Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ristabethesdaAvatar border
TS
ristabethesda
Mari Menjadi Orang Tua Yang Sebenarnya
Keluarga, adalah unit terkecil dalam kehidupan ini, namun berdampak luar biasa kepada kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Keluarga adalah bekal pertama kita sebelum bergerak ke dunia luar. Keluarga adalah tempat kita meredam seluruh perasaan ketika pulang dari dunia luar. Lalu apa jadinya apabila keluarga-keluarga itu tidak lagi seperti keluarga. Fenomena ini banyak terjadi di zaman sekarang ini. Tingkat perceraian di Indonesia dari waktu ke waktu selalu meningkat. Dampaknya adalah kualitas generasi-generasi yang dilahirkan akan semakin menurun. Anak-anak muda kita sering menunjukkan perilaku-perilaku yang menyimpang. Lingkungan yang semakin tidak tertata seharusnya menjadikan keluarga sebagai benteng pertama dalam menghadapinya. Namun apa daya, kualitas keluarga sudah semakin rapuh. Kira-kira apa penyebab semua ini, dan apa solusinya.



1. Orang Tua Yang Tidak Siap Menjadi Orang Tua
Akhir-akhir ini ramai di sosial media terkait Ibu Pekerja dan Ibu Non Pekerja. Terlepas dari perdebatan yang panjang, mari kita runut dari awal apa sebenarnya kewajiban kita sebagai orang tua. Anak adalah sesuatu yang kita idam-idamkan, benar? Ya, apalagi bagi pasangan yang baru saja menikah, pasti harapan utama mereka adalah dikaruniai seorang anak. Harapan itu seharusnya diikuti dengan komitmen untuk mengasuh anak dengan sebaik-baiknya. Namun, apa kenyataannya. Setelah anak lahir, anak dititipin ke orang tua/pengasuh. Apakah ini komit? Tentu tidak. Bagaimana kita bisa mengasuh dengan baik ketika sebagian besar waktu anak tidak bersama dengan kita. Survei di Singapura menyatakan bahwa sebagian besar pengasuh lebih mengetahui kepribadian anak daripada ibunya sendiri. Ya, itulah fakta, dan ini terlepas dari perdebatan yang panjang. Orang tua yang baik adalah orang tua yang siap untuk mengasuh anak dengan tangannya sendiri. Mengasuh itu tidak mudah, butuh energi dan semangat yang luar biasa. Namun, semua itu tidak akan terasa ketika melihat anak kita menjadi generasi emas bangsa ini.



2. Orang Tua Yang Mengasuh Tidak Dengan Ilmu
Orang tua yang mengasuh anaknya dengan tangannya sendiri pun banyak. Namun sayangnya mereka tidak mengasuh dengan ilmu. Mungkin agan/aganwati pernah mendengar, bayi umur satu bulan sudah diberi makan pisang, hingga akhirnya bayi itu meninggal. Kenapa ini terjadi? Hal ini terjadi karena kurangnya ilmu. Mengasuh juga perlu ilmu. Bagaimana cara mendapatkannya? Banyak hal, misal melalui media internet, situs-situs parenting sangat banyak, bisa juga melalui konsultasi dokter, sharing sesama ibu, dll. Metode pengasuhan yang berkualitas akan sangat berdampak pada kualitas kesehatan, fisik, dan mental anak kita.


3. Orang Tua Yang Memilih Asik Dengan Dunianya Sendiri
Ya, inilah orang tua yang egois. Ketika seorang pasangan suami istri dikaruniai seorang anak, mau tidak mau mereka harus menurunkan egoisme kepentingan mereka. Mengasuh anak membutuhkan porsi waktu yang besar, maka mau tidak mau kita harus meninggalkan kegiatan-kegiatan yang berlebihan, contoh hobi juga secukupnya saja, jangan sampai gara-gara hobi kita melupakan anak. Contoh lain kerja lembur, bukan berarti lembur itu tidak boleh, namun alangkah lebih baik kita berusaha mengefisienkan waktu kerja, sehingga kerja lembur menjadi minimal. Porsi waktu kita untuk anak sangat penting dalam tumbuh kembang anak.
Selain itu, yang cukup menjadi perhatian adalah penggunaan gadget. Terkadang orang tua sibuk dengan gadgetnya sehingga melupakan sang anak. Ini sungguh keterlaluan. Mereka rela meninggalkan anaknya hanya untuk mengetahui update status temannya yang belum tentu peduli dengannya. Mari kita sadari hal ini.



4. Orang Tua Yang Terlalu Memaksakan Kehendak
Orang tua yang memaksakan kehendak adalah orang tua yang menganggap anaknya sebagai dirinya. Baik untuk orang tua belum tentu baik untuk anak. Tidak ada orang di dunia ini yang suka jika dipaksa, Namun, masih ada saja orang tua yang memaksakan kehendak mereka untuk anaknya. Seperti, memaksakan jodoh, pekerjaan, kuliah, dsb. Hal ini tentunya justru akkan mendorong adanya tindakan perlawanan dari sang anak, yang pada akhirnya anak justru berada di jalan yang salah.



Keempat hal di atas merupakan fenomena-fenomena yang harus kita hindari agar kualitas generasi bangsa tetap terjaga. Lalu bagaimana solusinya.

1. Pemerintah
Dari sisi pemerintah perlu digalakkan kembali program-program yang berorientasi pada kualitas keluarga. Sosialisasi, seminar, pembuatan iklan, dll dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran keluarga-keluarga Indonesia. Selain itu, pemerintah juga dapat menggandeng lembag-lembaga, yayasan sosial, tokoh masyarakat, ulama, dll untuk ikut menyebarkan informasi dan ilmu tentang bagaimana membangun keluarga yang berkualitas.

2. Diri Sendiri
Tangan pemerintah mungkin terbatas. Oleh karena itu, kita sebagai rakya juga harus aktif, baik secara pribadi maupun dalam bermasyarakat. Tidak ada salahnya kita berbagi informasi tentang kualitas keluarga, bagaimana mengasuh anak yang baik, dll. Jadikan diri kita sebagai agen-agen informasi yang positif.

Sekian thread ane gan, semoga bermanfaat. Salam Keluarga Berkualitas.
Diubah oleh ristabethesda 11-09-2015 06:06
tata604
tata604 memberi reputasi
1
3K
14
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan