- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Dolar AS Balik ke Rp 14.000, BI: Badai Belum Berlalu


TS
mayuyu2014
Dolar AS Balik ke Rp 14.000, BI: Badai Belum Berlalu
Jakarta - Baru sebentar menguat, nilai tukar rupiah
terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali
melemah ke level Rp 14.000.
Rupiah masih akan mengalami tekanan hingga
ketidakpastian global berakhir, yaitu soal rencana
bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed)
menaikkan tingkat suku bunganya.
Apakah badai sudah berlalu?
"Belum. Masih akan ada risk on risk off karena
yang kita tunggu Fed fund rate akan menaikkan
atau tidak, kayaknya nggak naik, kayaknya harus
naik, tapi AS mendesak, kalau tidak, mereka terlalu
kuat jadi tidak kompetitif," ujar Gubernur Bank
Indonesia (BI) Agus Martowardojo saat ditemui di
Gedung BI, Thamrin, Jakarta, Jumat (28/8/2015).
Agus melihat, badai belum berakhir hingga The Fed
memberikan kepastian kapan menaikkan tingkat
suku bunganya.
"Pemerintah akan mendorong paket kebijakan
ekonomi dan pengendalian upaya agar rupiah
menjadi stabil, saya menyambut baik," katanya.
Agus menjelaskan, pelemahan nilai tukar tidak
hanya terjadi di Indonesia, namun menjadi tekanan
banyak negara di dunia.
Hingga 27 Agustus 2015, rupiah sudah terdepresiasi 12,9%. Angka ini masih lebih baik
dibandingkan negara lainnya yang tertekan lebih
dalam.
"Rupiah sampai kemarin depresiasi 12,9%. Dulu 1
tahun depresiasinya 1,8%, kondisi ini kalau
dibandingkan dengan mata uang lain kita menguat,"
katanya.
Agus membandingkan, mata uang Brasil hingga 27
Agustus 2015 sudah melemah 33%, Turki 24%,
Malaysia 21%, Afrika Selatan 13%.
"Jadi kita menguat, tapi kalau dibanding US$,
kemarin di akhir hari ada penguatan rupiah di
Rp13.990, itu karena ada dinamika pemerintah mau
mengeluarkan paket kebijakan," terang dia.
Kondisi nilai tukar saat ini, kata Agus, harus
dihadapi dengan tenang. Ia meyakini akan ada
perbaikan ekonomi ke depan yang juga diikuti
penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
"Jadi mohon kita tetap tenang, ekonomi kita
mengarah ke lebih baik, 3 tahun terakhir ekonomi
mengalami ketidakpastian, BI akan jaga pasar
valas, kita senantiasa merespon bauran kebijakan,
yaitu moneter yang prudent, kebijakan makro agar
penyaluran kredit lancar," tandasnya.
sumber
terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali
melemah ke level Rp 14.000.
Rupiah masih akan mengalami tekanan hingga
ketidakpastian global berakhir, yaitu soal rencana
bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed)
menaikkan tingkat suku bunganya.
Apakah badai sudah berlalu?
"Belum. Masih akan ada risk on risk off karena
yang kita tunggu Fed fund rate akan menaikkan
atau tidak, kayaknya nggak naik, kayaknya harus
naik, tapi AS mendesak, kalau tidak, mereka terlalu
kuat jadi tidak kompetitif," ujar Gubernur Bank
Indonesia (BI) Agus Martowardojo saat ditemui di
Gedung BI, Thamrin, Jakarta, Jumat (28/8/2015).
Agus melihat, badai belum berakhir hingga The Fed
memberikan kepastian kapan menaikkan tingkat
suku bunganya.
"Pemerintah akan mendorong paket kebijakan
ekonomi dan pengendalian upaya agar rupiah
menjadi stabil, saya menyambut baik," katanya.
Agus menjelaskan, pelemahan nilai tukar tidak
hanya terjadi di Indonesia, namun menjadi tekanan
banyak negara di dunia.
Hingga 27 Agustus 2015, rupiah sudah terdepresiasi 12,9%. Angka ini masih lebih baik
dibandingkan negara lainnya yang tertekan lebih
dalam.
"Rupiah sampai kemarin depresiasi 12,9%. Dulu 1
tahun depresiasinya 1,8%, kondisi ini kalau
dibandingkan dengan mata uang lain kita menguat,"
katanya.
Agus membandingkan, mata uang Brasil hingga 27
Agustus 2015 sudah melemah 33%, Turki 24%,
Malaysia 21%, Afrika Selatan 13%.
"Jadi kita menguat, tapi kalau dibanding US$,
kemarin di akhir hari ada penguatan rupiah di
Rp13.990, itu karena ada dinamika pemerintah mau
mengeluarkan paket kebijakan," terang dia.
Kondisi nilai tukar saat ini, kata Agus, harus
dihadapi dengan tenang. Ia meyakini akan ada
perbaikan ekonomi ke depan yang juga diikuti
penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
"Jadi mohon kita tetap tenang, ekonomi kita
mengarah ke lebih baik, 3 tahun terakhir ekonomi
mengalami ketidakpastian, BI akan jaga pasar
valas, kita senantiasa merespon bauran kebijakan,
yaitu moneter yang prudent, kebijakan makro agar
penyaluran kredit lancar," tandasnya.
sumber
Diubah oleh mayuyu2014 28-08-2015 15:29
0
675
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan