- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
“Ayah, jangan mati!”, kata-kata terakhir Aylan sebelum terdampar di tepi pantai Turki


TS
banyuwanger
“Ayah, jangan mati!”, kata-kata terakhir Aylan sebelum terdampar di tepi pantai Turki
Gelombang emosi menerpa seluruh dunia setelah melihat foto Aylan Kurdi, balita tiga tahun yang ditemukan tak bernyawa di sebuah pantai di Turki.
Seniman India, Sudarsan Pattnaik, membangun patung pasir menggambarkan jasad bocah imigran Suriah yang tewas, Aylan Kurdi, di Pantai Puri, India, 04 September 2015 (gambar: Tempo)
Aylan (3), kakaknya Galip (5) dan ibunya, Rehana (35) tewas tenggelam setelah kapal yang ditumpangi keluarga Abdullah dihempas ombak saat melalui Laut Aegea menuju Yunani. Saat itu, udara dingin malam menyengat kulit dan langit gelap gulita. Tiba-tiba ombak besar menghantam kapal yang membuatnya terbalik.
Abdullah telah berupaya merengkuh kedua putranya, tapi gagal. “Dia berusaha dengan seluruh kekuatan mendorong kedua anaknya ke atas permukaan agar selamat. Dan mereka berteriak, “Ayah, jangan mati!” ujar Fatima Kurdi, bibi Aylan, seperti dikutip dari Telegraph.co.uk.
Setelah Abdullah mengetahui Galip telah meninggal, dia membiarkan anaknya hanyut dan berusaha menyelamatkan anaknya yang lain, Aylan. Namun harapan Abdullah pupus setelah melihat darah mengalir dari mata anak itu, air laut dingin itu juga menghanyutkannya. “Ia memejamkan matanya dan membiarkan mereka,” tutur Fatima.
Kemudian Abdullah mencari-cari istrinya. Tak berapa lama, dia menemukan istrinya mengambang di air. “Saya berusaha dengan segala kekuatan saya untuk menyelamatkan mereka. Namun saya tidak mampu”, ucap Fatima menirukan Abdullah.
Abdullah merupakan imigran gelap menuju Jerman untuk memperbaiki kehidupan keluarganya. Warga negara Suriah ini mengeluarkan uang US$ 5.000 kepada penyelundup untuk membawa keluarganya keluar dari Turki. Selama di Turki, Abdullah bekerja sebagai tukang pangkas rambut. Namun profesi itu tak bisa memberikan kehidupan yang cukup.
Sebelumnya, Abdullah bersama keluarga tinggal di Kobane, daerah perbatasan Suriah dan Turki. Namun, selama di Kobane kehidupan mereka dipenuhi ketakutan setelah kelompok teroris, ISIS, sering meneror mereka.
Kini, kesedihan menyelimuti Abdullah lebih dalam. Ia telah ditinggalkan oleh kedua anaknya, Aylan dan Galip, serta istrinya menghadap Yang Maha Kuasa. Hanya tinggal foto-foto yang menyisakan kenangan tentang kehadiran mereka.
Seniman India, Sudarsan Pattnaik, membangun patung pasir menggambarkan jasad bocah imigran Suriah yang tewas, Aylan Kurdi, di Pantai Puri, India, 04 September 2015 (gambar: Tempo)
Aylan (3), kakaknya Galip (5) dan ibunya, Rehana (35) tewas tenggelam setelah kapal yang ditumpangi keluarga Abdullah dihempas ombak saat melalui Laut Aegea menuju Yunani. Saat itu, udara dingin malam menyengat kulit dan langit gelap gulita. Tiba-tiba ombak besar menghantam kapal yang membuatnya terbalik.
Abdullah telah berupaya merengkuh kedua putranya, tapi gagal. “Dia berusaha dengan seluruh kekuatan mendorong kedua anaknya ke atas permukaan agar selamat. Dan mereka berteriak, “Ayah, jangan mati!” ujar Fatima Kurdi, bibi Aylan, seperti dikutip dari Telegraph.co.uk.
Setelah Abdullah mengetahui Galip telah meninggal, dia membiarkan anaknya hanyut dan berusaha menyelamatkan anaknya yang lain, Aylan. Namun harapan Abdullah pupus setelah melihat darah mengalir dari mata anak itu, air laut dingin itu juga menghanyutkannya. “Ia memejamkan matanya dan membiarkan mereka,” tutur Fatima.
Kemudian Abdullah mencari-cari istrinya. Tak berapa lama, dia menemukan istrinya mengambang di air. “Saya berusaha dengan segala kekuatan saya untuk menyelamatkan mereka. Namun saya tidak mampu”, ucap Fatima menirukan Abdullah.
Abdullah merupakan imigran gelap menuju Jerman untuk memperbaiki kehidupan keluarganya. Warga negara Suriah ini mengeluarkan uang US$ 5.000 kepada penyelundup untuk membawa keluarganya keluar dari Turki. Selama di Turki, Abdullah bekerja sebagai tukang pangkas rambut. Namun profesi itu tak bisa memberikan kehidupan yang cukup.
Sebelumnya, Abdullah bersama keluarga tinggal di Kobane, daerah perbatasan Suriah dan Turki. Namun, selama di Kobane kehidupan mereka dipenuhi ketakutan setelah kelompok teroris, ISIS, sering meneror mereka.
Kini, kesedihan menyelimuti Abdullah lebih dalam. Ia telah ditinggalkan oleh kedua anaknya, Aylan dan Galip, serta istrinya menghadap Yang Maha Kuasa. Hanya tinggal foto-foto yang menyisakan kenangan tentang kehadiran mereka.
0
1.6K
7


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan