- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Kenapa Rel Kereta Warisan Belanda Banyak yang Dibiarkan 'Mati'?


TS
japek
Kenapa Rel Kereta Warisan Belanda Banyak yang Dibiarkan 'Mati'?
Quote:
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mencatat ada sekitar 3.343 Kilometer (km) jalur kereta yang sudah lama tidak dipergunakan dari total 8.159 km atau sekitar 40%.
Kebanyakan rel-rel tersebut berada di Pulau Jawa dan sudah dibangun sejak zaman kolonial Belanda periode 1867-1930. Rentang periode 1970-an hingga 1990-an banyak rel kereta yang ditutup atau tak lagi dioperasikan oleh pemerintah.
Pemicunya karena sudah tidak ada lagi aktivitas pertambangan yang biasa menggunakan jalur rel pengangkut batu bara. Sedangkan, angkutan kereta penumpang yang berhenti operasi di Pulau Jawa karena sepinya peminat pada waktu itu.
Pengamat Perkeretapian Djoko Setijowarno mengatakan pemerintah pada masa lalu memang melupakan kereta sebagai transportasi massal yang penting. Kenyataannya pada periode Orde Baru, pemerintah lebih banyak membangun jalan.
"Pemerintah perhatian pada transportasi jalan, jadi imbasnya sampai sekarang," kata Djoko kepada detikFinance, Selasa (8/9/2015)
Djoko mengungkapkan soal penyebab perhatian pemerintah fokus ke jalan karena pada periode itu khususnya tahun 1970-1980-an merupakan periode berkembangnya industri otomotif roda dua hingga roda empat, khususnya oleh industri Jepang. Kondisi ini secara tak langsung berdampak pada nasib perkeretaapian yang mulai tersisihkan, karena publik mulai dikenalkan kendaraan pribadi yang produksinya secara massal.
"Jadi saat Orde Baru memang lebih fokus pada jalan. Indonesia dijajah industri otomotif," katanya
Djoko mengatakan faktanya, di negara-negara maju seperti Jepang, pada periode tersebut justru sedang gencar-gencarnya membangun transportasi umum seperti kereta. Sedangkan produk otomotif seperti sepeda motor justru tak laku di Jepang.
"Kendaraan-kendaraan tersebut tidak laku di negara asalnya, karena aturan yang ketat dan diberi kemudahan dapatkan transportasi umum," kata Djoko.
Menurutnya sejak orde baru hingga kini, justru yang berkembang adalah industri otomotif. Produksi motor dan mobil terus bertambah, sehingga berdampak pada peningkatan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Produksi sepeda motor naik dan ada kemudahan mendapatkan kredit murah," katanya.
Menurutnya dengan adanya rencana Presiden Jokowi membanguna kereta luar Jawa sangat positif untuk mengembangkan perkeretaapian di Indonesia. Ia beralasan sejak lama dari berbagai pergantian presiden, belum ada pemerintah yang fokus pada kereta api.
"Kalau pemerintahan yang sekarang lebih sadar dengan kereta api," katanya.
Kebanyakan rel-rel tersebut berada di Pulau Jawa dan sudah dibangun sejak zaman kolonial Belanda periode 1867-1930. Rentang periode 1970-an hingga 1990-an banyak rel kereta yang ditutup atau tak lagi dioperasikan oleh pemerintah.
Pemicunya karena sudah tidak ada lagi aktivitas pertambangan yang biasa menggunakan jalur rel pengangkut batu bara. Sedangkan, angkutan kereta penumpang yang berhenti operasi di Pulau Jawa karena sepinya peminat pada waktu itu.
Pengamat Perkeretapian Djoko Setijowarno mengatakan pemerintah pada masa lalu memang melupakan kereta sebagai transportasi massal yang penting. Kenyataannya pada periode Orde Baru, pemerintah lebih banyak membangun jalan.
"Pemerintah perhatian pada transportasi jalan, jadi imbasnya sampai sekarang," kata Djoko kepada detikFinance, Selasa (8/9/2015)
Djoko mengungkapkan soal penyebab perhatian pemerintah fokus ke jalan karena pada periode itu khususnya tahun 1970-1980-an merupakan periode berkembangnya industri otomotif roda dua hingga roda empat, khususnya oleh industri Jepang. Kondisi ini secara tak langsung berdampak pada nasib perkeretaapian yang mulai tersisihkan, karena publik mulai dikenalkan kendaraan pribadi yang produksinya secara massal.
"Jadi saat Orde Baru memang lebih fokus pada jalan. Indonesia dijajah industri otomotif," katanya
Djoko mengatakan faktanya, di negara-negara maju seperti Jepang, pada periode tersebut justru sedang gencar-gencarnya membangun transportasi umum seperti kereta. Sedangkan produk otomotif seperti sepeda motor justru tak laku di Jepang.
"Kendaraan-kendaraan tersebut tidak laku di negara asalnya, karena aturan yang ketat dan diberi kemudahan dapatkan transportasi umum," kata Djoko.
Menurutnya sejak orde baru hingga kini, justru yang berkembang adalah industri otomotif. Produksi motor dan mobil terus bertambah, sehingga berdampak pada peningkatan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Produksi sepeda motor naik dan ada kemudahan mendapatkan kredit murah," katanya.
Menurutnya dengan adanya rencana Presiden Jokowi membanguna kereta luar Jawa sangat positif untuk mengembangkan perkeretaapian di Indonesia. Ia beralasan sejak lama dari berbagai pergantian presiden, belum ada pemerintah yang fokus pada kereta api.
"Kalau pemerintahan yang sekarang lebih sadar dengan kereta api," katanya.
Sumber
Yang jelas Belanda kalau membangun jalur kereta selalu menggunakan perencanaan yang sangat matang dan dengan perhitungan jauh ke depan
0
6.2K
Kutip
62
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan