Metrotvnews.com, Solo: Menguatnya dolar terhadap rupiah seharusnya memberikan dampak menguntungkan bagi para pelaku usaha ekspor di Indonesia. Namun, yang dialami beberapa eksportir mebel justru berbeda dari yang diharapkan. Pengurus Asosiasi Meubel Indonesia (Asmindo), David Rahadi, mengatakan pasar mebel saat ini masih lambat.

“Dolar menguat bukan hanya di Indonesia, namun juga di beberapa negara Eropa. Padahal banyak buyer mebel yang berasal dari Eropa,” ungkapnya saat dihubungi Jumat (28/8/2015). Artinya, bukan hanya rupiah, namun euro pun ikut melemah sehingga pembeli tetap merasa mebel mahal dan meminta potongan harga.

Selain itu, David mengemukakan beberapa pembeli dari luar negeri, termasuk dari Amerika juga meminta potongan harga. “Buyer dari Amerika kan tahu mata uangnya menguat, jika dirupiahkan jadi tinggi. Maka, dia minta harga tertentu atau akan lari ke negara eksportir lain,” katanya.

David mengatakan pelaku ekspor mebel pun dihadapkan pada kenaikan harga produksi “Meski kita 80 persen komponennya lokal, namun tetap biaya produksi mengalami kenaikan karena ada komponen-komponen impor sebagai bahan pelengkap. Jelas hal tersebut tidak menguntungkan,” katanya.

Kondisi menguatnya dolar terhadap rupiah ini, menurut David, pernah terjadi pada 1997 dan 1998. “Namun, sekarang kondisinya berbeda. Seharusnya pengusaha mebel diuntungkan dengan kondisi menguatnya dolar, namun tidak terjadi,” kata David.

Pembeli asing meminati jenis mebel seperti rak, lemari, kursi, dan meja yang disesuaikan dengan karakter negara mereka.
(UWA)

http://m.metrotvnews.com/read/2015/08/29/163582


------------------


Kok bisa beda ya ama trit sebelah, katanya untung 20%

http://m.kaskus.co.id/thread/55e139fa5c7798f64a8b456a/meroket--rupiah-terpuruk-ekspor-mebel-jaya-mendapat-lonjakan-20