- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
(Share) Yuk Latihan Mengendalikan Perasaan Paling Ampuh Gan


TS
omplong123
(Share) Yuk Latihan Mengendalikan Perasaan Paling Ampuh Gan


Artikel ini ane kutip dari buku "LEDAKAN EQ" karya Steven Stein dan Howard Book

Selamat Membaca

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Penerbangan yang Dibatalkan
Spoiler for Jangan Malas Baca Gan :
Peristiwa ini lazim terjadi di bandara kota besar. Saat itu lebih dari 100 calon penumpang sedang menanti panggilan untuk memasuki pesawat dengan nomor penerbangan 107, yang sudah terlambat setengah jam. Akhirnya, petugas bagian tiket – sebut saja Santi – mengumumkan bahwa penerbangan dibatalkan karena ada kerusakan mesin. Dia mengucapkan terima kasih atas pengertian para calon penumpang dan meminta mereka menemuinya untuk membicarakan penyelesaian alternatif. Tentu saja para calon penumpang menggerutu, kesal karena rencana yang telah mereka persiapkan tiba-tiba menjadi berantakan.
Hati Joko terhenyak. Rencananya dia akan bekerja keras malam nanti, sesampainya di tempat tujuan. Dia harus mempersiapkan presentasi penting yang akan disampaikannya esok pagi, dan penerbangan 107 adalah penerbangan langsung terakhir pada hari tersebut. Ini bencana besar bagi Joko.
Seorang pria yang antre di depannya – sebut saja Syam – langsung mengamuk. Setiba di depan meja petugas piket, dia mulai kehilangan kendali, memaki-maki dan mengancam hendak menuntut perusahaan penerbangan itu lewat jalur hukum. Karena kesalnya dia ingin semua orang di sekitarnya tahu bahwa dia orang yang sangat penting. “Kamu tahu saya ini siapa?” hardiknya. “Saya ini direktur penjualan Diversified Widgets International!” (Karena ini kisah nyata, dia menyebut nama satu perusahaan yang termasuk dalam 500 perusahaan terkemuka versi Fortune.) “Saya akan menuntaskan transaksi bisnis yang sudah saya upayakan selama enam bulan. Kamu tidak tahu berapa kerugian yang harus saya tanggung akibat pembatalan penerbangan ini. Pokoknya kamu harus bertanggung jawab! Kamu dan perusahaanmu yang brengsek ini! Seumur hidup saya tidak mau lagi terbang dengan pesawat kalian! Kalian tidak becus, dan akan saya laporkan hal ini! Dan saya akan berusaha keras agar peringkat kalian merosot tajam!” Setelah itu, dia berbalik dan pergi sambil menghentakkan kaki dan terus bersungut-sungut.
Satu-satunya orang yang bisa membantu Syam untuk sampai ke tempat tujuannya adalah Santi, petugas tiket yang sudah ketiban, pulung, yang dicerca habis-habisan, diintimidasi, dan dijadikan satu-satunya sasaran kemarahan. Dalam benak Syam, Santi adalah orang yang paling mudah dijadikan sasaran pelampiasan kemarahan yang sudah tidak bisa ditahannya lagi. Sebenarnya Syam sudah meradang sejak adanya pengumuman bahwa akan ada penundaan jadwal keberangkatan, dan dia membayangkan segala macam skenario terburuk yang bakalan terjadi. Ketika dugaan ini terbukti, meledaklah amarahnya.
Syam tidak pernah memperhatikan suasana hatinya. Dia benar-benar tidak menyadari betapa marahnya dia saat itu, meskipun semua orang di sekitarnya bisa melihat bahwa dia sedang berada di ambang kemurkaan. Dia tidak mampu mengenali perasaannya, apalagi mengendalikannya. Amarah membuatnya tidak mungkin lagi berpikir jernih atau memilih tindakan yang menguntungkan dirinya. Sebaliknya, dia malah memusuhi Santi, satu-satunya orang bisa membantunya terbang.
Apakah kejadian semacam ini baru terjadi saat itu saja? Besar sekali kemungkinannya bahwa Syam sudah bisa memaki orang lain dengan cara yang hampir sama dengan caranya saat itu, padahal kebiasaan ini bisa membahayakan karier dan kehidupan pribadinya. Apa yang akan terjadi jika kejadian serupa dihadapi dengan cara yang berbeda? Posisi Joko sama sulitnya dengan posisi Syam.
Perjalanannya kali ini tidaklah untuk bersenang-senang, tetapi untuk menghadiri rapat pukul 9 pagi esok hari dengan para manajer top dari perusahaan pelanggan yang merupakan pemasok keuntungan terbesar bagi perusahaan tempatnya bekerja. Mereka ingin dia memberikan penjelasan mengenai biaya penyediaan jasa yang ditawarkannya, karena mereka menerima tawaran lain yang lebih rendah. Jika Joko tidak muncul tempat waktu – melihat situasi saat itu, tampaknya akan demikian – para manajer itu bisa jadi menafsirkan ketidakhadirannya sebagai pertanda bahwa dia sudah tidak lagi menghargai hubungan bisnis di antara mereka. Jika bisnis ini lepas dari genggamannya, bonus tahunannya dan mungkin saja pekerjaan akan ditinjau kembali. Tadinya, di kamar hotelnya malam nanti, Joko merencanakan untuk membuat beberapa perubahan final pada perangkat lunak untuk presentasinya. Nyatanya sekarang sama sekali tidak ada hotel baginya, dan penerbangan paling awal esok hari tidak akan membawanya sampai di sana tepat pada waktunya. Skenario ini cukup untuk membuatnya panik.
Namun, Joko sadar bahwa apa pun yang terjadi, dia harus tetap tenang. Bahkan ketika calon penumpang lain marah-marah dan mengajukan protes, sementara Syam sibuk membentak-bentak Santi si pegawai urusan tiket, Joko mulai mengingat-ingat situasi lain yang sama parahnya yang pernah dialaminya. Dulu dia bisa keluar dari situasi itu dengan selamat, dan dia merasa bersyukur pernah mengalami hal itu, meskipun sekarang dia belum tahu bagaimana mengatasi masalah yang tengah dihadapinya. Pada waktu yang bersamaan, secara naluriah dia juga mulai bereaksi mendengar rentetan teriakan yang dilontarkan Syam. “Orang itu sungguh keterlaluan,” katanya dalam hati. “Dia melampiaskan kemarahannya pada satu-satunya orang yang bisa menolongnya. Saya bisa memahami kemarahannya. Kita semua juga memang marah. Tetapi, bukan begitu cara untuk mendapatkan apa yang dia inginkan, dan cara itu juga tidak akan membuat saya memperoleh apa yang saya butuhkan.”
Sejenak Joko menganalisis permasalahan tersebut, sambil tetap mewaspadai perasaannya. Dia memerintahkan dirinya untuk tetap tenang. Pasti ada jalan keluarnya, asalkan dia mau berpikir dengan tenang. Dia tidak bisa sepenuhnya menghilangkan kecemasannya, namun tetap mencermati dan memahami pikiran-pikiran yang membuatnya merasa tertekan dan tidak nyaman, yang dayang menyelinap dari sisi-sisi kesadarannya.
Sesampai di depan meja petugas piket, dia sudah siap. “Pasti berat ya menghadapi orang-orang semacam itu” katanya kepada Santi.
“Memang.” jawab Santi – senyumnya yang tipis menunjukkan bahwa dia sependapat dengan Joko.
Joko balas tersenyum, “Pesawat yang menghadapi masalah, tapi orang beranggapan bahwa itu kesalahan Anda. Padahal, tidak masuk akal menyalahkan Anda. Sungguh, saya ikut merasa tidak enak karena Anda harus menanggung semua ini.”
Sampai di sini, senyum Santi mulai melebar dan rasa percaya dirinya bangkit lagi. “Sudah risiko pekerjaan,” katanya. “Nah, apa yang bisa saya bantu?”
Dengan singkat, Joko menjelaskan permasalahannya, dan mengatakan bahwa dia akan sangat berterima kasih jika Santi bisa membantu. Sambil bercanda dikatakannya dia bersedia naik unta asalkan dia bisa memberikan presentasi tepat pada waktunya. Santi tertawa mendengar itu, kemudian beralih ke papan-tiknya. Setelah menanti dengan sabar, akhirnya Santi menawarkan sebuah rute yang menyimpang 1.500 kilometer dari rute Joko yang semula, tetapi alternatif ini, dengan berganti pesawat, memungkinkan Joko tiba di kamar hotelnya menjelang tengah malam. Joko berterima kasih sekali kepada Santi dan menambahkan bahwa dia akan menulis surat pujian kepada perusahaan penerbangan tersebut. Bagaimanapun, katanya menegaskan, orang suka mengeluh ketika ada yang tidak beres, namun jarang menyempatkan diri untuk berterima kasih jika ada orang yang membantu mereka keluar dari kesulitan.
Hasilnya? Joko tiba di tempat tujuan, sedikit mengalami jet-lag, tapi lumayan siap juga, karena dia memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya selama menempuh perjalanan dengan penerbangan pengganti itu. Sementara itu, Syam terjebak di bandara asal, tergopoh-gopoh mencari hotel di sekitar bandara, dan terus menyesali keadaan yang tidak memungkinkannya memenuhi janjinya sambil terus membentak-bentak pelayan yang mengantar pesanan makan ke kamarnya.
Mengapa kami mengangkat kisah ini? Karena pengalaman kedua orang ini memberi gambaran tentang hampir semua unsur kecerdasan emosional, dari kesadaran-diri dan empati hingga pengendalian impuls dan optimisme. Perhatian bahwa kesuksesan dan kegagalan mereka nyaris tidak ada kaitannya dengan IQ atau status atau jabatan. Petualangan Joko berakhir menyenangkan, terutama karena dia memanfaatkan keterampilannya berantaraksi dengan orang lain, sementara Syam mengalami kegagalan karena dia tidak memiliki keterampilan ini. Ingat baik-baik kisah ini – sewaktu-waktu akan digunakan lagi pada pembahasan bab-bab berikutnya.
Tabel ABCDE
Spoiler for Jangan Males Baca Gan :
Berikutnya, mari kita perhatikan salah satu kerangka dasar yang mendukung aneka contoh dan latihan yang akan kita jumpai di seluruh buku ini. Kerangka dasar ini dikenal sebagai ABCDE – sebuah sistem untuk mengubah persepsi, sikap, dan perilaku, yang dirintis oleh Dr. Albert Ellis, yang dikenal di dunia internasional sebagai bapak Teori dan Terapi Perilaku Emotif Rasional, yang mengatakan bahwa kita bisa mengubah perasaan dengan menggunakan nalar yang logis dan deduktif, dan bukannya membiarkan perasaan menguasai kita.
Untuk memberi gambaran cara kerja metode ini, mari kita perhatian kejadian lain, yang kali ini melibatkan sepasang kekasih remaja.
Bambang dan Susi sudah menjalin cinta sejak keluarga Susi pindah ke pemukiman itu kira-kira setahun yang lalu. Tetapi, tiga bulan yang lalu, Susi pindah untuk kuliah di perguruan tinggi di kota lain. Mereka tetap berhubungan melalui telepon dan ¬e-mail, namun hanya menikmati satu kali pertemuan singkat saat Susi pulang untuk menghadiri ulang tahun adiknya. Jadi, Bambang sangat menantikan kedatangan Susi untuk merayakan Natal bersama. Bayangkan betapa terkejutnya dia ketika pada tanggal 20 Desember melalui jendela, dia melihat mobil Susi diparkir di pekarangan rumahnya. “Wah, dia sudah pulang,” pikirnya. “Heran, kenapa dia tidak mampir ke sini.” Bambang duduk dan menanti-nanti teleponnya berdering, tetapi tidak ada hasilnya.
Malamnya, pada saat makan malam, ayah Bambang mau tidak mau memperhatikan sikap diam Bambang yang tidak seperti biasanya.
“Kelihatannya ada yang kamu pikirkan, ya? ujarnya. “Sepertinya pikiranmu ada di tempat lain.”
“Aku sedang kesal, Yah,” Bambang mendesah. “Susi sudah sampai di rumahnya beberapa jam yang lalu, tetapi tidak menelpon. Mungkin dia sudah tidak suka lagi kepadaku. Mungkin dia sudah punya kekasih baru – teman sekampusnya. Aku benar-benar tidak punya selera makan. Sebaiknya aku ke kamar saja.” Kemudian, dia bangkit dan meninggalkan meja makan.
Mengapa tiba-tiba saja Bambang menjadi murung? Dengan melihat sepintas saja kita bisa tahu jawabnya: kekesalan Bambang semata-mata karena Susi tidak menelponnya. Kelalaian Susi menelpon Bambang dikelompokkan oleh Ellis ke dalam Activating event (peristiwa pemicu, disingkat A) dan reaksi Bambang ke dalam Consequences (akibat, disingkat C). Dalam skenario ini akibatnya ada dua: (1) Bambang patah semangat, sedih, dan pesimis, dan (2) menarik diri dengan meninggalkan meja makan untuk kemudian mengurung diri di kamarnya. A – yakni kelalaian Susi yang tidak menelpon – kelihatannya berakibat langsung dengan munculnya C.
Padahal, penafsiran atas kejadian ini mengabaikan satu hal penting, dan ini yang paling sering terlewatkan, yaitu tahapan yang ada di tengah-tengah: Beliefs (keyakinan, disingkat B) – dalam kasus ini, keyakinan Bambang, yang dipicu karena dia melihat mobil Susi yang sedang diparkir (A). Keyakinan yang membuat kecewa dan belum terbukti, atau percakapan-batin, yang memenuhi pikiran Bambang inilah yang mengakibatkan dirinya murung dan menarik diri (C).
Pelajaran penting yang bisa dipetik dari sini adalah bahwa jika A mengakibatkan B dan B mengakibatkan C, Bambang dapat mengubah akibatnya dengan mengenali dan menetralkan keyakinan yang merusak dirinya sendiri ini, kemudian menggantikannya dengan keyakinan yang berbeda, lebih pantas, dan realistis.
Apa yang berhasil bagi Bambang dapat pula berhasil bagi kita.
Sebelum menjelaskan tabel ABCDE, yang dapat membantu kita mengenali dan menetralkan keyakinan kita, kami perlu menjelaskan definisi keyakinan. Keyakinan di sini adalah percakapan-batin yang berlangsung sepanjang hari. Dialog yang terjadi dalam diri kita ini terus berlangsung, namun biasanya tidak kita sadari. Misalnya saja, “Ya ampun, dingin sekali di luar” keluh kita dalam hati saat melangkahkan kaki keluar rumah di musim hujan yang dingin; atau “Mudah-mudahan masih hijau,” terlintas dalam pikiran kita saat akan melintasi lampu lalu lintas; atau “Berengsek, aku paling sebel kalau hal ini terjadi,” kita menggerutu dalam hati ketika salah memasukkan anak kunci ke dalam lubangnya.
Sebagian dari percakapan-batin yang merusak ini mungkin disebabkan oleh “kaset masa lalu” yang berisikan perkataan yang diulang-ulang secara otomatis dan parau yang dilontarkan kepada kita di masa kanak-kanak. Sering, misalnya, perkataan itu berbentuk “Begitu saja tidak becus!” atau “Kamu ini tidak bakalan maju.” Mengenali kaset masa lalu ini bisa meredam kekuatannya.
Yang penting pada kegiatan mengisi tabel ABCDE ini adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan percakapan-batin ini, yakni sistem keyakinan yang menyebabkan kita memiliki perasaan dan berperilaku tertentu. Dengan memperhatikan hal ini, ikutilah langkah-langkah – yang mudah dipelajari dan mudah disusun berdasarkan hasil penelitian – berikut ini. Melalui kegiatan ini kita bisa meningkatkan kecerdasan emosional dengan mengubah keyakinan yang bersifat merusak, serta menggantinya dengan keyakinan yang bersifat membangun.
Serangkaian latihan di bab 3 sampai 17 akan sering membawa kita merujuk kembali bab ini. Agar semua latihan itu memberikan hasil maksimal, kita harus tahu cara membuat dan mengisi tabel ABCDE. Sediakan buku catatan khusus untuk latihan ini dan ikuti langkah-langkah berikut:
1. Buatlah tabel lima kolom seperti berikut ini.

2. Pikirkan situasi menyebalkan yang Anda alami selama sepekan terakhir. Pada kolom C (akibat), tuliskan berbagai perasaan yang tidak menyenangkan dan tingkah laku Anda dalam menyikapinya. Reaksi Bambang digambarkan seperti pada Tabel 2.

3. Pada kolom A, tulis kejadian – yang menjadi pemicu – yang kira-kira menjadi penyebab situasi yang membuat Anda kesal, seperti yang dialami Bambang pada Tabel 3.

4. Faktor kunci dari pendekatan ABCDE ini adalah mengisi kolom B; yaitu menuliskan percakapan-batin, yang nyaris tidak tampak dan sering tidak diperhatikan, yang ditimbulkan oleh kejadian pemicu. Coba pikirkan apa yang ada dalam pikiran Anda segera setelah terjadinya peristiwa pemicu. Bambang menyimak percakapan-batinya, dan menemukan keyakinan seperti yang tertulis di kolom B pada Tabel 4.

5. Tugas Anda yang berikutnya adalah berusaha sekuat tenaga untuk mendebat (Debate), membantah (Dispute), dan membuang jauh-jauh (Discard) – Disingkat D – keyakinan yang tidak pas dan merusak-diri yang mengakibatkan reaksi seperti yang dimuat pada kolom C. Periksa dengan ketat setiap unsur monolog dalam diri Anda. Tanyai diri sendiri beberapa pertanyaan kunci berikut ini dan tuliskan jawabannya di kolom D, seperti yang dilakukan Bambang (lihat Tabel 5).
• Mana buktinya? Buatlah daftar bukti objektif dan jelas yang mendukung setiap keyakinan, atau bukti yang justru menyangkalnya. Bambang tidak punya bukti objektif bahwa Susi tidak lagi menyukainya. Apakah mereka baru saja bertengkar? Tidak. Apakah Susi semakin jarang menelpon? Tidak. Ketika Susi menelpon dulu, apakah ada tanda-tanda cintanya berkurang? Tidak.
• Apakah ada penjelasan lain yang lebih masuk akal untuk menjelaskan peristiwa pemicu? Bambang menuliskan setiap penjelasan lain yang masuk akal dan paling mungkin mengapa Susi belum menelponnya: dia lelah setelah perjalanan pulang yang panjang dan kemudian tertidur; dia dan orangtuanya pergi mengunjungi kakaknya; dia baru saja tiba dan langsung sibuk mengobrol dengan keluarganya; orangtuanya menghendaki Susi meluangkan waktu dulu bersama mereka; dia masih flu seperti yang diceritakannya beberapa hari yang lalu; dia masih berbenah dan mandi dulu sebelum datang menemui Bambang.
• Jika seseorang meminta nasihat kepadaku mengenai kejadian ini, apa yang akan kukatakan agar bisa membantu mengubah sudut pandang orang tersebut? Bagi Bambang akan sangat menolong jika dia membayangkan cara dia menanggapi andaikata teman baiknya, Satya, datang kepadanya setelah melihat mobil Kintan, kekasihnya, di halaman rumahnya, dan berkeluh kesah bahwa Kintan tidak lagi mencintainya dan mungkin sekali sudah mempunyai kekasih baru. Bambang membayangkan dirinya akan berkata: “Nanti dulu, Satya, kalian kan sudah lama menjalin cinta. Hubungan kalian sangat baik dan Kintan sangat jujur mengemukakan semua perasaannya. Aku rasa reaksimu berlebihan. Tidak ada bukti sama sekali, dari semua yang sudah kau ceritakan bahwa Kintan tidak mau lagi pacaran denganmu. Lagipula Satya, kurasa kalau kau hanya berkeluh kesah saja, malah akan memperparah keadaan. Telepon saja dia; mungkin dia ternyata tidak ada di rumah, atau mungkin dia masih tidur, atau mungkin dia baru saja akan menelponmu. Bertindak dong! Jangan hanya termenung saja.”
• Pernahkah aku berada dalam suasana yang mirip, memiliki keyakinan serupa, dan ternyata keyakinan itu salah? Bambang ingat dia sering “mendapat bencana” di awal hubungannya dengan semua kekasih barunya. Sewaktu Chicha – gadis yang dikencaninya dua tahun lalu – 15 atau 20 menit terlambat menemuinya, dia selalu bereaksi berlebihan. Padahal tidak pernah terbukti bahwa Chicha tidak lagi menyukainya. Keterlambatannya itu hanyalah salah satu contoh kurangnya perhatian Chicha pada hal-hal kecil. Bahkan, Bambanglah yang akhirnya memutuskan hubungan dengan Chicha.
• Kalau begitu, hikmah apa yang bisa kuambil dari kenyataan ini, dan dapatkah aku menerapkan pengalaman tersebut pada situasi saat ini? Bambang sadar, “Aku cenderung memikirkan kemungkinan terburuk kalau sudah menyangkut soal kekasih baru. Aku membayangkan berbagai kemungkinan terburuk – mereka tidak lagi tertarik padaku dan naksir pemuda lain. Keyakinan ini muncul dari kurangnya rasa percaya-diri dalam diriku.”

6. Akhirnya, pada kolom E, tuliskan akibat (Effect, disingkat E) yang ditimbulkan setelah mengisi kolom D – bagaimana tindakan mendebat, membantah, dan membuang jauh-jauh telah mengubah pemahaman dan keyakinan Anda mengenai peristiwa pemicu dan, sebagai akibatnya, mengubah juga perasaan dan perilaku Anda.
Kekuatan pendekatan ABCDE adalah bahwa menyingkirkan keyakinan yang tidak masuk akal dan tidak pas telah memberikan kesempatan munculnya keyakinan yang lebih rasional dan lebih pas, dan mengubah pernyataan pada kolom C menjadi perasaan dan perilaku yang lebih efektif dan lebih pas.
Lanjut di Post 2
0
7K
Kutip
62
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan