POSKOTA
YANG PEGANG palu itu hanya hakim. Tapi “palu” pribadi Pak Jaksa jika beraksi juga bisa mengerikan. Buktinya keluarga jaksa Parmadi SH, 38, jadi berantakan gara-gara bininya kena “palu” oknum Jaksa dari Sumut ini. Yang bikin Parmadi tambah kecewa, Harsono, 40, teman seprofesi. Masak sih, jaksa kok jadi seniman (senang istri teman)?

Sesama teman pinjam pakai itu biasa. Misalnya pinjam uang, pinjam kendaraan sampai pinjam baju. Tapi jika istri sampai “dipinjam” juga, itu mah sudah kelewatan. Di era gombalisasi sekarang ini, banyak kejadian seperti itu. Lihat bini teman kok nampak jebih cantik dan joss, mulailah dia bergerilya dalam rangka jadi “seniman”. Kalau tak konangan sih akan aman-aman saja. Tapi jika skandal itu terbongkar, bukan saja tuntutan hukum, keluarga juga jadi berantakan.

Parmadi dan Harsono memang sesama PNS yang berprofesi sebagai jaksa. Permadi bertugas di Kejari Lubukpakam dan Harsono di Kejari Tarutung. Dalam berbagai kesempatan keduanya sering bertemu, bahkan Harsono SH sesekali pernah juga menginap di rumahnya, Lubukpakam. Tapi gara-gara menginap inilah masalah jadi berkembang tak terkendali.

Masalahnya berawal ketika Harsono melihat istri Parmadi ini lumayan cantik. Sebagai lelaki yang baru mengalami puber kedua, asal melihat penampilan Ny. Pratiwi, 35, otak oknum jaksa ini jadi ngeres kayak pasir urug . Dia membayangkan bagaimana asyiknya bila mana menggauli perempuan yang seksi dan sekel nan cemekel itu. Dia lupa bahwa Pratiwi adalah bini teman sendiri. Masak dia mau jadi “seniman” yang tidak pernah pameran?

Tapi yang namanya setan, senang sekali urusan beginian. Dia terus menggosok dan membujuk Harsono untuk bisa memanfaatkan istri Parmadi yang cantik itu. Lagi-lagi alasannya sangat klasik; dalam perspektif setan, menggauli istri teman itu biasa bahkan keniscayaan. Tinggal masalahnya, berani tidak memanfaatkan peluang. “Nampaknya Pratiwi ini sangat mengundang, makanya kamu jangan ragu, Bleh…..” begitu bujuk setan.

Gara-gara bujukan setan, Harsono berani SMS dan BBM-an dengan Ny. Pratiwi, yang lama-lama menjurus ke hil-hil yang mustahal. Ternyata perempuan itu menanggapinya dengan gegap gempita. Maka benar sinyalemen setan, Pratiwi memang sangat merespon ajakan Harsono ini. Buktinya ketika mau diajak jalan-jalan secara diam-diam, Pratiwi menurut saja. Inilah kemenangan pertama bagi jaksa Harsono selaku oknum.

Ketika diajak jalan-jalan tanpa sepengetahuan suami, ternyata Pratiwi dibawa ke hotel dan mau saja. Maka yang terjadi kemudian bisa ditebak. Meski sebagai jaksa Harsono tak pernah pegang palu, kali ini dia berhasil menggetokkan “palu” pribadinya kepada Pratiwi sampai perempuan itu merem melek keasyikan. Dan sejak itu, Harsono punya semboyan baru. Bila RRI bilang “sekali di udara tetap di udara”, maka pada 11 September ini Harsono justru bilang: sekali di ranjang tetap di ranjang!

Lantaran lampu ijo sudah menyala, Harsono semakin berani. Maksudnya, dia berani menginap di rumah Parmadi ketika yang empunya rumah tugas luar kota. Dan inilah skandal paling memalukan. Di kala Harsono tengah menyetubuhi Pratiwi di rumahnya, eh…..Parmadi pulang, sehingga dia melihat langsung bagaimana keduanya tengah menggeber nafsu.

Tentu saja Parmai tak terima istrinya digauli pihak ketiga, karena ini pelanggaran serius untuk wilayah ranjang. Di samping mengadukan skandal ini ke polisi, Parmadi juga bermaksud menceraikan istrinya yang sudah ternoda oleh teman sendiri. Kasihan sebenarnya, karena anak-anak akan jadi korban. Tapi bagaimana lagi, “palu” lain yang nyelonong ke kamarnya, sungguh hal yang menyakitkan.

Tulis pengumuman di kamar: selain suami dilarang masuk!



MULUSTRASI ADA DI BAWAH