Dua Ribu Buruh di Jatim Mulai di PHK
suarasurabaya.net| Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Kependudukan (Disnakertransduk) Jawa Timur mencatat tahun ini jumlah buruh atau pekerja yang di PHK lebih dari dua ribu orang. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat seiring terus merosotnya nilai tukar rupiah.
"Sudah ada dua ribu, mayoritas karena UMK di Jatim memang cukup tinggi sehingga memberatkan pengusaha," kata Sukardo, Plt Kepala Disnakertransduk Jawa Timur, Rabu (26/8/2015).
Sedangkan untuk PHK akibat merosotnya nilai tukar rupiah, hingga saat ini Disnaker masih terus mendata dan berusaha untuk meyakinkan sejumlah perusahaan agar tak gampang merumahkan pekerjanya.
Sukardo mengatakan, buruh yang di PHK untuk tahun ini sebenarnya masih di bawah tahun 2014 yang mencapai 12 ribu buruh. Meski begitu, masalah utama PHK masih sama yaitu terlalu tingginya nilai UMK khususnya di Jawa Timur.
"Beberapa perusahaan lapor, akhir-akhir ini memang berat, ada bahkan dari mereka yang terpaksa menutup perusahaan, ada juga yang harus pindah ke luar ring satu (Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto, Gresik, Pasuruan)," ujarnya.
Mayoritas perusahaan yang melakukan PHK serta berencana menutup perusahaan adalah perusahaan di bidang elektronik, serta beberapa perusahaan padat karya lain yang selama ini mengandalkan bahan utama dari impor.
Agar perusahaan tak pindah, Disnaker juga telah memberikan jaminan UMK tak akan naik tinggi seperti yang terjadi tiga tahun belakangan.
Sementara itu Soekarwo Gubernur Jawa Timur mengatakan, untuk membantu mengurangi dampak krisis, pemerintah Jawa Timur saat ini terus melakukan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan penjualan antar pulau. Ketergantungan bahan baku impor juga dikurangi dengan mencari bahan-bahan dari provinsi lain.
Menurut dia, ekspor dan impor di Jatim memang masih minus. Bahkan data Januari hingga Juni 2015 menunjukkan nilai ekspor dibandingkan impor masih minus Rp35 triliun.
Beruntung, Jawa Timur masih memiliki banyak perusahaan yang mampu memaksimalkan potensi perdagangan antar pulau atau antar provinsi. Dari sektor perdagangan domestik antar pulau ini, sejak Januari hingga Juni, mampu menghasilkan perputaran uang hingga Rp56 triliun. "Perdagangan antar pulau ini yang menutup minus Rp35 triliun dari sektor ekspor dan impor," kata dia.
Untuk bahan baku, perwakilan dagang yang dimiliki Jawa Timur di hampir seluruh pulau juga terus melakukan pemetaan sehingga mampu mendapatkan bahan baku pengganti impor yang dibutuhkan perusahaan yang ada di Jawa Timur. "Kalaupun tidak bisa mengganti bahan baku impor, minimal bisa mengurangi," ujarnya. (fik/rst)
sumber
Quote:
Rupiah Terpuruk, 500 Karyawan Sektor Manufaktur di Jawa Tengah Dirumahkan
Rabu, 26 Agustus 2015 | 21:00 WIB
SEMARANG, KOMPAS.com — Dampak dari menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS terus dirasakan oleh kalangan pengusaha.
Wakil Ketua Bidang Hukum dan Pembelaan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Tengah Agung Wahono mengatakan, tekanan paling berat akibat pelemahan nilai tukar rupiah dirasakan oleh sektor manufaktur. Berdasarkan catatan Apindo, sedikitnya 500 tenaga kerja di sektor ini sudah dirumahkan.
"Sektor manufaktur seperti tekstil dan baja yang selama ini sebagian besar bahan bakunya impor sangat terimbas. Proses perumahan karyawan ini bahkan semenjak harga dollar AS menginjak Rp 13.000," kata Agung Wahono saat dihubungi, Rabu (26/8/2015).
Konsekuensi menguatnya dollar AS, ungkap Agung, adalah harga bahan baku melonjak tajam, sementara harga jual produk tidak dapat dinaikkan. Sementara itu, perusahaan yang berorientasi ekspor pun juga terimbas karena tidak selamanya menggantungkan pembeli dari luar negeri.
Upaya penyelamatan perusahaan salah satunya ialah dengan efisiensi berupa pengurangan tenaga kerja. "Sekitar 400 hingga 500 tenaga kerja saat ini sudah dirumahkan. Kemungkinan akan terus bertambah jika dollar terus naik," ujar Agung.
Pengurangan tenaga kerja, baik yang dirumahkan maupun PHK dikhawatirkan akan meluas jika rupiah tidak segera bangkit. Agung berharap agar pemerintah segera melakukan tindakan signifikan agar rupiah menguat kembali.
"Pengusaha berharap dollar berada di kisaran Rp 11.000-Rp 12.000 per dollar AS. Nilai tukar di posisi tersebut aman bagi pengusaha," ujarnya.
sumber
Quote:
Rabu, 26 Agustus 2015 - 21:42 wib
10 Perusahaan di Tangerang Bersiap Lakukan PHK Massal
TANGERANG - Para pengusaha industri di Kota Tangerang menjerit lantaran ekonomi yang melambat membuat penjualan lesu. Akibatnya, sejumlah perusahaan mulai menghentikan produksi dan merumahkan para pegawai.
Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Tangerang Abudh Surahman mengatakan, hingga saat ini setidaknya sudah ada sebanyak 10 perusahaan yang mengadu ke Disnaker. Mereka berkonsultasi terkait tiga hal untuk efisiensi perusahaan, yakni pengurangan jam kerja, produksi dan karyawan.
“Mereka melapor secara lisan, baru berkonsultasi, belum sampai penutupan pabrik. Kita minta agar mereka mengurangi produksi dulu. Sedangkan pengurangan karyawan menjadi opsi terakhir,” katanya di Tangerang, Rabu (26/8/2015).
Menurut Abud, dari 2.800 perusahaan yang ada di Kota Tangerang, yang paling terkena dampak dari menurunnya nilai Rupiah adalah perusahaan di bidang garmen dan padat karya. Bahkan, salah satu perusahaan sudah merumahkan 1.850 karyawannya karena berhenti produksi.
“Perusahaan sudah mengalami kerugian Rp3 miliar tiap bulan. Akhirnya mereka menghentikan produksi dan merumahkan karyawan, tetap digaji sebesar 70 persen. Saat ini perusahaan sedang mencari modal, jika dalam beberapa bulan tidak dapat, kemungkinan akan tutup,” katanya.
Jika hal ini berlangsung lama, dikhawatirkan perusahaan akan melakukan PHK besar-besaran yang tentunya akan menambah angka pengangguran di Kota Tangerang. “Dampaknya pasti menumbuhkan masalah sosial seperti kriminalitas,” jelas Abduh.
Disnaker sendiri tengah melakukan upaya solusi dengan menyelenggarakan jobfair tingkat kota di kawasan Ciledug dan dua jobfair tingkat kecamatan di Cibodas dan Periuk.
“Jika ada pengurangan pegawai di sektor garmen dan padat karya, diharapkan ada sektor lain yang membutuhkan pegawai lebih banyak, sehingga bisa kita fasilitasi. Tapi solusi yang lebih baik adalah pemerintah pusat bisa kembali menaikkan nilai rupiah terhadap dolar AS,” pungkasnya.
sumber
Quote:
Rupiah Melemah, Karyawan Dealer Mobil Di-PHK
Rabu, 26 Agustus 2015 , 10:33:00 WIB
RMOL. Melemahnya kurs rupiah terhadap dolar hingga level Rp14 ribu berdampak pada pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan yang bekerja di dealer-dealer mobil.
Pengusaha dealer mobil Tasikmalaya, Ade Ruhyana mengatakan, PHK dilakukan karena berimbas pada berkurangnya penjualan mobil.
"Sekarang karyawan otomotif mungkin sudah banyak yang PHK, karena penjualan atau daya beli rendah," ujarnya.
Penurunan penjualan, ungkap Ade, terjadi sejak sebulan terakhir. Tepatnya, ketika memasuki bulan puasa.
sumber
Quote:
Warning! Rupiah Terus Terjun, PHK Terjadi dimana-mana
Yudi Marhadi 6 hours ago Nasional 1,716 Views
Kondisi perekonomian semakin mengkhawatirkan saja, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) terus terjun. Dampaknya, terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) sudah dilakukan hampir semua sektor industri di Tanah Air. Hal ini diakui langsung oleh Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani.
“Sudah hampir semua sektor kena PHK. Industri yang terpukul itu yang komponen impornya banyak,” ungkapnya seperti dilansir sebuah media online.
Ditambahkan olehnya, PHK atau pekerja yang dirumahkan telah terjadi secara bergilir di setiap sektor semenjak rupiah terkoreksi.
“Garmen saya dengar beberapa tidak kuat, ada beberapa tidak kuat untuk survive (bertahan). Ada juga pabrik komponen sparepart,” ujarnya.
Untuk wilayah yang banyak melakukan PHK, kata Hariyadi, adalah Pulau Jawa. Sebab, perusahaan tidak kuat membayar gaji karena membengkaknya jumlah pengeluaran.
“Wilayahnya di Jawa Barat, poinnya satu, perkara tutup karena buat perusahaan cost-nya tidak baik, ada masalah,” imbuhnya.
Sementara itu, seperti banyak diberitakan sebanyak 60.000 pekerja tekstil terpaksa terkena PHK. Hal ini dikatakan oleh kalangan pengusaha tekstil yang tergabung dalam Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API).
Ketua API, Ade Sudrajat mengungkapkan bahwa rata-rata perusahaan tekstil yang berorientasi marketnya di pasar domestik, sudah banyak yang berhenti produksi. Sehingga, 60.000-an pegawai tekstil telah diberhentikan.
sumber
Duh..korban sudah berjatuhan 