cetobellyAvatar border
TS
cetobelly
Someone Over the Rainbow
Hai kaskusers semua. Kenalin, gue Fie. Seorang cewek berusia dua puluh tahun pada tahun ini (dan dia berusia 23 tahun-menurut pengakuannya).

Apa yang akan gue kisahkan di sini adalah kisah nyata yang gue alami. Tidak dilebihkan suatu apa pun. Mungkin malah banyak kurangnya, karena gue adalah tipikal orang dengan kekuatan memori rendah.

Tokoh utama dia kemungkinan besar juga seorang kaskuser, terlepas dia kaskuser pasif atau aktif. Tujuan gue menulis cerita ini? Klise, gue butuh pelampiasan rasa sedih. Dan gue ga peduli adakah orang yang akan membaca tulisan gue ini.

Cerita ini mungkin ga bisa disebut menarik. Gue menulis ini tepat di saat hati gue menghangat, lalu terpecah-pecah. Klise ya, dramatis memang. Atau, jangan-jangan malah gue yang mendramatisir? Entahlah.

Someone Over the Rainbow
Kami bertemu lima atau empat tahun lalu, entahlah, gue ga terlalu ingat tahun pastinya. Kami bertemu di dunia maya, mig33. Dimulai dari sahut-sahutan yang konyol, kami berkenalan. Belakangan gue tahu, kalau dia adalah seorang internet marketer.
Perlahan dia membuka mata gue tentang internet. Kalau kita pun bisa menghasilkan beberapa receh hanya dari dunia sebesar layar monitor. Dia mengajarkan arti blogger dan arti seorang internet marketer.
Beberapa bulan dari pertemuan pertama, mungkin karena jenuh akibat kebersamaan yang intens, kami mulai jarang berkomunikasi. Sampai pada awal tahun lalu, kami mulai berkomunikasi kembali. Dan kali ini dapat bertahan cukup lama.
Gue ga tahu kapan bulan pastinya. Di pertengahan tahun 2013 dia mulai terbuka bercerita tentang cerita cintanya. Dia sayang seseorang, begitupun orang itu. Namun benar ya, semakin kita sayang dengan seseorang, semakin dekat kita dengan pertengkaran. Hubungan mereka awalnya harmonis. Namun perlahan api pertengkaran mulai memercik semakin besar. Sampai akhirnya dia menyerah. Saat itu, gue hanya jadi pendengar setia dengan tulus (dan gue saat itu emang tulus mendengarkan semua ceritanya - dia udah kayak kakak kandung buat gue). Bukan apa-apa: rasa gue belum ada dan gue juga sebatas menganggap dia sebagai seorang kakak, tidak lebih.
Semakin waktu mengikis hari, semakin gue dekat dengan dia. Gue ga sungkan nyeritain semua hal tentang kehidupan gue, dan gue ga sungkan lagi minta tolong dengannya.
Semakin kami sering chat, semakin besar ketergantungan gue akan dirinya. Gue ngerasa ga punya seorang sahabat yang ngerti gue seperti dia. Dia yang gue cari pertamakali saat gue merasa kesepian. Saat gue merasa terjatuh, saat gue merasa kalau kehidupan ga adil sama gue. Dan sialnya, dia memberi gue harapan dengan semua kebaikannya. Memang benar kalau ada yang mengatakan bahwa antara hubungan pria dan wanita tidak akan pernah terjadi persahabatan murni.
Gue tahu ini salah. Jauh di dalam hatinya, dia pernah bilang, kalau dia dan gadis itu masih saling menyayangi.

Bulan Agustus 2014 ini menjadi awal dan akhir (keinginan gue) dari cerita ini. Gue mau semua selesai di sini, tanpa gue harus terjebak dalam perasaan yang semakin dalam, yang gue ngeri membayangkannya: bertepuk sebelah tangan.
Pertengahan Agustus 2014, kami intens melakukan komunikasi. BBM dan Facebook. Hampir tiap hari. Hal ini terjadi karena gue sedang libur kuliah, jadi begitu banyak waktu yang menganggur. Kami sering mengobrol banyak hal. Dan anehnya, dia bisa mengimbangi semua yang gue bicarakan. Dari gaya bicara, tulisan dan bahasanya, gue ga ragu kalau dia adalah orang berwawasan luas (menurut pengakuannya, dia bekerja hanya sebagai internet marketer dan tidak mengenyam bangku kuliah).
Gue memang berbeda saat di dunia nyata dan dunia jingga. Di dunia nyata, gue menjelma menjadi seorang gadis kalem yang hemat dalam berkata. Gue ga bohong. Namun di dunia jingga, sifat gue berubah terbalik: supel dan (kelihatannya) mengasyikkan. Ntahlah, mungkin gue memiliki kepribadian ganda, atau mungkin dunia jingga merupakan cara gue melampiaskan kesepian yang selama ini menyergap dalam dunia nyata. Sekali lagi, ntahlah.

Lalu gue mulai memberanikan diri bercerita tentang betapa gue ingin menikah. Betapa kebutuhan untuk dicintai dan mencintai sudah sangat mendesak. Kalian tahu jawabannya? Dia lagi-lagi (dan selalu akan begitu) mendengarkan, bahkan sesekali ikut bercanda menimpali, yang pada intinya dia ingin gue yang jadi istrinya.
Tuhaaaaan, perempuan mana yang hatinya ga meleleh jika diperlakukan seperti ini? Meskipun semua hanya candaan (menurut pengakuannya), semua terasa nyata bagi gue.

Puncaknya terjadi pada tanggal 28 Agustus 2014 ini. Seperti biasa, kami bercakap-cakap ringan dahulu. Dan gue mulai meminta sarannya tentang hal elektronik. Di penghujung, gue memujinya. Betapa ia sebenarnya pintar, betapa aslinya dia seorang yang berwawasan.
Mungkin dia tahu gelagat gue yang menginginkan lebih atas hubungan ini. Dan inilah kata-katanya malam itu.
“Lo jangan mikirin semua sisi positif ato sisi baik gue tar lo malah suka ma gue.”
“Lo juga jangan sering-sering chat ma gue ntar lo malah jadi sayang ma gue.”
“Kebersamaan dalam waktu yg lama bisa menyebabkan rasa sayang yg susah buat dilupakan.”
Shit! He is fucking right. Bahwa kebersamaan yang intens bisa menimbulkan segala macam perasaan (yang bisa jadi dirasakan oleh salah satu pihak atau pun keduanya).
Gue miris. Mungkin malam ini menjadi malam terakhir kami chat. Gue ga mau tersiksa oleh hati yang ga sejalan dengan logika.

Oya, sampai saat ini gue ga pernah ketemu sama dia, ga pernah juga telponan emoticon-Malu (S) dan sampai detik gue ngepost nih cerita, gue belum berani chat lagi ma dia. Seperti yang dia bilang, kebersamaan bisa menimbulkan rasa sayang. Dan gue sungguh-sungguh ga mau hal itu terjadi.

anasabila
anasabila memberi reputasi
1
2.7K
24
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan