Pada 23 Agustus setiap tahun dunia memperingati hari internasional mengenang perdagangan budak dan penghapusannya. Sayang, dalam peringatan kali ini, Indonesia harus tertunduk malu menyusul rilis Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) yang menyebut Indonesia sebagai jawara tempat terjadinya human trafficking di dunia.

“Pada periode Desember 2014 hingga Maret 2005, jumlah perdagangan manusia yang terjadi di Indonesia mencapai 6.651 orang dan merupakan jumlah tertinggi diantara negara-negara tempat terjadinya human trafficking di dunia,” kata feminis Dewi Candraningrum dalam keterangan tertulis, Selasa (25/08/2015).

Data yang dirilis IOM ternyata cukup jauh berbeda dari apa yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri setraselama kuartal pertama tahun 2014 (Januari-Maret), yakni telah terjadi peningkatan kasus perdagangan manusia hingga 73% atau sebanyak 109 kasus dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Menurut Dewi, meskipun sudah ada ratifikasi hak asasi manusia, tetapi perbudakan masih terus berlangsung dalam bentuk human trafficking/perdagangan manusia, prostitusi, kerja paksa, buruh paksa dan pekerja anak.

Untuk diketahui bahwa peringatan 23 Agustus adalah sebuah hari yang ditetapkan badan PBB, UNESCO untuk mengenang orang-orang dari tragedi perdagangan budak sekaligus untuk memberi penghormatan pada mereka yang telah bekerja keras untuk menghapus perdagangan budak dan perbudakan di seluruh dunia.

Tanggal tersebut merupakan peringatan akan perjuangan dan kemenangan atas kebebasan dan hak asasi manusia yang disimbolkan dengan pemberontakan para budak di Santo Domingo (Haiti) pada malam tanggal 22 hingga 23 Agustus 1791.


Sumber


Perbudakan di Indonesia