- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Mengintip Perakitan Ponsel Made in Indonesia


TS
moto_21
Mengintip Perakitan Ponsel Made in Indonesia
Sebuah pabrik di Cikarang sudah mulai memproduksi ponsel Made In Indonesia. Yuk, kita intip

Bagi yang sudah akrab dengan brand Andromax dari Smartfren, selama ini pasti pernah melihat label Made in China dalam ponsel tersebut. Dalam beberapa minggu ke depan, label ini akan berubah menjadi jadi Made in Indonesia.
Ya, Smartfren memang sudah memutuskan untuk melakukan perakitan di dalam negeri. Tepatnya, perakitan itu dilakukan di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat oleh PT Haier Electronic Appliances Indonesia (Haier).
Pada Kamis (22/5/2015), Nextren sempat diajak mengintip pabrik perakitan tersebut. Kami pun melihat mulai dari komponen yang sedang disortir di ruangan khusus hingga sebuah line produksi yang sedang merakit komponen menjadi ponsel.
Sebelum masuk ke ruangan produksi, baik pengunjung atau pekerja harus menjalani beberapa prosedur keamanan standar pabrik tersebut. Pertama, kami harus memakai baju, penutup kepala dan alas kaki khusus anti listrik statis.
Selanjutnya, pengunjung atau pekerja masuk ke dalam sebuah ruangan khusus yang dinding-dindingnya dipasangi alat penyedot debu. Tujuannya, agar tidak ada debu yang terbawa masuk dan menempel di komponen ponsel.

Kami pun menuju ke ruang pengecekan komponen yang letaknya menempel dengan ruang produksi. Saat menuju ruang tersebut, pengunjung ataupun karyawan harus melewati ruangan steril lain demi menghindari masuknya debu.
Saat kami kunjungi, ruang pengecekan komponen ponsel itu berisi tiga orang pegawa Haier. Di dalamnya terdapat sejumlah rak yang disusun berdasarkan warna, yaitu kuning, merah dan biru.
Pada rak berwarna kuning, tersimpan kardus dan komponen-komponen yang akan dicek oleh pegawai Haier. Kemudian warna merah menampung komponen-komponen yang cacat, warna biru sebagai wadah komponen yang sudah layak untuk dirakit.

Bussiness Planning Manager Haier Indonesia Surachman mengatakan komponen-komponen yang cacat tersebut dikumpulkan untuk diretur kepada penjualnya. Pasalnya, di Indonesia limbah elektronik tersebut tidak dapat dibuang begitu saja.
Komponen untuk perakitan ponsel Andromax Q tersebut, sebagian besar masih diimpor dari luar negeri. Misalnya baterai dan charger ponsel. Impor dilakukan karena menurut mereka belum ada industri dalam negeri yang menghasilkan komponen tersebut dengan baik

Bussiness Planning Manager Haier Indonesia Surachman mengatakan komponen-komponen yang cacat tersebut dikumpulkan untuk diretur kepada penjualnya. Pasalnya, di Indonesia limbah elektronik tersebut tidak dapat dibuang begitu saja.
Setelah komponen ponsel lolos dari pengecekan, maka akan dikirimkan ke line produksi. Di ruangan inilah ponsel dirakit menjadi bentuk utuh yang bisa kamu lihat.
"Barang itu (komponen) kami ambil dan dibawa ke dalam ruangan produksi. Ketika akan masuk ke ruangan produksi pun barang akan kena airflow untuk mencegah debu menempel," terang Surachman

Ruangan produksi Haier, maksimal dapat menampung lima line produksi untuk merakit ponsel. Tapi pada saat kunjungan kami, hanya ada satu line produksi yang aktif.
Production Administration Haier Indonesia Tatok Triwuryantoro sempat bercerita pada media yang berkunjung. Totalnya satu line produksi itu memperjakan 40 orang. Dalam keadaan normal, line tersebut mampu merakit 600 hingga 700 ponsel per hari. Kemampuan perakitan tersebut masih bisa dimaksimalkan hingga 1.000 ponsel per hari.
Pantauan Nextren, pada deret terdepan line produksi tersebut duduk seorang pegawai yang bertugas memasang kamera ponsel. Dia mengambil motherboard atau papan sirkuit utama Andromax Q lalu meletakkan modul kamera di atasnya.

Papan sirkuit yang sudah memiliki modul kamera akan diletakkan pada belt hijau yang berada di depan pegawai. Selanjutnya, sirkuit tersebut akan digerakkan ke arah pegawai-pegawai lain dengan tugasnya masing-masing.
Ponsel Andromax Q ini menggunakan dua papan sirkuit. Papan sirkuit utama diletakkan di bagian atas ponsel dan merupakan wadah untuk kamera, prosesor, slot kartu SIM, serta slot MicroSD

Papan sirkuit kedua merupakan wadah untuk port pengisian daya dan speaker. Lokasinya berada di bagian bawah body ponsel dan dihubungkan ke papan sirkuit utama menggunakan kabel fleksibel.

Pantauan Nextren, setelah papan sirkuit utama, papan sirkuit kedua, hingga tombol-tombol fisik dipasang, pegawai perakitan akan mulai memasang baterai. Setelah baterai terpasang, maka ponsel tersebut akan dicek kembali dari sisi penampilan hingga fungsi sinyal radionya.
Bila lolos dari proses pengecekan ini, ponsel pun akan masuk ke tahap pengemasan. Dalam tahap pengemasan ini antara lain berupa pembersihan LCD, pemasangan pelindung layar, memasukkan kartu garansi, buku manual dan aksesoris ke dalam kotak kemasan Andromax Q.
Buat kamu yang masih penasaran soal perakitan ponsel ini, simak sejumlah foto lain yang berhasil kami potret di divisi perakitan smartphone milik Haier Indonesia:




NEXTREN
Saya menunggu review bagi yang sudah beli mengenai kualitas nya

Quote:
Bagi yang sudah akrab dengan brand Andromax dari Smartfren, selama ini pasti pernah melihat label Made in China dalam ponsel tersebut. Dalam beberapa minggu ke depan, label ini akan berubah menjadi jadi Made in Indonesia.
Ya, Smartfren memang sudah memutuskan untuk melakukan perakitan di dalam negeri. Tepatnya, perakitan itu dilakukan di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat oleh PT Haier Electronic Appliances Indonesia (Haier).
Pada Kamis (22/5/2015), Nextren sempat diajak mengintip pabrik perakitan tersebut. Kami pun melihat mulai dari komponen yang sedang disortir di ruangan khusus hingga sebuah line produksi yang sedang merakit komponen menjadi ponsel.
Sebelum masuk ke ruangan produksi, baik pengunjung atau pekerja harus menjalani beberapa prosedur keamanan standar pabrik tersebut. Pertama, kami harus memakai baju, penutup kepala dan alas kaki khusus anti listrik statis.
Selanjutnya, pengunjung atau pekerja masuk ke dalam sebuah ruangan khusus yang dinding-dindingnya dipasangi alat penyedot debu. Tujuannya, agar tidak ada debu yang terbawa masuk dan menempel di komponen ponsel.

Kami pun menuju ke ruang pengecekan komponen yang letaknya menempel dengan ruang produksi. Saat menuju ruang tersebut, pengunjung ataupun karyawan harus melewati ruangan steril lain demi menghindari masuknya debu.
Saat kami kunjungi, ruang pengecekan komponen ponsel itu berisi tiga orang pegawa Haier. Di dalamnya terdapat sejumlah rak yang disusun berdasarkan warna, yaitu kuning, merah dan biru.
Pada rak berwarna kuning, tersimpan kardus dan komponen-komponen yang akan dicek oleh pegawai Haier. Kemudian warna merah menampung komponen-komponen yang cacat, warna biru sebagai wadah komponen yang sudah layak untuk dirakit.

Bussiness Planning Manager Haier Indonesia Surachman mengatakan komponen-komponen yang cacat tersebut dikumpulkan untuk diretur kepada penjualnya. Pasalnya, di Indonesia limbah elektronik tersebut tidak dapat dibuang begitu saja.
Komponen untuk perakitan ponsel Andromax Q tersebut, sebagian besar masih diimpor dari luar negeri. Misalnya baterai dan charger ponsel. Impor dilakukan karena menurut mereka belum ada industri dalam negeri yang menghasilkan komponen tersebut dengan baik

Bussiness Planning Manager Haier Indonesia Surachman mengatakan komponen-komponen yang cacat tersebut dikumpulkan untuk diretur kepada penjualnya. Pasalnya, di Indonesia limbah elektronik tersebut tidak dapat dibuang begitu saja.
Setelah komponen ponsel lolos dari pengecekan, maka akan dikirimkan ke line produksi. Di ruangan inilah ponsel dirakit menjadi bentuk utuh yang bisa kamu lihat.
"Barang itu (komponen) kami ambil dan dibawa ke dalam ruangan produksi. Ketika akan masuk ke ruangan produksi pun barang akan kena airflow untuk mencegah debu menempel," terang Surachman

Ruangan produksi Haier, maksimal dapat menampung lima line produksi untuk merakit ponsel. Tapi pada saat kunjungan kami, hanya ada satu line produksi yang aktif.
Production Administration Haier Indonesia Tatok Triwuryantoro sempat bercerita pada media yang berkunjung. Totalnya satu line produksi itu memperjakan 40 orang. Dalam keadaan normal, line tersebut mampu merakit 600 hingga 700 ponsel per hari. Kemampuan perakitan tersebut masih bisa dimaksimalkan hingga 1.000 ponsel per hari.
Pantauan Nextren, pada deret terdepan line produksi tersebut duduk seorang pegawai yang bertugas memasang kamera ponsel. Dia mengambil motherboard atau papan sirkuit utama Andromax Q lalu meletakkan modul kamera di atasnya.

Papan sirkuit yang sudah memiliki modul kamera akan diletakkan pada belt hijau yang berada di depan pegawai. Selanjutnya, sirkuit tersebut akan digerakkan ke arah pegawai-pegawai lain dengan tugasnya masing-masing.
Ponsel Andromax Q ini menggunakan dua papan sirkuit. Papan sirkuit utama diletakkan di bagian atas ponsel dan merupakan wadah untuk kamera, prosesor, slot kartu SIM, serta slot MicroSD

Papan sirkuit kedua merupakan wadah untuk port pengisian daya dan speaker. Lokasinya berada di bagian bawah body ponsel dan dihubungkan ke papan sirkuit utama menggunakan kabel fleksibel.

Pantauan Nextren, setelah papan sirkuit utama, papan sirkuit kedua, hingga tombol-tombol fisik dipasang, pegawai perakitan akan mulai memasang baterai. Setelah baterai terpasang, maka ponsel tersebut akan dicek kembali dari sisi penampilan hingga fungsi sinyal radionya.
Bila lolos dari proses pengecekan ini, ponsel pun akan masuk ke tahap pengemasan. Dalam tahap pengemasan ini antara lain berupa pembersihan LCD, pemasangan pelindung layar, memasukkan kartu garansi, buku manual dan aksesoris ke dalam kotak kemasan Andromax Q.
Buat kamu yang masih penasaran soal perakitan ponsel ini, simak sejumlah foto lain yang berhasil kami potret di divisi perakitan smartphone milik Haier Indonesia:




NEXTREN
Saya menunggu review bagi yang sudah beli mengenai kualitas nya

0
8.1K
Kutip
59
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan