UNY. Cerita Icha ditulis dan diunggah di situs resmi UNY dengan judul 'Icha yang Ceria Itu Telah Tiada'.
http://m.detik.com/news/berita/30155...setelah-wisuda

Wisuda barangkali merupakan hal paling ditunggu bagi semua mahasiswa. Begitu pula bagi Futicha Sirrulhayati Muna (22), mahasiswi Univesitas Negeri Yogyakarta (UNY). Momen bahagia itu menjadi mengharukan karena Icha, panggilan Futricha, meninggal dunia beberapa jam kemudian.
Gadis manis yang akrab disapa Icha mengenyam bangku kuliah di Fakultas MIPA UNY selama 4 tahun. Kesehatannya menurun 2 bulan sebelum upacara wisudanya pada Sabtu (29/8/2015).
Dosen pembimbingnya, Evy Yulianti, menceritakan kondisi Icha masih sehat hingga yudisium pada 10 Juli yang lalu. Saat itu, beberapa teman melihat Icha sering tiduran di sela penelitiannya dan mengeluh pusing.
"Saya terakhir ketemu pas yudisium itu, masih terlihat sehat. Saya tanya temannya, Icha kalau di lab sering pusing-pusing dan tiduran," kata Evy saat dihubungi, Kamis (10/9/2015).
Setelah yudisium, kata Evy berdasarkan cerita teman-teman Icha, murid bimbingannya itu beberapa kali masuk rumah sakit. Pertama kali dirawat di sebuah rumah sakit di Muntilan, Icha didiagnosa sakit maag.
"Sempat pulang terus panas. Ke rumah sakit lagi katanya bronkitis. Terus didiagnosa lagi kena syaraf ke-6 dan penglihatannya terganggu," kata Evy.
Tak sempat menyapa langsung saat wisuda, Evy hanya bisa melihat Icha dengan kursi rodanya didorong naik ke panggung podium dari jauh. Itulah terakhir kali dia melihat Icha.
Setelah acara wisuda selesai, Evy sempat mencari Icha tapi keluarga sudah membawanya pulang ke Magelang.
"Saya duduknya jauh. Sepertinya Icha sudah nggak sadar, nggak merespons pas diberi ijazah sama pak Dekan," tuturnya.
Icha yang lahir di Magelang pada 30 Agustus 1993 itu lulus dengan predikat cumlaude dengan IPK 3,65. Dia berhasil lulus setelah 5 bulan menyelesaikan skripsinya yang berjudul 'Uji Kemampuan Isolat Bakteri Termofilik Asal Kali Gendol Atas Pasca erupsi Merapi dalam Mereduksi Logam Berat Cu (Tembaga)'.
Icha dimakamkan di TPU desa kelahirannya. Ucapan duka mengalir dari berbagai pihak, termasuk dari UNY. Cerita Icha ditulis dan diunggah di situs resmi UNY dengan judul 'Icha yang Ceria Itu Telah Tiada'.
http://m.detik.com/news/berita/30155...setelah-wisuda
Spoiler for Insiden:
"Kami Sangat Kehilangan Icha"

Dekan FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Dr Hartono merupakan orang yang memberikan ijazah kelulusan S-1 kepada Futicha Sirrulhayati Muna (22) saat acara wisuda, 28 Agustus lalu.
Hartono mengaku, saat menyerahkan ijazah kepada Icha di podium, dia merasa bahagia, tetapi juga dihinggapi rasa sedih.
"Sebelum acara wisuda, saya dapat SMS dari panitia. Intinya, nanti terakhir ada mahasiswi yang menggunakan kursi roda," ucap Hartono saat ditemui, Jumat (11/9/2015).
Hartono menuturkan, di urutan terakhir, dia melihat Icha mengenakan baju toga, duduk di atas kursi roda, dan naik ke atas podium dengan dibantu oleh panitia. Melihat mahasiswa Fakultas MIPA UNY angkatan 2010 ini, dia merasa bahagia karena sang anak lulus dengan predikat cum laude dan IPK 3,65.
"Saya bahagia dan bangga dengan prestasi Icha, lulus dengan cum laude, tetapi di sisi lain saya sedih dengan kondisinya," ujarnya.
Menurut Hartono, saat ia memberikan ijazah, Icha seperti sudah tidak sadarkan diri. Bahkan untuk sampai menggenggam berkas ijazah kelulusan, gadis kelahiran 30 Agustus 1993 itu harus dibantu oleh seorang panitia.
"Saat saya memberikan itu, (Icha) seperti sudah tidak sadarkan diri," ujarnya.
Berita meninggalnya Icha beberapa jam seusai wisuda pun, lanjutnya, menyisakan duka mendalam bagi pihak Universitas UNY, khususnya Fakultas MIPA.
"Kami sangat kehilangan. Icha mahasiswi yang pintar, cerdas, dan baik," pungkasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, selama empat tahun menempuh pendidikan di jurusan Biologi Fakultas MIPA UNY, Icha akhirnya menyelesaikan skripsi dan menjalani wisuda gelar S-1. Namun, momen wisuda pada 28 Agustus lalu berkesan karena beberapa jam kemudian, dara kelahiran Magelang, 30 Agustus 1993, ini mengembuskan napas terakhirnya di Kalibening Dukun, Magelang, Jawa Tengah.
http://regional.kompas.com/read/2015...hilangan.Icha.

Dekan FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Dr Hartono merupakan orang yang memberikan ijazah kelulusan S-1 kepada Futicha Sirrulhayati Muna (22) saat acara wisuda, 28 Agustus lalu.
Hartono mengaku, saat menyerahkan ijazah kepada Icha di podium, dia merasa bahagia, tetapi juga dihinggapi rasa sedih.
"Sebelum acara wisuda, saya dapat SMS dari panitia. Intinya, nanti terakhir ada mahasiswi yang menggunakan kursi roda," ucap Hartono saat ditemui, Jumat (11/9/2015).
Hartono menuturkan, di urutan terakhir, dia melihat Icha mengenakan baju toga, duduk di atas kursi roda, dan naik ke atas podium dengan dibantu oleh panitia. Melihat mahasiswa Fakultas MIPA UNY angkatan 2010 ini, dia merasa bahagia karena sang anak lulus dengan predikat cum laude dan IPK 3,65.
"Saya bahagia dan bangga dengan prestasi Icha, lulus dengan cum laude, tetapi di sisi lain saya sedih dengan kondisinya," ujarnya.
Menurut Hartono, saat ia memberikan ijazah, Icha seperti sudah tidak sadarkan diri. Bahkan untuk sampai menggenggam berkas ijazah kelulusan, gadis kelahiran 30 Agustus 1993 itu harus dibantu oleh seorang panitia.
"Saat saya memberikan itu, (Icha) seperti sudah tidak sadarkan diri," ujarnya.
Berita meninggalnya Icha beberapa jam seusai wisuda pun, lanjutnya, menyisakan duka mendalam bagi pihak Universitas UNY, khususnya Fakultas MIPA.
"Kami sangat kehilangan. Icha mahasiswi yang pintar, cerdas, dan baik," pungkasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, selama empat tahun menempuh pendidikan di jurusan Biologi Fakultas MIPA UNY, Icha akhirnya menyelesaikan skripsi dan menjalani wisuda gelar S-1. Namun, momen wisuda pada 28 Agustus lalu berkesan karena beberapa jam kemudian, dara kelahiran Magelang, 30 Agustus 1993, ini mengembuskan napas terakhirnya di Kalibening Dukun, Magelang, Jawa Tengah.
http://regional.kompas.com/read/2015...hilangan.Icha.
Spoiler for Perhatian!:
Karena banyaknya agan kaskuser yang protes mengenai penyebab kematian Icha, TS dengan ikhlas memenuhi saran tersebut.
Spoiler for Insiden:
Penyebab Icha Meninggal, dari Dugaan Depresi sampai Terpapar Bakteri di Lab Kampus

Nama Futicha Sirrulhayati Muna (22) beberapa waktu terakhir menjadi perbincangan publik di dunia maya. Gadis yang kerap disapa Icha ini meninggal dunia beberapa jam setelah mengikuti wisuda dari tempatnya berkuliah, Program Studi Biologi FMIPA Universitas Negeri Yogyakarya (UNY), Sabtu (29/8/2015) lalu.
Icha diduga meninggal karena sakit. Namun, hingga kini, orangtua Icha belum mengetahui pasti penyakit yang sebetulnya diderita anak sulungnya itu. Menurut Sumarsana (52), ayah Icha, sejak kecil Icha tidak pernah mengalami sakit yang serius. Icha pernah menderita penyakit paru-paru basah (flek) waktu kecil, tetapi sudah sembuh.
"Icha enggak pernah mengeluh sakit serius, ya cuma masuk angin, batuk, pilek pada umumnya," kata Sumarsana, Jumat (11/9/2015).
Hanya saja, kesehatan dara kelahiran Magelang, 30 Agustus 1993, itu menurun, terutama saat mengerjakan tugas skripsi. Icha sering mengeluh kelelahan setelah menyusun skipsi. Sumarsana menduga hal itu terjadi karena Icha kurang memperhatikan pola makan dan kurang tidur karena harus menyusun skripsi dan melakukan penelitian sampai larut malam.
"Saat hari-hari terakhir penyusunan skripsi, dia mengeluh capek saja. Saya juga nasihati dia agar makan teratur dan istirahat," ungkap Sumarsana.
Sumarsana menceritakan, kesehatan Icha semakin memburuk. Pada 8 Agustus 2015, Icha demam tinggi dan sesak napas, lalu dilarikan ke RSIA Aisyah Muntilan, Kabupaten Magelang. Di klinik itu, Icha didiagnosis sakit bronkitis dan harus dirawat selama lima hari.
Pulang dari RSIA Aisyah, lanjut Sumarsana, Icha justru mengalami sesak napas disertai muntah-muntah. Keluarga lalu membawanya ke Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Muntilan, Kabupaten Magelang. Dokter RS tersebut, kata Sumarsana, menyatakan bahwa leukosit Icha meningkat drastis. Icha lalu diberi obat oleh dokter yang berjaga saat itu. Alih-alih membaik, Icha malah kejang-kejang.
"Entah obat apa yang diberikan kepada Icha oleh dokter itu. Saya tanyakan kepada dokter penyakit dalam, seharusnya dokter itu tidak memberikan obat tersebut karena akan membuat kejang-kejang," kata guru Bahasa Indonesia di SMA Negeri Dukun Magelang itu.
Icha yang hobi mendaki gunung itu dirawat di RSUD Muntilan selama 10 hari. Namun, setelah pulang, Icha kembali mengalami kejang-kejang dan sesak napas. Keluarga terpaksa merujuknya lagi ke RSUD Muntilan pada 12 Agustus 2015.
"Ada dugaan Icha vertigo, terus ada kelainan pada otak, tetapi saat di CT scan hasilnya bagus kok. Bahkan, ada dokter yang bilang Icha depresi. Icha itu anak yang supel, terbuka, saya tidak yakin kalau dia depresi," kata dia.
Kesehatan Icha menurun drastis. Beberapa hari menjelang wisuda pada 29 Agustus 2015, Icha tidak dapat berdiri tegak, matanya kabur, kesadarannya juga menurun. Keluarga lalu membawanya ke dokter spesialis mata di Muntilan.
Dokter saat itu mengatakan, ada saraf keenam Icha yang agak lemah. Dokter meminta Icha untuk menjalani pemeriksaan MRI (magnetic resonance imaging) di Yogyakarta pada tanggal 29 Agustus 2015 atau tepat saat Icha wisuda.
"Meski dalam kondisi sakit, Icha masih bisa berkomunikasi. Ia bahagia sekali ingin wisuda. Jadi, kami inisiatif untuk pemeriksaan MRI setelah upacara wisuda. Kami berangkat ke UNY dari rumah pagi hari naik mobil, Icha dalam kondisi setengah sadar. Kami bahkan memakaikan pakaian kebaya wisuda di mobil. Kami pinjam kursi roda teman," tutur Sumarsana.
Namun, sayang, takdir berkata lain, Icha mengembuskan napas terakhir di tempat tinggalnya di Dusun Kalibening, Desa Dukun, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, seusai pulang dari upacara wisuda.
Diduga Terpapar Bakteri
Sampai akhir hayat Icha, pihak keluarga tidak tahu pasti diagnosis penyakit Icha. Sumarsana menduga, putri kesayangannya itu terpapar bakteri, entah bakteri yang ada di rumah sakit tempat ia dirawat atau bakteri di laboratorium tempat ia mengadakan penelitian untuk tugas akhirnya.
Dalam skripsinya, Icha mengambil judul, "Uji Kemampuan Isolat Bakteri Termofilik Asal Kali Gendol Atas Pasca-Erupsi Merapi dalam Mereduksi Logam Berat Cu (Tembaga)".
"Icha mengambil sampel bakteri di Kali Gendol, lalu diteliti di laboratorium di kampusnya. Icha tidak jarang tidur di laboratorium untuk mengerjakan penelitiannya itu. Mungkin saja dia terpapar bakteri itu," ujar Sumarsana.
Kendati demikian, pihak keluarga tidak akan menyalahkan pihak mana pun. Hanya saja, ia berharap pihak UNY bisa benar-benar memberikan bimbingan dan perlindungan kepada mahasiswanya, terutama mahasiswa yang melakukan penelitian seperti Icha.
"Kami tidak menyalahkan siapa pun karena tidak akan mengubah apa pun. Toh anak saya tidak akan kembali lagi," kata Sumarsana.
Sebelumnya diberitakan, nama Icha menjadi perbincangan publik di dunia maya setelah kisah pilunya diunggah dalam laman resmi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Icha meninggal dunia hanya beberapa jam setelah mengikuti wisuda Program Studi Biologi FMIPA UNY, Sabtu.
http://regional.kompas.com/read/2015....di.Lab.Kampus[/URL]

Nama Futicha Sirrulhayati Muna (22) beberapa waktu terakhir menjadi perbincangan publik di dunia maya. Gadis yang kerap disapa Icha ini meninggal dunia beberapa jam setelah mengikuti wisuda dari tempatnya berkuliah, Program Studi Biologi FMIPA Universitas Negeri Yogyakarya (UNY), Sabtu (29/8/2015) lalu.
Icha diduga meninggal karena sakit. Namun, hingga kini, orangtua Icha belum mengetahui pasti penyakit yang sebetulnya diderita anak sulungnya itu. Menurut Sumarsana (52), ayah Icha, sejak kecil Icha tidak pernah mengalami sakit yang serius. Icha pernah menderita penyakit paru-paru basah (flek) waktu kecil, tetapi sudah sembuh.
"Icha enggak pernah mengeluh sakit serius, ya cuma masuk angin, batuk, pilek pada umumnya," kata Sumarsana, Jumat (11/9/2015).
Hanya saja, kesehatan dara kelahiran Magelang, 30 Agustus 1993, itu menurun, terutama saat mengerjakan tugas skripsi. Icha sering mengeluh kelelahan setelah menyusun skipsi. Sumarsana menduga hal itu terjadi karena Icha kurang memperhatikan pola makan dan kurang tidur karena harus menyusun skripsi dan melakukan penelitian sampai larut malam.
"Saat hari-hari terakhir penyusunan skripsi, dia mengeluh capek saja. Saya juga nasihati dia agar makan teratur dan istirahat," ungkap Sumarsana.
Sumarsana menceritakan, kesehatan Icha semakin memburuk. Pada 8 Agustus 2015, Icha demam tinggi dan sesak napas, lalu dilarikan ke RSIA Aisyah Muntilan, Kabupaten Magelang. Di klinik itu, Icha didiagnosis sakit bronkitis dan harus dirawat selama lima hari.
Pulang dari RSIA Aisyah, lanjut Sumarsana, Icha justru mengalami sesak napas disertai muntah-muntah. Keluarga lalu membawanya ke Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Muntilan, Kabupaten Magelang. Dokter RS tersebut, kata Sumarsana, menyatakan bahwa leukosit Icha meningkat drastis. Icha lalu diberi obat oleh dokter yang berjaga saat itu. Alih-alih membaik, Icha malah kejang-kejang.
"Entah obat apa yang diberikan kepada Icha oleh dokter itu. Saya tanyakan kepada dokter penyakit dalam, seharusnya dokter itu tidak memberikan obat tersebut karena akan membuat kejang-kejang," kata guru Bahasa Indonesia di SMA Negeri Dukun Magelang itu.
Icha yang hobi mendaki gunung itu dirawat di RSUD Muntilan selama 10 hari. Namun, setelah pulang, Icha kembali mengalami kejang-kejang dan sesak napas. Keluarga terpaksa merujuknya lagi ke RSUD Muntilan pada 12 Agustus 2015.
"Ada dugaan Icha vertigo, terus ada kelainan pada otak, tetapi saat di CT scan hasilnya bagus kok. Bahkan, ada dokter yang bilang Icha depresi. Icha itu anak yang supel, terbuka, saya tidak yakin kalau dia depresi," kata dia.
Kesehatan Icha menurun drastis. Beberapa hari menjelang wisuda pada 29 Agustus 2015, Icha tidak dapat berdiri tegak, matanya kabur, kesadarannya juga menurun. Keluarga lalu membawanya ke dokter spesialis mata di Muntilan.
Dokter saat itu mengatakan, ada saraf keenam Icha yang agak lemah. Dokter meminta Icha untuk menjalani pemeriksaan MRI (magnetic resonance imaging) di Yogyakarta pada tanggal 29 Agustus 2015 atau tepat saat Icha wisuda.
"Meski dalam kondisi sakit, Icha masih bisa berkomunikasi. Ia bahagia sekali ingin wisuda. Jadi, kami inisiatif untuk pemeriksaan MRI setelah upacara wisuda. Kami berangkat ke UNY dari rumah pagi hari naik mobil, Icha dalam kondisi setengah sadar. Kami bahkan memakaikan pakaian kebaya wisuda di mobil. Kami pinjam kursi roda teman," tutur Sumarsana.
Namun, sayang, takdir berkata lain, Icha mengembuskan napas terakhir di tempat tinggalnya di Dusun Kalibening, Desa Dukun, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, seusai pulang dari upacara wisuda.
Diduga Terpapar Bakteri
Sampai akhir hayat Icha, pihak keluarga tidak tahu pasti diagnosis penyakit Icha. Sumarsana menduga, putri kesayangannya itu terpapar bakteri, entah bakteri yang ada di rumah sakit tempat ia dirawat atau bakteri di laboratorium tempat ia mengadakan penelitian untuk tugas akhirnya.
Dalam skripsinya, Icha mengambil judul, "Uji Kemampuan Isolat Bakteri Termofilik Asal Kali Gendol Atas Pasca-Erupsi Merapi dalam Mereduksi Logam Berat Cu (Tembaga)".
"Icha mengambil sampel bakteri di Kali Gendol, lalu diteliti di laboratorium di kampusnya. Icha tidak jarang tidur di laboratorium untuk mengerjakan penelitiannya itu. Mungkin saja dia terpapar bakteri itu," ujar Sumarsana.
Kendati demikian, pihak keluarga tidak akan menyalahkan pihak mana pun. Hanya saja, ia berharap pihak UNY bisa benar-benar memberikan bimbingan dan perlindungan kepada mahasiswanya, terutama mahasiswa yang melakukan penelitian seperti Icha.
"Kami tidak menyalahkan siapa pun karena tidak akan mengubah apa pun. Toh anak saya tidak akan kembali lagi," kata Sumarsana.
Sebelumnya diberitakan, nama Icha menjadi perbincangan publik di dunia maya setelah kisah pilunya diunggah dalam laman resmi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Icha meninggal dunia hanya beberapa jam setelah mengikuti wisuda Program Studi Biologi FMIPA UNY, Sabtu.
http://regional.kompas.com/read/2015....di.Lab.Kampus[/URL]
Spoiler for Insiden:
Penyakit yang Sebabkan Icha Meninggal Dunia Belum Diketahui

Penyebab kematian Futicha Sirrulhayati Muna (22), mahasiswi jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), hingga kini belum diketahui pasti. Meski keluarga Icha sudah ikhlas dan tak menyalahkan siapa pun, muncul dugaan gadis itu jatuh sakit akibat terpapar bakteri termofilik saat melakukan penelitian.
Saat dikonfirmasi terkait kemungkinan itu, Kepala Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Evy Yulianti menyatakan, kemungkinan seseorang jatuh sakit akibat terpapar bakteri itu hampir tidak ada.
"Saya, Bu Ana, dan beberapa mahasiswa angkatan sebelumnya telah lama meneliti bakteri itu. Alhamdulilah kami tidak apa-apa," kata Evy, Jumat (11/9/2015).
Evy menambahkan, setiap mahasiswa jurusan Biologi telah diberikan pengetahuan tentang standar penelitian di dalam laboratorium. Setiap aktivitas penelitian di dalam laboratorium selalu mewajibkan siapa pun untuk mengenakan alat pelindung diri (APD).
"Ada standar untuk penelitian, teknik aseptic, steril. Kalau itu tidak sesuai standar penelitian akan gagal," kata Evy.
Isolat bakteri yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan Icha, lanjut Evy, juga sama dengan mahasiswa lainnya. Bakteri itu diambil pada 2011 dari Sungai Gendol dan telah berulang kali diteliti.
Menurut Evy, sejak penelitian 2011 itu, mahasiswa semuanya sehat ketika bersentuhan dengan bakteri tersebut. "Kalau dari informasi teman dekat Icha, dia diduga terkena infeksi otak atau kanker otak, sampai harus MRI di RS Panti Rapih," katanya.
http://regional.kompas.com/read/2015...elum.Diketahui

Penyebab kematian Futicha Sirrulhayati Muna (22), mahasiswi jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), hingga kini belum diketahui pasti. Meski keluarga Icha sudah ikhlas dan tak menyalahkan siapa pun, muncul dugaan gadis itu jatuh sakit akibat terpapar bakteri termofilik saat melakukan penelitian.
Saat dikonfirmasi terkait kemungkinan itu, Kepala Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Evy Yulianti menyatakan, kemungkinan seseorang jatuh sakit akibat terpapar bakteri itu hampir tidak ada.
"Saya, Bu Ana, dan beberapa mahasiswa angkatan sebelumnya telah lama meneliti bakteri itu. Alhamdulilah kami tidak apa-apa," kata Evy, Jumat (11/9/2015).
Evy menambahkan, setiap mahasiswa jurusan Biologi telah diberikan pengetahuan tentang standar penelitian di dalam laboratorium. Setiap aktivitas penelitian di dalam laboratorium selalu mewajibkan siapa pun untuk mengenakan alat pelindung diri (APD).
"Ada standar untuk penelitian, teknik aseptic, steril. Kalau itu tidak sesuai standar penelitian akan gagal," kata Evy.
Isolat bakteri yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan Icha, lanjut Evy, juga sama dengan mahasiswa lainnya. Bakteri itu diambil pada 2011 dari Sungai Gendol dan telah berulang kali diteliti.
Menurut Evy, sejak penelitian 2011 itu, mahasiswa semuanya sehat ketika bersentuhan dengan bakteri tersebut. "Kalau dari informasi teman dekat Icha, dia diduga terkena infeksi otak atau kanker otak, sampai harus MRI di RS Panti Rapih," katanya.
http://regional.kompas.com/read/2015...elum.Diketahui
CUMA MINTA




WASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH




Diubah oleh angin26112001 12-09-2015 07:34
0
17.1K
Kutip
142
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan