- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
[Persaingan Tak Sehat] Order Fiktif Pengojek Berbasis Aplikasi


TS
siebensunde
[Persaingan Tak Sehat] Order Fiktif Pengojek Berbasis Aplikasi
Quote:
Pengojek Berbasis Aplikasi Buka-bukaan soal Order Fiktif untuk Raup Untung
JAKARTA, KOMPAS.com — Mencari rezeki sebagai pengojek berbasis aplikasi dinilai cukup menarik bagi banyak pihak. Terlebih lagi, perusahaan ojek berbasis aplikasi menawarkan pembagian komisi yang menguntungkan bagi para pengojek untuk setiap order yang dikerjakan.
Meski telah mendapat berbagai kemudahan seperti itu, masih ada pengojek berbasis aplikasi yang bertindak curang dengan mengakali pekerjaannya. Salah satu cara curang itu adalah membuat order fiktif.
Pengojek berbasis aplikasi berinisial NW menuturkan, cukup banyak pengojek berbasis aplikasi membuat order fiktif dengan berpura-pura sebagai penumpang yang memesan order sekaligus berperan sebagai pengojek yang menerima order tersebut.
Pengojek itu menggunakan dua handphone dengan dua aplikasi di dalamnya. Satu handphone digunakan untuk membuat order, satu lagi untuk menerima order. (Baca: Soal Privasi Data Penumpang, Ini Pengakuan Pengemudi Go-Jek)
Dengan begitu, sang pengojek akan tercatat di sistem bahwa ia telah memenuhi order tersebut, sementara ulasan atau pemberian rating juga bisa dimanipulasi oleh pengojek itu sendiri.
"Jadi, ordernya itu dia (pengojek) sendiri yang bikin. Diada-adain. Ini lagi ramai sekarang," kata NW kepada Kompas.com, Selasa (8/9/2015) sore.
Menurut NW, pihak perusahaan juga sedang fokus membedakan mana order yang asli dan mana yang fiktif.
Jika terbukti membuat order fiktif, maka pengojek dikenakan sanksi untuk membayar dua sampai tiga kali lipat nilai tarif dari order tersebut kepada perusahaan.
"Misalnya tarif ordernya Rp 100.000, tetapi ketahuan itu order fiktif, jadi disuruh balikin sampai Rp 300.000," tutur NW. Sanksi untuk order fiktif termasuk berat.
Pengojek membuat order fiktif karena memiliki dua handphone. Satu ponsel didapat saat dia bergabung sebagai pengojek berbasis aplikasi.
Selain itu, order fiktif muncul karena persaingan pengojek berbasis aplikasi semakin ketat sehingga pengojek harus berebut untuk mendapatkan order.
http://megapolitan.kompas.com/read/2015/09/08/17263771/Pengojek.Berbasis.Aplikasi.Buka-bukaan.soal.Order.Fiktif.untuk.Raup.Untung?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Khlwp
JAKARTA, KOMPAS.com — Mencari rezeki sebagai pengojek berbasis aplikasi dinilai cukup menarik bagi banyak pihak. Terlebih lagi, perusahaan ojek berbasis aplikasi menawarkan pembagian komisi yang menguntungkan bagi para pengojek untuk setiap order yang dikerjakan.
Meski telah mendapat berbagai kemudahan seperti itu, masih ada pengojek berbasis aplikasi yang bertindak curang dengan mengakali pekerjaannya. Salah satu cara curang itu adalah membuat order fiktif.
Pengojek berbasis aplikasi berinisial NW menuturkan, cukup banyak pengojek berbasis aplikasi membuat order fiktif dengan berpura-pura sebagai penumpang yang memesan order sekaligus berperan sebagai pengojek yang menerima order tersebut.
Pengojek itu menggunakan dua handphone dengan dua aplikasi di dalamnya. Satu handphone digunakan untuk membuat order, satu lagi untuk menerima order. (Baca: Soal Privasi Data Penumpang, Ini Pengakuan Pengemudi Go-Jek)
Dengan begitu, sang pengojek akan tercatat di sistem bahwa ia telah memenuhi order tersebut, sementara ulasan atau pemberian rating juga bisa dimanipulasi oleh pengojek itu sendiri.
"Jadi, ordernya itu dia (pengojek) sendiri yang bikin. Diada-adain. Ini lagi ramai sekarang," kata NW kepada Kompas.com, Selasa (8/9/2015) sore.
Menurut NW, pihak perusahaan juga sedang fokus membedakan mana order yang asli dan mana yang fiktif.
Jika terbukti membuat order fiktif, maka pengojek dikenakan sanksi untuk membayar dua sampai tiga kali lipat nilai tarif dari order tersebut kepada perusahaan.
"Misalnya tarif ordernya Rp 100.000, tetapi ketahuan itu order fiktif, jadi disuruh balikin sampai Rp 300.000," tutur NW. Sanksi untuk order fiktif termasuk berat.
Pengojek membuat order fiktif karena memiliki dua handphone. Satu ponsel didapat saat dia bergabung sebagai pengojek berbasis aplikasi.
Selain itu, order fiktif muncul karena persaingan pengojek berbasis aplikasi semakin ketat sehingga pengojek harus berebut untuk mendapatkan order.
http://megapolitan.kompas.com/read/2015/09/08/17263771/Pengojek.Berbasis.Aplikasi.Buka-bukaan.soal.Order.Fiktif.untuk.Raup.Untung?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Khlwp
tambahan info dari kaskuser:
Quote:
Original Posted By sniperwolf►Ini caranya, taruh page one.
dia pakai GPS Spoofer di rooted android.
- dia pesan pakai hape satu lagi, payment "cash" tanpa bayar
- pakai HP Go-JEK dia ambil order
- kalau orderan diambil Go-JEK lain, cancel dan ulangi dari awal
- di hape driver, ubah GPSnya ke tempat tujuan, klik "sampai" dan gak usah bayar Rp 10.000, karena cash gak ada monitoringnya
- driver terima deh 35rb (antar penumpang) atau 65rb (kurir) dalam bentuk saldo
Ulangi lagi semua stepnya dari awal.
Note : tidak berlaku untuk Go-FOOD karena kalau makanan si driver pakai kartu debit dari Go-JEKnya dan harus terpotong sesuai nominal pesanan
dengan cara ini bisa sebulan 20 juta
FYI :
penumpang bayar Rp 10.000 cash, driver dapet Rp 35.000 <-- untuk antar penumpang
pengirim barang bayar Rp 10.000 cash, driver dapet Rp 65.000 <--- untuk kirim barang
kalau GO-FOOD pakai kartu debit dari Go-jeknya
Edit: ini cuma analisa aja dan salah satu kemungkinan, bisa aja drivernya kerja keras dan rajin
kalau ada yang komen, emang bisa cash? belum pernah naik gojek berarti
gak perlu kredit-kreditan, cukup cash
dia pakai GPS Spoofer di rooted android.
- dia pesan pakai hape satu lagi, payment "cash" tanpa bayar
- pakai HP Go-JEK dia ambil order
- kalau orderan diambil Go-JEK lain, cancel dan ulangi dari awal
- di hape driver, ubah GPSnya ke tempat tujuan, klik "sampai" dan gak usah bayar Rp 10.000, karena cash gak ada monitoringnya
- driver terima deh 35rb (antar penumpang) atau 65rb (kurir) dalam bentuk saldo
Ulangi lagi semua stepnya dari awal.
Note : tidak berlaku untuk Go-FOOD karena kalau makanan si driver pakai kartu debit dari Go-JEKnya dan harus terpotong sesuai nominal pesanan
dengan cara ini bisa sebulan 20 juta
FYI :
penumpang bayar Rp 10.000 cash, driver dapet Rp 35.000 <-- untuk antar penumpang
pengirim barang bayar Rp 10.000 cash, driver dapet Rp 65.000 <--- untuk kirim barang
kalau GO-FOOD pakai kartu debit dari Go-jeknya
Edit: ini cuma analisa aja dan salah satu kemungkinan, bisa aja drivernya kerja keras dan rajin
kalau ada yang komen, emang bisa cash? belum pernah naik gojek berarti

gak perlu kredit-kreditan, cukup cash
Quote:
Original Posted By gojeksukses►Sedikit tambahan:
Selamat beraktivitas!
- Sebaiknya jgn pake GPS Spoofer di HP kurir, tp beneran aja jalan ke lokasi, baru close. Mestinya Go-jek bisa pantau GPS driver, ntar ketahuan, masa posisi bisa loncat-loncat, emang Suparman?
- JANGAN PELIT, 1 akun bodong dipake rame-rame. Kalau dipake sendiri, gampang banget ketahuan, karena tinggal di query di database. Gak wajar 1 akun kok drivernya sama mulu? Sebaiknya kerja berkelompok, bikin akun yg banyak.
- Justru Go-Food & Instant Kurir yg gampang dibikin order bodong, karena jarang driver yg mau ambil. Ingat, jgn keseringan cancel order, justru cancel order ini ciri khas akun fiktif jadi gampang dicurigai.
- Go-Food kalaupun sampe diambil rider lain relakan aja, buruan telp ke driver yg ambil bilang ordernya batal. Makanan gak usah dipesan, gak usah diantar. Biasanya sih tetap di claim done sama ridernya, biarin aja justru kasih review yg bagus. Hitung-hitung nolong sesama rider, dia dapet point sementara kamu juga gak keluar duit apa2 kan? Tapi efeknya, akun fiktif kamu semakin susah dilacak oleh admin.
- Jangan rakus, bikin order fiktif seperlunya aja.. Kalau pendapatan kamu sampe diatas rata2, kamu akan dicurigai.
Selamat beraktivitas!

Diubah oleh siebensunde 09-09-2015 20:54
0
76K
Kutip
183
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan