JawaPos.com - Dewa Bagus Komang Budiana menyebutkan, karya sastra Geguritan Sang Cangak dibuat sekitar tahun 1970. Lantas dicetak dalam bentuk kaset dan dipopulerkan seniman geguritan almarhum Dewa Aji Wanten dan I Nyoman Rede. Kasetnya sendiri sempat diproduksi berulang-ulang.

Sampai sekarang kasetnya masih diproduksi, karena sastra geguritan ini diterima orang Bali di seluruh Indonesia. Saking terkenalnya karya ini, sekitar tahun 1986 Universitas Udayana (Unud) sempat melakukan penelitian untuk membuktikan bahwa karya sastra Sang Cangak itu asli karya seniman asal Yehembang, Mendoyo.

“Dari beberapa bukti, termasuk lontar, pihak Unud meyakini karya sastra tersebut merupakan karya besar almarhum dalam bentuk geguritan. Oleh pihak Unud yang kemudian dibuat buku berisikan hasil penelitian yang dilakukannya terhadap karya tersebut. Termasuk hak paten,” tutur Dewa Budiana saat ditemui di rumahnya, Banjar Pasar, Desa Yehembang, Mendoyo, kemarin.

Terkait klaim Malaysia, Budiana sebagai pewaris mengaku sangat keberatan dan minta pihak pemerintah segera mengambil langkah untuk melindungi karya seni orang tuanya. Termasuk melindungi karya seni seniman Bali lainnya.

”Saya anggap pemerintah gagal melindungi karya seni warganya. Bahkan boleh dibilang acuh tak acuh. Termasuk pemerintah di Jembrana. Seniman sastra geguritan kurang mendapat perhatian pemerintah,” katanya. (don/mus/hsn/JPG)

SUMBER